NovelToon NovelToon
AWAN MERAH

AWAN MERAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:24
Nilai: 5
Nama Author: yotwoattack.

Seorang pemuda tampan yang katanya paling sempurna, berkharisma, unggul dalam segala bidang, dan yang tanpa celah, diam-diam menyimpan sebuah rahasia besar dibalik indahnya.

Sinan bingung. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa akan mimpi aneh yang terus menerus hadir. Datang dan melekat pada dirinya. Tetapi lama-kelamaan pertanyaan yang mengudara juga semakin menumpuk. "Mengapa mimpi ini ada." "Mengapa mimpi ini selalu hadir." "Mengapa mimpi ini datang tanpa akhir."

Namun dari banyaknya pertanyaan, ada satu yang paling dominan. Dan yang terus tertanam di benak. "Gadis misterius itu.. siapa."

Suatu pertanyaan yang ia pikir hanya akan berakhir sama. Tetapi kenyataan berkata lain, karena rupanya gadis misterius itu benar-benar ada. Malahan seolah dengan sengaja melemparkan dirinya pada Sinan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A M BAB 16 - kos.

Langit sudah berwarna Oren ketika dua orang itu memutuskan untuk sama-sama berjalan kaki menuju kos si gadis. Komplek perumahan yang menjadi tempat Dinya tinggal memang terbilang sempit, namun sebenarnya tidak sesempit itu sampai mereka harus keluar dari mobil dan berjalan kaki.

Itu hanya alasan agar pemuda jangkung di sampingnya segera pergi. Tapi siapa sangka Sinan malah dengan begitu santai meninggalkan mobilnya dan membuntuti Dinya sampai sudah setengah jalan begini.

Tap..

Tap..

Sembari memperhatikan pemuda yang sedang bersiul itu. Dinya mempercepat langkahnya. Dan sesampainya di depan pagar kos, gadis tersebut segera ingin mengucapkan kalimat perpisahan namun Sinan malah ikut nyelonong masuk.

"Ngapain." Kata Dinya sambil menghalangi langkah pemuda itu. Ia menggenggam tali tas sambil mendongak menatap Sinan bingung. Tampak heran.

"Masuk." Sahut si pemuda langsung. Terkekeh ketika mengamati genggaman Dinya pada tali tas mengerat. Sinan menunduk untuk menatap gadis itu lagi, tersenyum. Lalu mengangkat tangan untuk memegangi kedua belah pundak si manis. "Emang kamu gak penasaran seharian tadi aku ngapain aja? Ayo, Dinya. Kita masuk."

Yang diajak hanya mengangguk sembari meloloskan hembusan nafas pasrah. Entah siapa yang berstatus sebagai tamu dan entah siapa yang berstatus sebagai tuan rumah. Dinya hanya mengikuti Sinan yang melenggang memasuki kamar kos miliknya.

"Ternyata dalemnya gini." Kata Sinan sembari gadis di belakangnya mengunci pintu.

"Mau minum apa." Dinya berujar sambil melepaskan tas ransel. Meletakan sepatu pada rak. Lalu menatap pemuda itu santai. "Duduk. Gue ambilin minum."

Tanpa menunggu gadis itu sudah melenggang masuk. Membiarkan Sinan mengelilingi area ruang tamu yang tak terlalu luas. Tak berselang lama, Dinya sudah kembali dengan satu botol minuman dan kue kering. Ia juga sudah berganti pakaian ke piyama tidur.

Moga-moga pemuda itu paham apa maksud dari piyama yang ia pakai. Bahwa ia perlu waktu istirahat setelah seharian melewati hari yang berat di sekolah.

"Cantiknya." Sinan bersiul sambil menyambut apa yang Dinya berikan. Tentunya dengan netra yang menyorot lamat gadis itu. Lalu mengulurkan tangan untuk membawa si gadis agar ikut duduk di sofa sebelahnya. "Kok bisa ada cewe secantik kamu. Apa rahasianya. Ada tips yang bisa di bagiin gak."

Yang digoda hanya setia mempertahankan raut datar. Membuat pemuda tampan itu menyeringai sambil mengarahkan botol air mineral untuk kemudian diteguk sampai setengah tandas. Lalu menatap gadis di sampingnya lagi. Dalam dan dalam.

Entah perasaan Dinya saja atau bukan. Tapi seolah ada yang berbeda dari pemuda itu. Perbedaan yang ia sendiri tidak tahu letaknya dimana.

"Dinya, gimana tadi." Mengambil tangan si gadis untuk ditempatkan di atas miliknya lalu digenggam. Sorot lekat pada sepasang netra tajam tersebut masih tak lepas dari wajah cantik Dinya. Mengelus punggung tangan itu sembari bersandar. "Hm? Gimana. Lumayan seneng gak main sama mereka. Mereka ngeperlakuin kamu dengan baik, kan."

Ujaran serak dengan nada bariton yang dilayangkan sambil menatapnya lekat itu sedikit membuat Dinya meremang. Apalagi elusan pada punggung tangan yang dilakukan begitu gentle. Hal tersebut membuat Dinya membuang pandangan ke arah lain tanpa ia sendiri sadari.

"Baik. Jack sama Lilie kayak temen akrab yang sempet hilang terus dipertemukan lagi ke gue. Kami berteman sangat baik." Terang gadis itu. Tanpa sadar Dinya tersenyum.

"Bagus." Sinan berkomentar. Lalu ikut tersenyum sambil mengarahkan tangan mungil dalam genggamannya pada pipi. Menatap Dinya dengan senyum hangat. "Pas di mall aku emang udah ngenalin mereka. Pernah ketemu waktu ngurus absen, ketua sama waket D2, kan. Kelas yang gak pernah macem-macem. Kelas yang paling gak pernah ke makan gosip SMA Moranvva juga."

Menggeser posisi agar lebih dekat. Sinan lantas menyandarkan kepalanya pada Dinya. Sambil punggung tangan gadis itu ditempelkan pada pipinya.

"Kemungkinan beberapa hari ke depan kita bakal dipindahin ke kelas itu." Ujarannya yang membuat gadis disamping menoleh. Sebelum melanjutkan pemuda itu sempat mendusel-duselkan kepalanya manja. Sinan menoleh santai pada Dinya lalu tersenyum. "Seneng gak. Tapi kalau lagi main sama aku jangan mau dibawa-bawa mereka ya. Kalaupun mau ikut, ajak aku. Biar kita sama-sama dan aku bisa sedikit ngelindungi kamu dari mulut tanpa rem cowo galaknya."

Dinya langsung terkekeh ketika mendengarnya. Ia geli dengan akhiran kalimat Sinan.

"Mulut Jack emang gitu. Cuma yang gak gimana-gimana juga. Dia aja hati-hati banget buat milih kalimatnya takut gue niru kata-kata yang gak pantes." Gadis itu membela. Tanpa sadar ikut menyadarkan diri pada pemuda tersebut. "Apalagi ada Lilie. Mana mungkin berani ngomong macem-macem lagi anaknya."

Srak.

Sinan menarik punggung tangan mungil sang gadis dari pipinya. Menempatkan genggaman tersebut untuk berada di atas pangkuan. Lalu menarik diri dan menatap Dinya sedikit tidak terima.

"Yakin kamu ngebelain cowo lain gitu. Fine." Bersandar pada sofa. Sinan menatap ke arah langit-langit hingga lehernya yang jenjang dan putih bisa terlihat jelas. Lalu sambil menegakkan posisi duduk ia pusatkan pandangan pada gadis dengan piyama gemas itu lagi. Meneguk ludah. "Jujur aku belum bisa fokus. Tapi aku bakal jelasin sedikit-sedikit."

Sinan mulai serius. Ia menjelaskan dengan begitu halus sambil pandangannya menyorot Dinya. Berharap menemukan sedikit reaksi dari wajah yang setia datar tersebut.

"Pelaku yang nyebarin foto-foto itu Bianca, Valerie, sama Lolita. Aku minta maaf. Sebenernya aku udah tau mereka semua pada enggak beres, tapi aku gak pernah mikir mereka bakal ngambil sikap yang sekurangajar itu." Ia begitu tidak enak. Bahkan nada penyesalan terdengar begitu kentara pada suara si pemuda. "Waktu kita di cafe, Lolita ternyata ada disana dan ngeliat kita. Tanpa pikir panjang dia langsung ngambil foto kamu buat dikirim ke Bianca. Dan langsung di-edit gak senonoh saat itu juga. Maaf.. emang gila mereka."

Menyambar botol dan meneguk sisa air disana sampai tandas. Pemuda tampan itu mengusap wajah begitu prustasi. Menoleh pada Dinya lalu merangkul gadis itu. Menempatkan dagu pada puncak kepala si gadis.

"Gak ada alasan yang tersisa buat aku ngepertahanin mereka. Hubungan kami bener-bener berakhir dan aku yang neriakin itu di depan semua orang. Huh.. kacau banget tadi, Dinya." Mengelus lengan yang dibungkus piyama. Sebelah tangan yang lainnya memainkan ujung rambut gadis itu. "Tapi kamu jangan khawatir, aku gak mungkin ngebiarin semuanya berlalu gitu aja setelah apa yang terjadi. Selain hukuman dari guru, masih ada lagi yang harus mereka tanggung. Dan itu cukup gak mudah sampai mereka punya waktu buat ganggu kita."

Dinya terdiam. Sebenarnya foto-foto yang tersebar sangat tampak jelas sekali bahwa itu hanya rekayasa. Sungguh tidak pro pelaku yang mengedit fotonya.

"Gue gak terlalu ngepermasalahin. Kalau emang mereka pelakunya, maka hukuman dari guru harusnya udah cukup." Sahut gadis itu santai. Sedikit menggeliat agar tangan kokoh yang melilit itu sedikit longgar dari tubuhnya. "Lagian fotonya keliatan banget bahwa itu editan. Emang murid-murid aja yang pada gak suka sampe bersikeras ngomong buruk. Segitunya kekurangan bahan gosip. Huh."

Dengan pipi menggelembung. Dinya melirik ke arah Sinan. Lalu mereka tertawa.

"Nasip bergaul sama siswa most wanted gini amat. Apa-apa gue jadi serba salah." Kata gadis itu sambil tersenyum. Satu mingguan ini ia memang merasa awkward ketika ditatap sedemikian rupa oleh para murid yang ada. Mau bagaimana lagi.

Tak.. tak..

Melirik kearah jam pada dinding yang telah menunjukkan pukul 17.20. Gadis itu lantas ingin berdiri namun kembali dibuat terduduk karena tarikan tiba-tiba yang dilakukan si pemuda. Dinya mendengus. Sembari menatap Sinan yang sedang memangku sambil mengendus lehernya begitu malas.

"Aku cape. Boleh merem bentar gak."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!