NovelToon NovelToon
Ketika Takdir Menemukan Langit

Ketika Takdir Menemukan Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / CEO / Office Romance
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lacataya_

Embun Nadhira Putri, 28 tahun, terjebak antara tuntutan pekerjaan dan desakan keluarganya untuk segera menikah. Ketika akhirnya mencoba aplikasi kencan, sebuah kesalahan kecil mengubah arah hidupnya—ia salah menyimpan nomor pria yang ia kenal.

Pesan yang seharusnya untuk orang lain justru terkirim kepada Langit Mahendra Atmaja, pria matang dan dewasa yang tidak pernah ia pikirkan akan ia temui. Yang awalnya salah nomor berubah menjadi percakapan hangat, lalu perlahan menjadi sesuatu yang jauh lebih berarti.

Di tengah tekanan keluarga terutama sang Mama, rutinitas yang melelahkan, dan rasa takut membuka hati, Embun menemukan seseorang yang hadir tanpa diminta.
Dan Langit menemukan seseorang yang membuatnya ingin tinggal lebih lama.

Terkadang takdir tidak datang mengetuk.
Kadang ia tersesat.
Kadang ia salah alamat.

Dan kali ini…
takdir menemukan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lacataya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 – Salah Nomor, Salah Deg-degan

Matahari pagi pelan-pelan menyelinap masuk lewat celah kecil tirai kamar Embun, menebarkan cahaya keemasan yang lembut di dinding biru pastel itu. Debu-debu halus tampak menari di udara, berputar lambat seperti partikel kecil yang ikut menyambut pagi. Suara burung dari luar jendela samar-samar terdengar, bikin kamar itu terasa seperti tempat yang aman dari segala kekacauan hidup.

Di sisi lain ruangan, alarm di HP Embun sudah meraung sejak tiga menit yang lalu—lagu favoritnya yang seharusnya bikin semangat, tapi pagi itu malah terdengar seperti backsound siksaan ringan. Meski begitu, Embun tetap meringkuk di bawah selimut, tenggelam dalam sisa-sisa kehangatan mimpi semalam.

Ada senyum kecil mengembang di bibirnya. Senyum yang, entah bagaimana, tidak hilang sejak ia terbangun.

Embun berguling pelan, menutupi wajah dengan selimut, sementara alarm masih bekerja keras menjalankan tugasnya. Ia membuka satu mata, mengintip jam digital di ponsel.

“Baru jam enam empat puluh…” gumamnya, suara serak khas orang yang baru bangun. “Masih bisa tidur lima menit lagi…”

Tapi tubuhnya berkata lain. Ada denyut-denyut lembut di dada—semacam rasa hangat samar yang nggak bisa dijelaskan. Bukan jatuh cinta, bukan bahagia berlebihan… lebih seperti mood baik yang muncul tanpa alasan logis.

Mungkin karena semalam ia tidur lebih cepat dari biasanya. Atau mungkin karena mimpinya absurd banget sampai otaknya masih ketawa sendiri. Atau mungkin… karena untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, ia bangun tanpa beban lembur, tanpa tekanan e-mail kantor, tanpa suara Mama yang kampanye nikah dari pagi buta.

Embun menarik napas panjang, merasakan aroma kamarnya sendiri—campuran lavender dari diffuser, wangi bedak ringan, dan sedikit aroma cucian yang belum sempat dilipat. Pikirannya mulai kembali ke permukaan.

“Duh… hari ini harus kerja lagi…” keluhnya sambil menatap langit-langit.

Tapi keluhan itu tidak pahit seperti biasanya. Ada sesuatu yang berbeda. Tenang. Adem. Kayak udara setelah hujan.

Perlahan, ia menyingkap selimut, meraih HP-nya, lalu mematikan alarm sambil berdecak kecil.

“Maunya aku tuh… hidup santai, kerja santai, uang banyak, jodoh nongol di depan pintu…”

Ia menghembuskan napas. “Tapi ya… yang ada cuma alarm berisik sama tagihan listrik.”

Meski begitu, bibirnya kembali tertarik ke atas. Ada sesuatu yang ringan di hatinya, seakan dunia sedang memberi jeda kecil.

Dengan sisa kantuk yang masih menggantung, ia bangun dari tempat tidur, menurunkan kaki ke lantai yang sedikit dingin, dan meraih hairband untuk mengikat rambutnya.

Baru aja dia mau bangun, HP-nya sudah bergetar lagi.

Ari_21: Selamat pagi, HRD! Jangan lupa sarapan biar otaknya gak mogok pas meeting.

Dion_Pion: Pagi, Bulan. Semoga harimu lancar ya hari ini ☕

Embun menatap dua notifikasi itu lama-lama. “Ya Tuhan… ini udah kayak ujian nasional perasaan,” ujarnya sambil garuk kepala yang nggak gatal.

Akhirnya dia balas dua-duanya, tapi dengan vibe beda.

Ke Dion — formal manis.

Ke Ari — nyolot tapi gemas.

Embun_Pagi: Pagi juga, Dion. Makasih ya ☺️

Embun_Pagi: Gue gak mogok, Ar. Tapi kalo lo terus ngirimin meme, mungkin gue resign aja 😒

Ari_21: Resign aja sekalian, biar bisa fokus jadi admin fanbase ikan goreng 🐟❤️

“NIH ORANG NIH—” Embun menjerit kecil sambil menutupi wajah dengan bantal. Tapi ekspresi senyum di bibirnya gak bisa bohong.

Kantor Global Farmasi**

Suasana kantor sudah mulai ramai. Suara printer, obrolan kecil, dan aroma kopi memenuhi udara. Embun duduk di mejanya, berusaha fokus buka dokumen kerja di laptop, tapi pikirannya masih kemana-mana. Karin, yang baru datang dengan segelas kopi hangat di tangan, langsung nyengir begitu melihat wajah teman satu ruangannya itu.  “Tumben banget nih HRD favorit gue senyum-senyum dari tadi pagi.”

Embun pura-pura sibuk. “Apaan sih, Rin? Gue cuma lagi inget kerjaan, emangnya kerjaan bulanan GA (General Affair) udah kelar?.” Embun malah balik bertanya.

Karin mencondongkan tubuh ke meja, menatap curiga. “Kalo kerjaan gue mahh lancar jayaa, Kerjaan lo kali, tuh bentuknya dua chat biru, ngomong apaan aja tuh?”

Embun membeku. “Ihhh, lo ngintip HP gue ya?”

“Gak usah diintip, Bun.  Lah wong Hp lo aja menyala terang gituhh, gimana gue gak ngeliat coba,” ujar Karin dengan nada menggoda. “Lo kenapa sih, sekarang glowing banget. Lo pake skincare baru atau lagi ngerasa dicintai semesta?”

Embun menatap Karin sambil menahan tawa. “Skincare gue masih sama. Yang beda cuma... notifikasi HP gue aja.”

“OH JADI BENER NIH!” Karin nyaris teriak. “SIAPA NAMA COWOKNYA, SAMA YANG KEMAREN?!”

“Hooh, tapi bukan satu, Rin,” gumam Embun lirih, nyaris tak terdengar.

Karin mengerutkan dahi. “Apa?”

“Bukan satu,” ulang Embun lebih pelan, sambil menatap layar laptopnya yang malah menampilkan email draft kosong.

Karin terdiam dua detik, lalu menepuk meja. “DUA?! MBUNNN, LO MAIN API NIH?!” 😭🔥

Embun langsung menutup mulut Karin dengan tangan. “Sssttt! Jangan kenceng-kenceng, nanti orang-orang denger!”

“Ya gimana nggak kenceng kalo temen gue, staff HR yang biasanya kayak file PDF—rapi, dingin, nggak bisa diedit—eh sekarang kayak spreadsheet penuh warna!” Karin menahan tawa sampai bahunya naik-turun.

Embun menggeleng, pipinya memanas. “Rin, sumpah gue juga bingung. Yang satu manis banget, yang satu absurd tapi nyenengin. Gue tuh cuma pengen ngobrol biasa, tapi kok malah… jadi pengen tau terus.”

Karin melipat tangan di dada, menatap Embun dengan ekspresi I knew it. “Ya udah, jawabannya simple. Lo bukan cuma pengen tau — lo mulai ngerasa dikangenin dua kali lipat, makanya hati lo chaos.”

Embun menunduk, memainkan pulpen di jarinya. “Jadi gue... lagi salah kirim jodoh gitu maksud lo?”

Karin terkekeh. “Atau... mungkin jodohnya emang dikirim dobel, tinggal lo pilih mau yang mana dulu.”

Embun  menatap Karin dengan ekspresi setengah panik, setengah geli. “Lo tuh ngomongnya enak, Rin. Tapi kalo disuruh milih, kepala gue rasanya kayak tabrakan traffic light: dua-duanya ijo.”

Sementara mereka masih asik ribut, HP Embun kembali bergetar di meja. Dua notifikasi baru muncul bersamaan.

Dion_Pion: Aku baru nemu kafe baru, kamu suka kopi kan? Mungkin weekend ini kita bisa coba bareng.

Ari_21: Lo suka kopi nggak, HRD? Gue pengen minum kopi tapi sambil makan pisang goreng, kira kira warkop mana ya, yang enak buat ketemuan. 😂

Karin memandangi layar itu dan langsung ngakak. “Dua-duanya ngajak ngopi tapi dengan niat yang jauh banget!”

Embun  menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Rin, sumpah… gue capek tapi seneng.”

Karin menepuk bahunya lembut. “Welcome to love triangle versi digital, Bun. Selamat datang di dunia match yang bikin jantung kerja lembur.”

Embun tertawa kecil. “Iya, tapi... jujur, kayaknya ini baru awal.”

**

Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Lampu kamar Embun redup, hanya menyisakan cahaya hangat dari lampu meja di sudut tempat tidurnya. Ia sudah selesai cuci muka, pakai skincare, dan kini rebahan di kasur dengan piyama lucu bergambar alpukat.

Tangannya memainkan HP, membuka aplikasi dating yang sempat ia sumpahi tadi siang. Tapi entah kenapa, sekarang malah senyum-senyum sendiri.

“Ari dulu, ah. Si absurd ini pasti belum tidur,” gumamnya pelan sambil membuka chat.

Ari_21: Lagi ngapain, HRD? Masih ngitung absen karyawan yang telat?

Embun_Pagi: Enggak. Lagi ngitung peluang lo buat gak ngelawak selama lima menit.

Ari_21: Jadi nol, dong.

Embun_Pagi: Pantesan gue gak pernah dapet bonus ketenangan. 😒

Embun  terkekeh kecil. Tangannya lalu berhenti saat membaca pesan berikutnya.

Ari_21: Eh, Bun… lo ada WA gak? Chat di sini delay banget.

Embun_Pagi: Hmm, boleh. Tapi jangan spam meme ikan goreng, ya.

Ari_21: Janji. Gue cuma kirim dua aja per hari. ini nomor gue 0813 1234 xxx

Embun_Pagi : Oke, wait gue simpen dulu, nanti gue ping lo ya

Ari_21 : Oke. Sip

Embun menghela napas geli, lalu akhirnya menyimpan nomor Ari secara manual . “Ya udah deh, semoga gak nyesel,” ujarnya pelan sambil menyerahkan takdirnya ke jempol sendiri.

Tanpa sadar, satu angka di tengah nomor itu meleset. Satu digit kecil, tapi efeknya bakal besar banget nanti. Kesalahan jempolnya yang benar benar berefek besar pada kehidupan percintaannya.

Beberapa menit kemudian, Embun berbaring miring, menggigit bibir sambil menatap layar. “Ngapain ya biar gak awkward di WA? Ah, kirim voice note aja kali. eh, gue ping dulu aja kali ya baru gue kirim voice note”

Embun : Ping 

lalu Ia menekan tombol rekam, tapi setelah lima detik, malah bengong sendiri.

“Hmm… halo,” suaranya terdengar canggung. “Aku nggak tahu harus ngomong apa, tapi ya... ini percobaan supaya nggak kayak chattingan sama bot.”

Begitu selesai, Embun langsung menutup wajah pakai bantal. “YA ALLAH, APAAN SIH ITU?! Kok cringe banget sih, Bun?! Tapi... ah, udah terlanjur, kirim aja deh.”

Tanpa pikir panjang, ia tekan send.

Dua menit berlalu. Tiga menit. Sepi.

Embun mulai nyaris lupa soal voice note itu sampai HP-nya bergetar. Satu pesan voice note baru muncul dari nomor yang hanya ia beri nama A.

A : “Suaranya jelas. Tapi kamu siapa? Aku nggak pernah ikut audisi Indonesian Idol.”

Embun menatap layar dengan mata membulat. “Hah?! Siapa nih?!”

Ia langsung buka kontak, menatap nomor itu lekat-lekat… lalu… “ASTAGA.” Nomornya beda satu digit. SATU. DIGIT.

Ia menjatuhkan diri ke kasur dengan wajah menelungkup. “Kenapa jempol gue suka kriminal begini?! Gue baru aja kirim voice note sok manis ke orang random, YA TUHAN!”

Dengan panik, ia mengganti nama kontak tresebut dengan Mr. Don't know,  kemudian ia mengetik cepat:

Embun: Maaf! Salah kirim! Tolong pura-pura gak kenal aku.

Balasannya datang dalam hitungan detik.

Mr. Don't know : Tenang. Aku sudah komitmen untuk amnesia selektif.

Embun membeku, lalu menatap layar dengan ekspresi tak percaya. “Dia jawabnya santai banget…” gumamnya sambil menahan tawa yang hampir meledak. Ia kembali mengetik dengan jari gemetar:

Embun: Serius deh, maaf banget. Tolong lupakan suaraku barusan. Ya.

Mr. Don't know: Gimana bisa dilupain, kalo suaranya kayak lagi narasiin iklan parfum.

“OH MY GOD.” Embun menutup mulutnya sendiri. Pipi panas, jantungnya entah kenapa berdetak lebih cepat. “Siapa sih nih orang?! Kok… kalimatnya halus tapi nusuk di tempat aneh.”

Ia buru-buru menaruh HP di meja, tapi beberapa detik kemudian malah menariknya lagi.

Embun: Ya Tuhan, semoga kamu gak nyari IG gue, stranger misterius.

Mr. Don't know:  Belum. Tapi kalau kamu terus minta begitu, bisa aja aku jadi penasaran. 😉

Embun langsung menutup chat itu, lempar HP ke kasur, dan memeluk bantal dengan wajah merah. “Duh, Ari aja belum bikin deg-degan, kok yang salah nomor malah bisa bikin deg degan?!”

**

Tbc

1
Bia_
ferdi lu bener bener ya,
Al_yaa
greget banget sama bab ini, gak sabar nunggu lanjutannya, updatenya bisa langsung 5 bab gak thor,penasaran bangettt
Al_yaa
cepatt cari orang bodoh itu papiiii
Al_yaa
cefatt rekrut diaa langitttt
KaosKaki
rasakno koe fer
KaosKaki
boleh gak berkata kasar buat di Ferdi /Panic//Panic/
Bubuuu
ceritanya bagus banget 👍👍😍😍
Al_yaa
yg buat virus perempuan, diremehin pulak tapi bikin satu gedung gonjang ganjing /Joyful/
aRa_
hebat banget embun, langsung ulti si Ferdi pake virus biar kicep
aRa_
bajigur banget si Ferdi /Panic/
aRa_
baru telponan aja udh deg degan ya embun
Al_yaa
ferdi, lo syibal banget yakk/Angry/
Al_yaa
pandangan pertama awal aku berjumpa /Hey//Hey/
Al_yaa
one step closer langit, berawal dari callan lama lama video callan dehhh
Bia_
akhirnya akhirnya /Scream/
Bia_
yaloh mereka udah Callan aja
KaosKaki
huuwwaaa akhirnya mereka ketemu tapi gak kenal /Sob//Sob//Sob/
KaosKaki
ada apa inih, kenapa bapaknya angkasa nongol. tor ada apa ini coba jelaskan
KaosKaki
bener bener dah ya, embun sama langit udah kaya anak abg banget /Facepalm/
Bia_
wow apakah akan ada plot twist Pemirsa 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!