"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1: Saldo Terakhir dan Suara di Kepala
Hujan deras mengguyur Jakarta malam itu, seolah langit sedang ikut menangisi nasib Rian.
Di dalam kamar kos berukuran 3x3 meter yang pengap, pemuda berusia 24 tahun itu menatap layar ponselnya dengan pandangan kosong. Cahaya layar yang redup menerangi wajahnya yang tyrus dan lelah. Di sana, aplikasi m-banking menampilkan angka yang menyedihkan.
Saldo Aktif: Rp 14.500,00
"Cukup buat beli mie instan dua bungkus dan air galon isi ulang," gumam Rian, suaranya serak. "Besok? Besok urusan nanti."
Rian melempar ponselnya ke kasur busa tipis yang sudah kempes di tengah. Ia menyandarkan punggung ke tembok yang catnya mengelupas. Hari ini adalah rekor terburuk dalam hidupnya. Pagi tadi, ia dipecat dari pekerjaan sales panci karena gagal mencapai target penjualan. Siangnya, pemilik kos menagih tunggakan dua bulan dengan ancaman pengusiran. Dan malam ini... ia lapar.
"Kenapa susah banget jadi orang jujur?" keluhnya pada langit-langit kamar yang bocor.
Sebagai yatim piatu yang besar di panti asuhan, Rian sudah kenyang makan asam garam kehidupan. Ia pernah bekerja jadi kuli panggul, penjaga warnet, hingga cleaning service. Tapi setiap kali ia mencoba bekerja keras, selalu ada orang yang memanfaatkan kepolosannya. Bos yang menahan gaji, rekan kerja yang memfitnah, atau sistem yang menindas.
Dunia ini sepertinya dirancang hanya untuk orang licik dan berduit.
Krukkk...
Perutnya berbunyi nyaring. Rian memejamkan mata, mencoba tidur untuk melupakan lapar. Namun, tepat saat kesadarannya mulai melayang, sebuah suara mekanik yang jernih dan dingin bergema di dalam kepalanya. Bukan di telinga, tapi langsung di otak.
[Ting!]
[Mendeteksi jiwa yang putus asa namun memiliki empati tinggi...]
[Kesesuaian: 99,9%]
[Memulai Inisiasi Sistem...]
Rian tersentak bangun. Ia menoleh ke kanan dan kiri. "Siapa itu?! Bang Jago, kalau mau nagih kosan jangan nakut-nakutin dong!"
Hening. Hanya suara hujan yang terdengar.
"Gila... gue udah gila karena laper," Rian memijat pelipisnya.
[Anda tidak gila, Host Rian.]
Sebuah layar holografik berwarna biru muda mendadak muncul melayang di depan wajahnya. Rian mundur ketakutan hingga punggungnya menabrak tembok. Ia mengucek matanya berkali-kali. Layar itu tembus pandang, tapi tulisannya terbaca sangat jelas.
[Selamat Datang di SISTEM KAPITALIS BAHAGIA]
[Misi Utama: Membangun Imperium Bisnis Berbasis Kemanusiaan]
[Host adalah satu-satunya entitas di Bumi yang memiliki akses ke antarmuka ini.]
"Sistem? Kayak di novel-novel?" Rian memberanikan diri menyentuh layar itu. Tangannya menembus cahaya tersebut. "Tunggu, 'Kapitalis Bahagia'? Apa-apaan nama itu?"
Suara mekanik itu kembali menjawab, “Dunia ini rusak karena keserakahan. Banyak pengusaha kaya, tapi karyawan mereka menderita. Sistem ini memilihmu untuk mengubah tatanan itu. Jadilah kaya, tapi pastikan orang-orangmu sejahtera.”
Sebuah amplop virtual muncul di layar, lalu terbuka.
[Starter Pack Diterima]
[Dana Awal: Rp 100.000.000.000 (Seratus Miliar Rupiah)]
[Status: Legal, Pajak Terbayar, Asal Dana: Warisan Investasi Global]
Rian tertawa hambar. "Seratus miliar? Lucu banget halusinasinya. Kalau gue punya duit segitu, gue udah beli pabrik mie instan."
Tring!
Kali ini suara notifikasi bukan dari kepalanya, tapi dari ponsel bututnya di kasur.
Rian melirik malas. Mungkin SMS penipuan "Mama Minta Pulsa" atau operator seluler. Tapi ketika ia meraih ponsel dan menyalakan layar, matanya melotot sampai hampir keluar.
Notifikasi dari aplikasi bank-nya muncul pop-up:
DANA MASUK: Rp 100.000.000.000,00
KETERANGAN: DANA AWAL GLOBAL INV.
Tangan Rian gemetar hebat. Ia buru-buru login ke aplikasi bank. Loading terasa sangat lama karena sinyal buruk. Jantungnya berdegup kencang seolah mau meledak.
Layar terbuka.
Angka itu nyata.
Satu, nol, nol... nol-nya banyak sekali.
"Ini... ini beneran?" napas Rian tercekat. "Gue... gue kaya?"
[Uang hanyalah alat, Host,] sela Sistem dengan nada datar. [Perhatian: Dana ini bebas digunakan, namun Mata Uang Utama Sistem bukanlah Rupiah, melainkan POIN KEBAHAGIAAN.]
Layar hologram berubah menampilkan menu baru: [TOKO SISTEM]
Isinya masih terkunci dan berwarna abu-abu, kecuali beberapa item aneh di baris pertama:
Resep Bumbu Penyedap Alami (Level 1) - Harga: 500 Poin
Vitamin Stamina Pekerja (Level 1) - Harga: 200 Poin
Cetak Biru Baterai Tahan Lama (Level 2) - Terkunci
Obat Kanker (Level 3) - Terkunci
[Cara mendapatkan Poin:]
[Buatlah karyawan atau orang yang terikat kontrak dengan Anda merasa BAHAGIA, BERSYUKUR, atau LEGA secara tulus. Semakin besar rasa syukur mereka, semakin banyak poin yang Anda dapatkan.]
Rian terdiam. Ia menatap uang 100 miliar di saldo rekeningnya, lalu menatap menu teknologi canggih di hologram itu.
Selama ini, ia selalu melihat bos-bosnya memeras keringat karyawan demi keuntungan pribadi. Mereka bilang, "Kalau mau kaya, harus tega."
Tapi Sistem ini mengatakan sebaliknya.
Kalau mau makin kaya dan punya teknologi canggih, kamu harus memanusiakan manusia.
Senyum tipis perlahan terukir di bibir Rian. Senyum yang bukan karena keserakahan, tapi karena sebuah pemahaman.
"Jadi... tugas gue cuma bikin orang bahagia?" Rian menatap hujan di luar jendela yang kini tidak lagi terlihat menyedihkan. "Dan gue punya modal 100 Miliar buat ngelakuin itu?"
Rian berdiri, menyambar jaketnya yang lusuh.
"Sistem," panggil Rian.
[Ya, Host?]
"Ayo kita cari makan. Setelah itu... kita cari orang yang nasibnya lebih sial dari gue kemarin."
Malam itu, Rian tidak lagi menjadi pemuda miskin yang kelaparan. Di tengah hujan Jakarta yang dingin, seorang Taipan baru saja lahir. Dan dia sedang mencari karyawan pertamanya.