NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Silence

Cherry, Abigail, Kylie, dan teman-temannya yang lain kini berdiri sejajar di depan rumah Drake. Seperti yang lainnya, Cherry pun tak menampik kenyataan bahwa rumah Drake memang seperti istana. Dia pasti anak orang kaya.

Pintu rumah terbuka, menampakkan Drake dengan penampilan casual nya. "Ayo, masuk!" ajaknya ramah.

Abigail berjalan lebih dulu dari yang lainnya, sementara Cherry berjalan di paling belakang. Gadis itu berhenti tepat di sisi Drake, melirik laki-laki itu dari sudut matanya.

Drake tersenyum tipis. "Kamu memakai kalung. Itu terlihat cantik," pujinya.

"Aku memakainya karena ayahku yang menyuruh, jangan terlalu percaya diri bahwa aku memakainya untuk mu," ketus Cherry, tak berani menatap langsung manik mata Drake.

"Um, baiklah. Anak manja memang hanya akan mendengarkan ucapan ayahnya saja," ledek Drake. Ia merangkul pundak Cherry, menariknya untuk masuk lebih dalam.

Cherry melangkah masuk, matanya lagi-lagi dibuat takjub. Lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya ke seluruh ruangan. Ornamen-ornamen antik menghiasi setiap sudut.

"Apa orang tua mu adalah anggota kerajaan? Rumah mu seperti istana," tanya Cherry, masih sibuk mengagumi rumah elegan ini.

"Lucu sekali," sahut Drake. "Tapi orang tua ku hanya seorang selebriti. Mereka berdua pekerja keras makanya bisa memiliki rumah impian mereka."

"Beruntung sekali," puji Cherry, tersenyum tipis.

"Tidak seperti dalam bayangan mu," tukas Drake, kini ia berjalan lebih dulu dari Cherry. "Setiap kekurangan ada kelebihannya, right?"

Cherry mengangguk lalu mengangkat kedua bahunya. Tidak terlalu peduli juga.

"Guys, ayo masuk ke sini!" ajak Drake, membuka salah satu pintu ruangan yang berjejer.

Mereka pun langsung menyerobot masuk ke dalam. "Apa ini kamar mu?" tanya salah satu dari mereka.

"No, ini ruangan khusus belajar. Anggap saja ini di rumah sendiri, oke?"

"Woah, orang kaya memang berbeda," komentar Abigail memuja ruangan luas yang dikelilingi rak buku.

"Kau juga kaya, Abi." Kylie menyenggol lengan Abigail.

Abigail terkekeh. "Aku rasa begitu," sahutnya santai.

"Kita datang ke sini bukan untuk bermain-main, ayo kita langsung kerjakan saja tugas kita supaya bisa cepat selesai," ajak Cherry, duduk di lantai beralaskan karpet yang hangat nan lembut, membuat nyaman siapapun yang duduk di atasnya.

Salah seorang maid dengan pakaian hitam dan putih datang ke ruangan ini sambil membawa nampan berisi minuman. Kemudian datang lagi maid lainnya yang membawa cemilan.

"Kalian pasti teman-temannya, Drake, kan?" ucap salah seorang maid berbasa-basi.

"Semangat belajarnya, ya! Kalau kalian membutuhkan sesuatu tinggal bilang saja pada kami, kami akan segera menyiapkannya." Maid itu tanpa sengaja melirik Cherry yang sedang khusyu berkutat pada buku catatannya.

"Ana, apa ibuku belum pulang?" tanya Drake sebelum maid itu pergi.

"Dia sedang dalam perjalanan, Tuan Muda."

"Kau bilang tadi ibumu sedang memasak. Dasar pembohong," protes Cherry, menatap tajam Drake. Tapi yang ditatap tampak tenang dan santai.

"Kalau aku tidak berbicara seperti itu maka kalian tidak akan mau datang ke rumah ini," jawab Drake.

Dua maid itu pun pergi dari ruangan ini, tapi mereka tidak langsung turun, mereka diam di sisi pintu. Kini saling memandang satu sama lain.

"Apa kau melihatnya?" tanya Ana pada Lily.

"Apa?" tanya Lily. Ia tahu apa maksud Ana tapi dirinya tidak ingin salah maka lebih baik mendengar dulu penjelasan dari Ana.

"Gadis yang memakai liontin itu," ucap Ana menunjuk kembali ke dalam ruangan, merujuk pada Cherry. "Dia terlihat seperti Tuan dan Nyonya."

Lily mengangguk. "Dia terlihat sangat mirip. Kenapa bisa seperti itu, ya? Drake saja tidak begitu mirip dengan mereka."

"Sudahlah, mari kita bicarakan ini di dapur. Jangan sampai anak-anak mendengar pembicaraan ini, terutama gadis itu," tukas Ana, menarik Lily untuk pergi bersamanya.

...----------------...

Satu persatu mereka pergi dari rumah Drake. Di dalam ruangan belajar ini kini hanya ada Kylie dan Cherry yang sedang menunggu jemputan mereka, dan tentu pemilik rumah juga masih bersama mereka.

"Mau aku antar pulang? Sepertinya cuacanya mendung dan akan turun hujan," tawar Drake, menatap punggung dua wanita yang berdiri di depan jendela.

"Oh, itu supir ku!" Kylie menunjuk ke bawah sana lalu menoleh pada Cherry.

"Mau ikut bersama ku?" tawarnya, tapi Cherry langsung menggelengkan kepala.

"Kalau begitu, boleh aku pergi duluan?"

Cherry pun mengangguk. "Hati-hati," pesannya.

"Baik. Sampai ketemu lagi di sekolah. Bye!" pamit Kylie sambil melambaikan tangannya dan berjalan keluar dari ruangan ini.

Meninggalkan Drake dan Cherry berduaan. Langkah kaki yang teratur semakin terdengar jelas, Drake maupun Cherry diam menanti kedatangan pemilik langkah kaki itu.

"Drake, aku mendengar teman-teman mu datang ke mari," sapa Diana, langkahnya terhenti di ambang pintu. Matanya langsung terpaku pada sosok gadis yang tengah berdiri di dekat jendela.

"She's my mom," bisik Drake.

Cherry mengangkat wajahnya, menatap pada wajah wanita yang merupakan ibu dari Drake, dan di waktu bersamaan Diana juga menatap Cherry. Keduanya saling menatap. Ruangan tiba-tiba terasa membeku. Keduanya seolah terhubung oleh benang tak kasat mata.

Cherry mengerjap, memastikan wanita di depannya. Oh, dia benar seorang aktris yang sering muncul di tv. Dilihat secara langsung ternyata wanita itu memang sangat mirip dengannya. Ia merasa sedang bercermin.

Di sebrang, Diana diam membeku. Tidak, ini tidak mungkin. Gadis yang ada di depannya kenapa sangat mirip dengannya dengan campuran wajah yang mirip dengan suaminya juga? Tidak, dia pasti bukan anak itu.

Tatapan Diana turun, beralih ke leher Cherry yang terdapat liontin kupu-kupu berwarna biru cantik. Ia membekap mulutnya, kembali menatap wajah Cherry.

Apa mungkin gadis ini adalah anak yang pernah ia buang? Mungkinkah dia benar-benar hidup? Diana tersenyum kecut, menyembunyikan kecurigaannya.

Cherry mengerutkan keningnya bingung. Kenapa ibunya Drake terus menatapnya? Apa dia berpikir yang tidak-tidak antara dirinya dan Drake.

"Hai!" sapa Diana kaku, mendekati Cherry dengan ragu.

"Hai!" sapa balik Cherry. Entah kenapa tapi hatinya merasa tak suka pada wanita di sampingnya.

"Gadis cantik, siapa namamu?"

"Cherry," jawab Cherry seketika.

"Senang bertemu dengan teman Drake," ucap Diana lagi. Kini ia berdiri di samping Cherry dan menepuk pundaknya. Jantungnya terasa berdebar tak karuan. Ia sedang berusaha menyangkal kemungkinan yang sedang dibuat pikirannya.

"Kamu pasti cantik seperti ibumu," ujar Diana, pelan-pelan mencoba menggali tentang gadis itu.

Raut wajah Cherry langsung berubah. "Aku tidak mirip ibuku maupun ayahku," jawabnya sedikit ketus.

"Eh, kenapa? Lalu kamu mirip siapa?"

"Aku adalah aku," tandas Cherry.

"Cherry, apa kamu punya masalah dengan orang tua mu? Sepertinya kamu tak suka ketika aku membahas orang tua mu. Kalau kamu punya masalah dan tak punya teman bercinta, jangan sungkan untuk bercerita padaku," ujar Diana.

"Aku tidak punya orang tua. Tapi kalau mereka ada aku pasti akan membenci mereka. Mereka akan menjadi dua orang yang paling aku benci di dunia."

"Ke mana mereka? Lalu sekarang kamu tinggal di mana?" cerca Diana. Ia semakin tak karuan.

Cherry mengangkat dua bahunya acuh tak acuh. "Aku tidak tahu asal usul ku. Aku dipungut oleh seorang pemuda yang kini menjadi ayahku. Tapi dia bukan hanya ayahku, dia adalah duniaku. Aku adalah anak paling bahagia meski tak punya orang tua kandung."

Cherry tak segan untuk menceritakan kisah hidupnya karena itu sudah menjadi rahasia umum. Semua orang harus tahu kalau Morgan bukanlah ayahnya, jadi di masa depan mereka tidak akan menghinanya jika suatu hari nanti dirinya dan Morgan menjadi sepasang kekasih, dan bukan anak dan ayah palsu lagi.

"Mom, kalau kau datang hanya untuk mengetahui urusan orang lain lebih baik segera pergi," usir Drake.

"Kau tidak sopan sekali bertanya ranah pribadi temanku. Dia pasti tak nyaman."

"Huh?" Diana tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum kecut. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud,-"

"Santai saja," sergah Cherry.

"Makan malam segera siap, kamu harus makan malam dulu sebelum pulang, ya!" tutur Diana, membelai pipi Cherry sebelum pergi.

Cherry kembali ke jendela setelah ibunya Drake pergi. Menatap jalanan menunggu kedatangan Morgan.

"Maaf, ibuku sedikit cerewet dan suka mencampuri urusan orang lain," lirih Drake.

"Tidak masalah," jawab Cherry santai. Senyum langsung terbit di bibirnya kala melihat mobil Morgan di depan rumah ini.

"Morgan sudah datang, aku akan pulang sekarang," pamit Cherry, mengambil tasnya.

"Kamu tidak mau makan malam dulu?"

Cherry menggelengkan kepalanya. "Aku akan makan malam bersama Morgan. Terima kasih karena hari ini kau tidak mengganggu ku."

"Aku harus menjaga citra baikku di rumah ini," sela Drake sambil tersenyum sombong.

"Tch." Cherry berdecih.

Drake berjalan di depan Cherry, mengantar gadis itu untuk pulang. Di ujung tangga ayah dan ibunya berdiri seakan tengah menunggunya turun.

"Cherry, kenapa kamu sudah menenteng tasmu?" tanya Diana, mengulurkan tangannya menarik Cherry ke arahnya.

"Oh, iya, perkenalkan ini Charles. Suamiku dan ayahnya Drake."

Cherry tersenyum pada Charles. "Aku mau pulang karena ayahku sudah menjemput."

"Eh, aku sudah menyiapkan makan malam. Sebaiknya mari kita makan malam bersama."

Cherry menggelengkan kepalanya. "Terima kasih. Aku menghargai tawaran mu, tapi aku akan makan bersama ayahku."

"Um, baiklah. Kalau begitu semoga hari mu menyenangkan. Jangan sungkan dan sering-seringlah main ke sini."

"Terima kasih," ucap Cherry. Ia pun melenggang pergi dari hadapan mereka dan keluar dari rumah ini.

"Selamat tinggal, Anak Manja." Drake berdiri di ambang pintu.

"Ya, aku sangat berharap tidak bertemu lagi dengan mu," jawab Cherry. Ia membalikkan badannya hanya untuk sekedar menjulurkan lidah pada Drake. Ia kemudian berlari ke arah Morgan sambil tertawa bahagia.

Drake tersenyum tipis. Ia segera masuk kembali ke rumahnya, menemukan dua orang tuanya yang sedang sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.

"Jadi, apakah dia benar kakak ku?" celetuk Drake.

Pertanyaan itu spontan membuat Diana dan Charles memasang ekspresi terkejut.

"Aku tahu bahwa aku punya seorang kakak. Dia dibuang karena saat itu kalian sedang berada di puncak karir. Liontin yang Cherry pakai sama seperti liontin milik ibu dan wajahnya pun jelas sangat mirip kalian berdua."

"Kalian lebih cocok menjadi seorang iblis daripada seorang selebriti terkenal. Andai dunia tahu tentang sisi kalian yang ini mereka pasti akan membenci kalian."

"Aku tidak akan berhenti untuk mencari kakak ku," tukas Drake. Ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Diana dan Charles saling menatap satu sama lain.

"Ini sudah sembilan belas tahun yang lalu, mungkinkah anak yang kita buang itu benar-benar masih hidup?" tanya Charles. Pikirannya kembali melayang pada Cherry.

1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!