NovelToon NovelToon
Mahkota Surga Di Balik Cadar Fatimah

Mahkota Surga Di Balik Cadar Fatimah

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintapertama / Mengubah Takdir / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama / Fantasi Wanita
Popularitas:57
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Darah kakaknya masih basah di gaun pestanya saat Zahra dipaksa lenyap.
Melarikan diri dari belati ayahnya sendiri, Zahra membuang identitas ningratnya dan bersembunyi di balik cadar hitam sebagai Fatimah. Di sebuah panti asuhan kumuh, ia menggenggam satu kunci logam bukti tunggal yang mampu meruntuhkan dinasti berdarah Al-Fahri. Namun, Haikal, sang pembunuh berdarah dingin, terus mengendus aromanya di setiap sudut gang.
Di tengah kepungan maut, muncul Arfan pengacara sinis yang hanya percaya pada logika dan bukti. Arfan membenci kebohongan, namun ia justru tertarik pada misteri di balik sepasang mata Fatimah yang penuh luka. Saat masker oksigen keadilan mulai menipis, Fatimah harus memilih: tetap menjadi bayangan yang terjepit, atau membuka cadarnya untuk menghancurkan sang raja di meja hijau.
Satu helai kain menutupi wajahnya, sejuta rahasia mengancam nyawanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Darah di Atas Gaun Pesta

Lantai batu pualam aula itu berubah menjadi kolam merah pekat dalam hitungan detik. Cahaya lampu gantung kristal yang mewah memantulkan kilauan noda darah yang terus merambat mendekati ujung sepatu perak milik Zahra. Di depannya Luna tergeletak dengan napas yang satu satu sementara tangannya masih mencengkeram perut yang robek oleh belati tajam.

Zahra berdiri mematung dengan seluruh tubuh gemetar hebat hingga lututnya terasa lemas dan nyaris kehilangan tumpuan. Musik klasik yang semula mengalun merdu kini telah mati digantikan oleh kesunyian mencekam yang hanya dipecah oleh suara detak jantungnya sendiri. Ia tidak pernah membayangkan bahwa pesta ulang tahun ayahnya yang megah akan berakhir menjadi ladang pembantaian yang mengerikan.

"Lari jangan biarkan dia mengambil benda ini," bisik Luna dengan sisa tenaga yang ada.

Suara itu terdengar seperti gesekan kertas kering yang hancur berkeping keping di udara. Mata Luna nampak membelalak memberikan isyarat terakhir sebelum kepalanya terkulai ke samping.

"Kak Luna bertahanlah aku akan memanggil bantuan jangan tinggalkan aku," jerit Zahra sambil berlutut di samping tubuh kakaknya yang mendingin.

Jemari Luna yang berlumuran darah meraih tangan adiknya lalu menekan sebuah kunci logam dingin ke telapak tangan Zahra. Zahra meraung pelan sambil mendekap kunci itu di dadanya sementara matanya menatap nanar ke ujung ruangan yang kini terasa begitu asing. Di sana berdiri Pratama Al Fahri dengan setelan jas hitam yang sangat rapi tanpa noda sedikit pun.

Pria itu memegang sebilah belati yang masih meneteskan cairan merah ke atas lantai pualam yang sangat mahal. Wajahnya tetap datar seolah baru saja menyelesaikan tugas kantor yang membosankan bukannya baru saja menghabisi putri sulungnya sendiri. Tatapan matanya yang tajam mengunci pergerakan Zahra hingga gadis itu merasa sesak napas.

"Kau selalu menjadi anak yang paling lambat memahami keadaan Zahra," ujar Pratama dengan suara dingin tanpa rasa sesal.

"Kenapa Ayah melakukan ini dia putrimu sendiri Kak Luna tidak salah apa apa," balas Zahra dengan suara serak akibat tangis yang tak terbendung.

Pratama melangkah maju dengan setiap ketukan sepatunya di atas lantai terdengar seperti lonceng kematian yang mendekat. Ia tidak menjawab pertanyaan putrinya melainkan hanya mengulurkan tangan kirinya dengan gerakan yang sangat memaksa. Cahaya lampu kilat dari kamera wartawan yang masih tertinggal di aula memberikan kesan dramatis pada wajahnya yang bengis.

Bagi Pratama kekuasaan dan rahasia perusahaan jauh lebih berharga daripada hubungan darah yang telah ia bangun selama puluhan tahun. Ia tahu bahwa kunci logam yang kini digenggam putri bungsunya adalah satu satunya benda yang bisa menyeretnya ke penjara. Rahasia kejahatan besar tersimpan rapi di balik kode kode yang hanya bisa dibuka dengan kunci tersebut.

"Serahkan kuncinya sekarang atau kau akan menyusul kakakmu di lantai ini," ancam Pratama dengan nada yang sangat rendah namun mematikan.

"Tidak aku lebih baik mati daripada memberikan benda ini padamu Ayah kejam," teriak Zahra sambil berdiri dan mundur perlahan lahan.

Keputusan itu memicu amarah di mata Pratama yang nampak mulai menggelap seperti langit sebelum badai besar datang. Ia memberi isyarat kepada para pengawal berpakaian hitam yang sejak tadi berdiri di balik tirai tirai besar aula. Zahra menyadari bahwa ia tidak memiliki banyak waktu lagi jika ingin tetap bernapas lebih lama di rumah ini.

Ia segera memutar tubuhnya dan berlari sekuat tenaga menuju pintu kaca yang menuju ke arah taman belakang rumah. Zahra menabrak meja makanan hingga gelas gelas kaca jatuh berhamburan namun ia tidak memedulikan rasa perih saat pecahan kaca menusuk kakinya. Di belakangnya suara langkah kaki para pengawal Pratama terdengar semakin riuh mengejarnya seperti serigala lapar.

"Tangkap dia hidup hidup aku ingin benda itu kembali utuh ke tanganku," suara Pratama terdengar berteriak dari kejauhan.

"Cepat dia lari ke arah pagar belakang tutup semua jalan keluar sekarang juga," perintah Haikal tangan kanan Pratama dengan sangat tegas.

Zahra terus berlari menembus kegelapan taman yang hanya diterangi oleh sinar bulan yang nampak suram dan pucat. Hujan tiba tiba turun dengan sangat lebat mengguyur tubuhnya yang mulai menggigil kedinginan di tengah pengejaran mematikan ini. Ia berhasil mencapai pagar besi yang menjulang tinggi lalu dengan sisa tenaga memanjat kawat berduri yang sangat tajam.

Rasa sakit yang menyengat terasa saat duri logam mencabik kulit lengan dan pahanya namun ia tetap memaksa tubuhnya melompat. Ia jatuh tersungkur di atas aspal jalanan yang kasar membuat lututnya terluka dan darah segar mulai mengalir deras. Namun ia segera bangkit dan berlari menyusuri jalan setapak yang gelap menjauh dari lampu lampu megah rumahnya.

"Aku harus bertahan aku tidak boleh tertangkap sekarang di tempat ini," bisiknya pada diri sendiri sambil mengatur napas yang terasa membakar dada.

Ia melihat sebuah mobil hitam meluncur pelan dari arah berlawanan membuat jantungnya hampir melompat keluar karena ketakutan yang luar biasa. Zahra segera bersembunyi di balik tumpukan barang bekas di sebuah gang sempit sambil menahan napasnya agar tidak terdengar. Ia melihat mobil itu lewat menampakkan wajah Haikal yang sedang mengamati jalanan dengan sorot mata bengis.

Setelah mobil itu menghilang di tikungan jalan ia kembali keluar dan berlari menuju area perumahan yang lebih padat penduduk. Pandangannya mulai kabur akibat darah yang mengalir dari luka di kepala serta kelelahan fisik yang sangat hebat. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia berlari namun ia merasa kakinya sudah tidak sanggup lagi menopang berat tubuhnya.

"Tolong siapa pun di dalam tolong buka pintu ini saya dalam bahaya," ia memukul mukul pintu kayu sebuah bangunan tua.

"Siapa di luar ini sudah lewat tengah malam jangan membuat keributan," suara seorang wanita tua terdengar dari balik pintu.

"Tolong selamatkan saya saya mohon buka pintunya," suara Zahra menghilang dalam bisikan sebelum tubuhnya jatuh ke depan.

Pintu terbuka sedikit menampakkan wajah Ibu Sarah yang terkejut melihat gadis muda dengan gaun pesta yang rusak dan bersimbah darah. Sebelum Ibu Sarah sempat bertanya lebih jauh tubuh Zahra jatuh pingsan tepat di pelukannya yang terasa sangat hangat. Ibu Sarah segera menariknya masuk dan mengunci pintu rapat rapat karena merasa ada bencana besar yang membayangi.

Di dalam panti yang sunyi Ibu Sarah membaringkan Zahra di atas kursi panjang tua dan mulai membersihkan luka lukanya. Ia menemukan sebuah kunci logam yang digenggam sangat erat oleh Zahra bahkan dalam kondisi pingsan sekalipun. Dengan hati hati ia mengambil kunci itu dan menyembunyikannya di tempat yang paling aman menurut perasaannya.

Identitas asli Zahra kini tertinggal sebagai noda di aspal berdarah yang perlahan lahan mulai mengering di bawah sinar matahari pagi yang pucat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!