NovelToon NovelToon
Sea Lovers

Sea Lovers

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:486
Nilai: 5
Nama Author: Humairah_bidadarisurga

Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.

Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.

Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Aldo masih berdiri diam, menatap Sea dalam-dalam. Kata-kata itu masih menggantung di udara.

"Aku mencintaimu."

Seharusnya ia merasa lega, seharusnya ia merasa bahagia. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di dadanya.

"Kenapa sekarang?" suara Aldo terdengar parau, nyaris berbisik.

Sea menelan ludah, tangannya gemetar. "Karena aku terlalu takut untuk mengakuinya lebih awal."

Aldo tersenyum kecil, tapi itu bukan senyuman bahagia. "Jadi kau butuh satu minggu untuk memutuskan apakah kau mencintaiku atau tidak?"

Sea mengangguk pelan. "Aku butuh satu minggu untuk menerima perasaanku sendiri."

Aldo memejamkan mata, menarik napas panjang sebelum akhirnya menghembuskannya perlahan. Ia lalu melangkah mundur.

"Aku mencintaimu sejak awal, Sea," ucapnya lirih. "Sejak aku melihatmu di tepi laut itu. Aku tahu aku menginginkanmu. Tapi aku tidak pernah ingin memaksamu."

Sea merasakan ada sesuatu yang tidak beres dari cara Aldo berbicara.

"Kau sudah mengambil keputusan, kan?" tanya Sea.

Aldo menatapnya lama, lalu tersenyum tipis. "Ya."

Sea merasa dadanya mencelos. "Dan keputusan itu apa?"

Aldo menoleh ke arah koper yang ada di dekat sofa. "Aku akan pergi."

Sea membelalak. "Apa?"

Aldo tersenyum miris. "Aku sudah mempersiapkan ini sebelum kau kembali. Aku tidak bisa terus menunggu dalam ketidakpastian, Sea."

"Tapi aku sudah memutuskan!" suara Sea meninggi, matanya berkaca-kaca. "Aku memilihmu, Aldo!"

Aldo menatapnya dengan penuh luka. "Aku tahu. Tapi kenapa aku merasa kau hanya memutuskan ini karena takut kehilangan, bukan karena kau benar-benar yakin?"

Sea terdiam.

Aldo melangkah mendekatinya, jemarinya menyentuh dagu Sea dengan lembut. "Aku ingin kau bahagia. Dengan atau tanpa aku."

Sea menggeleng kuat. "Tidak. Aku tidak mau kehilanganmu, Aldo."

Aldo tersenyum tipis. "Sea, aku akan pergi ke luar negeri untuk sementara waktu. Aku butuh ruang untuk diriku sendiri, dan aku ingin kau juga benar-benar memastikan perasaanmu."

"Tapi—"

"Satu bulan," potong Aldo. "Kalau setelah satu bulan kau masih merasa bahwa aku adalah orang yang benar-benar kau cintai, aku akan kembali."

Sea menatapnya putus asa. "Bagaimana kalau aku bilang aku tidak ingin kau pergi?"

Aldo mengusap pipinya pelan. "Kalau begitu, kau harus mengejarku sebelum aku benar-benar pergi."

Sea berdiri di depan pintu apartemen, hatinya berdebar kencang. Aldo sudah pergi.

Ia menunggu, menunggu keajaiban bahwa Aldo akan kembali dengan sendirinya.

Tapi hari demi hari berlalu, dan Aldo tidak pernah muncul lagi.

Satu-satunya cara untuk menahannya adalah dengan mengejarnya.

Pertanyaannya sekarang, apakah Sea berani?

Ataukah ia akan terlambat menyadari bahwa cintanya benar-benar berharga?

Sea duduk di tepi ranjang, menggenggam ponselnya erat. Jemarinya berulang kali mengetik pesan, hanya untuk kemudian menghapusnya lagi.

"Aldo, aku merindukanmu."

"Aldo, kapan kau akan kembali?"

"Aldo, aku menyesal tidak menahanmu."

Tapi tak satu pun pesan itu terkirim.

Sea menghela napas panjang, matanya menerawang ke luar jendela. Sudah dua minggu sejak kepergian Aldo, dan semakin hari, perasaan rindu itu makin menyiksanya.

Dia pikir dia bisa menunggu. Dia pikir perasaannya akan tetap sama bahkan setelah Aldo pergi.

Tapi yang ada justru sebaliknya.

Setiap hari terasa hampa tanpa kehadiran Aldo.

Setiap sudut apartemen mengingatkannya pada pria itu—cangkir kopi favoritnya di dapur, jasnya yang masih tergantung di lemari, aroma parfumnya yang samar-samar masih melekat di sprei tempat tidur.

Sea menekan dadanya yang terasa sesak.

"Aku mencintainya."

Tapi, apakah Aldo masih mau kembali?

Di Tempat Lain...

Aldo menatap langit malam dari balkon hotelnya. Kota ini jauh dari Indonesia, jauh dari semua kenangan yang ia tinggalkan.

Tapi sekeras apa pun ia mencoba melupakan, pikirannya tetap kembali ke satu hal—Sea.

Gadis itu telah menjadi bagian dari hidupnya, dan keputusannya untuk pergi hanya semakin menegaskan satu hal: ia mencintai Sea lebih dari yang ia kira.

Tapi ia juga takut.

Takut bahwa Sea hanya memilihnya karena keadaan.

Takut bahwa cinta Sea bukanlah cinta yang sejati, melainkan sekadar keinginan untuk tidak kehilangan.

Ia ingin Sea mengejarnya.

Ia ingin Sea membuktikan bahwa ia benar-benar mencintainya.

Tapi sampai sekarang, tidak ada pesan, tidak ada panggilan.

Dan itu membuat Aldo semakin ragu.

Mungkin... memang lebih baik begini.

Mungkin sudah saatnya ia benar-benar pergi.

Sea menghapus air matanya, menatap bayangannya di cermin.

"Aku tidak bisa begini terus."

Ia tahu Aldo menunggunya untuk mengambil keputusan.

Dan jika ia terus diam, ia mungkin akan benar-benar kehilangan pria itu.

Sea bangkit, mengambil jaket dan tasnya.

Ia sudah memutuskan.

Dia akan mengejar Aldo.

Sebelum semuanya terlambat.

BAB 50 – MENGEJAR CINTA

Sea berdiri di bandara, tiket di tangannya sedikit bergetar karena genggamannya yang terlalu erat. Detik ini, ia tahu dirinya telah mengambil keputusan besar—mengejar Aldo.

Selama ini, ia hanya membiarkan perasaannya menggantung. Ketika Aldo pergi, ia pikir itu hanya sementara. Ia pikir pria itu akan kembali dengan sendirinya. Tapi ternyata, Aldo tak kunjung pulang. Dan semakin lama ia menunggu, semakin ia sadar satu hal:

"Aku tidak bisa hidup tanpanya."

Sea menarik napas dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar keras. Ia telah mencari informasi tentang keberadaan Aldo melalui sekertarisnya, dan akhirnya menemukan tempat pria itu menghilang—sebuah kota di Eropa yang dingin dan jauh dari semua kenangan di Indonesia.

Pesawat akan berangkat dalam satu jam.

"Tunggu aku, Aldo."

Di Kota Lain...

Aldo menatap ponselnya yang sunyi. Ia bisa saja menghubungi Sea, tapi egonya menahan dirinya.

Jika Sea benar-benar mencintainya, ia ingin gadis itu yang datang kepadanya.

Namun, ia sadar bahwa harapan itu mungkin hanya sia-sia.

"Mungkin aku hanya berlebihan. Mungkin dia memang lebih baik tanpaku."

Aldo tersenyum miris. Ia tak pernah merasa selemah ini sebelumnya.

Dan tepat ketika ia hendak meletakkan ponselnya...

Notifikasi masuk.

Sebuah pesan dari nomor yang sangat ia kenali.

"Aku ada di bandara kota ini. Kumohon, jangan pergi."

Aldo terpaku. Dadanya berdebar keras.

Sea datang?

Tanpa berpikir panjang, Aldo langsung meraih mantel dan kunci mobilnya.

Untuk pertama kalinya, ia berlari tanpa ragu.

Sea berdiri di pintu kedatangan, menggigit bibirnya gugup. Matanya menelusuri setiap wajah yang berlalu-lalang, mencari seseorang yang sudah lama ia rindukan.

Hingga akhirnya...

Mata mereka bertemu.

Aldo berdiri di sana, terengah-engah, tatapannya penuh dengan emosi yang sulit diartikan.

Sea langsung merasa matanya panas.

“Aldo…” suaranya bergetar.

Aldo melangkah mendekat, lalu tanpa berkata apa-apa, ia langsung menarik Sea ke dalam pelukannya.

Hangat.

Begitu erat.

Begitu penuh kerinduan.

“Aku pikir kau tidak akan datang,” bisik Aldo di telinganya.

Sea memejamkan mata, air matanya jatuh. “Aku juga berpikir aku tak akan berani.”

Aldo melepaskan pelukannya sedikit, menatap gadis itu lekat-lekat. “Kenapa kau mengejarku?”

Sea menelan ludah. Sekaranglah waktunya untuk mengatakan yang sebenarnya.

“Aku mencintaimu, Aldo.”

Tatapan Aldo berubah. “Apa?”

Sea menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya. “Aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu. Bukan karena pernikahan ini, bukan karena keadaan, tapi karena aku benar-benar mencintaimu.”

Aldo menatapnya tanpa berkedip. Seolah tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar.

Detik berikutnya, ia menarik Sea kembali ke dalam pelukannya, lebih erat dari sebelumnya.

“Kau tak tahu betapa lama aku menunggu mendengar kata-kata itu darimu,” bisiknya.

Sea tersenyum di tengah tangisnya.

Ia telah menemukan rumahnya.

Dan rumahnya adalah Aldo.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!