NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Agen Rahasia

Kembalinya Sang Agen Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi
Popularitas:63.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.

Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyergapan

Nisa mengambil ponselnya lalu memperlihatkan video di mana Barly masuk ke dalam kamar yang dimasuki oleh Revina. Mata pria itu langsung membulat. Dia sama sekali tidak menyangka kalau di dalam pondok terdapat banyak cctv. Pria itu tidak pernah melihat kamera tersebut terpasang di area kamar dekat dapur.

Pemasangan cctv memang dilakukan oleh Zyan atas seijin Amma. Selain untuk menjaga keamanan, cctv juga diperlukan untuk memantau santri dan santriwati. Khawatir ada kasus pembullyan atau para santri melakukan hal yang dilarang oleh pihak pondok. Kamera yang dipasang memang bentuknya kecil dan ditaruh di tempat tersembunyi.

"Jelaskan apa ini, Bang? Apa pantas malam-malam seorang pria beristri memasuki kamar perempuan yang bukan mahramnya? Kalian di sana hampir satu jam lebih. Apa yang kalian lakukan?" suara Nisa terdengar bergetar menahan amarah yang sudah memenuhi hati dan kepalanya.

"Abang akui kalau memang malam itu Abang menemui Vina. Tapi ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Vina mengajak bertemu untuk membahas soal perlakukan Amma padanya. Dia ketakutan dan butuh pertolongan. Hanya itu saja, Nisa."

"Perlakukan apa? Bukankah dia memfitnah Amma setelah bertemu dengan Abang? Apa sebenarnya yang kalian lakukan malam itu? Apa kalian merencanakan untuk mencelakai Amma?"

"Ngga begitu, Nisa. Kamu salah paham. Seperti yang kubilang, kami hanya bicara. Vina tidak tahu harus bicara dengan siapa, jadi dia menemuiku."

"Kenapa harus malam-malam kalian bertemu? Apa tidak bisa kalian bertemu di siang hari dan di tempat umum yang bisa terlihat banyak orang? Kenapa harus malam dan di kamar?" cecar Nisa.

"Dia takut, sayang. Makanya dia mau menemuiku malam-malam. Aku mencintaimu, Nisa. Aku tidak mungkin mengkhianatimu."

Barly meraih tangan Nisa kemudian menggenggamnya dengan erat. Nisa hanya tertawa sumbang melihat reaksi suaminya. Sesungguhnya dia sudah muak bersikap baik pada suaminya. Dengan kasar Nisa menghempaskan tangan Barly. Wanita itu kemudian memperlihatkan rekaman lain, di mana Revina melihat dari kamar lalu masuk ke rumah Amma lewat pintu belakang.

Untuk sesaat Barly hanya terdiam. Lagi-lagi dia dibuat terkejut dengan adanya rekaman cctv tersebut. Jika sudah begini, maka sandiwara Revina akan terbongkar. Wanita itu tertangkap basah masuk ke rumah Amma hanya sekitar sepuluh menit sebelum wanita itu berteriak sudah dilecehkan oleh Amma.

"Apa Abang bisa jelaskan yang ini? Kenapa Vina masuk ke dalam rumah di malam hari? Padahal dia bilang kalau Amma yang memaksanya. Tapi dari rekaman, terlihat kalau dia melakukannya dengan sukarela, bukan karena paksaan. Dan Abang pergi tak lama setelah Vina keluar. Abang kembali ke rumah bukan? Berpura-pura tidak terjadi apa-apa sampai Hafiz menghubungiku. Sandiwara kalian benar-benar sempurna. Kalian sudah bersekongkol untuk memfitnah Amma dan membuatnya meninggal!"

"Bertahanlah dengan pemikiran mu itu, Nisa. Lalu apa maumu?"

"Surat yang Abang terima sudah jelas menyiratkan apa yang kumau."

"Aku tidak akan pernah menceritakan mu. Tidak akan pernah! Apa kamu lupa kalau kita sudah berjanji hidup bersama sampai maut memisahkan? Apa kamu mau mengingkari janji itu?"

"Siapa yang lebih dulu mengingkari janji? Aku atau Abang? Abang sudah berselingkuh di belakangku. Abang juga menjadi dalang dibalik Kematian Amma. Apa Abang pikir aku masih sanggup hidup bersamamu? Aku tidak sebodoh itu. Sekarang lebih baik Abang pergi, kita tidak perlu bertemu lagi. Nanti saja kita bertemu di pengadilan."

"Dengar Nisa! Aku tidak akan pernah menceraikanmu! Sampai kapan pun kamu tetaplah istriku!"

"Dan aku tidak sudi menjadi istrimu lagi!! Dasar pengkhianat!!"

PLAK!

Karena sudah tak tahan terus dipojokkan oleh Nisa dan sang istri tetap bersikeras untuk bercerai darinya, Barly kehilangan kendali. Dia menampar pipi Nisa cukup keras. Terkejut dengan reaksi yang diberikan suaminya, Nisa menatap Barly dengan pandangan nanar seraya memegangi pipinya yang terkenal tamparan.

"Kamu menamparku? Beraninya kamu mengangkat tanganmu padaku!"

"Itu boleh saja dilakukan oleh suami pada istrinya yang membangkang. Kamu sengaja meminta cerai karena kamu mau menikah dengan Zyan kan? Diam-diam kalian menjalin hubungan di belakangku! Dasar munafik!"

"Hahaha.."

Nisa tertawa mendengar semua ucapan Barly yang tak lebih hanya omong kosong belaka. Matanya nampak berkaca-kaca dan akhirnya buliran bening itu jatuh juga membasahi pipi mulusnya. Dengan kasar Nisa menghapus airmatanya. Wanita itu kemudian menatap Barly dengan tatapan tajam. Sudah tidak ada lagi tatapan penuh cinta di matanya sekarang. Yang ada hanyalah kebencian semata.

"Lakukan apa yang mau kamu lakukan, aku tidak peduli. Niatku untuk bercerai denganmu sudah bulat. Hubungan kita berakhir sampai di sini."

Nisa segera keluar dari kamar tanpa mempedulikan panggilan Barly. Tak mau kehilangan Nisa begitu saja, Barly pun segera mengejar. Pria itu menarik tangan Nisa hingga langkahnya tertahan.

"Jatuhnya talak ada di suami. Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu. Baiklah kalau itu maumu, sampai bertemu di pengadilan. Aku akan tetap bertahan dengan pernikahan kita. Kita lihat siapa yang akan menjadi pemenangnya."

Setelah mengatakan itu, Barly segera meninggalkan Nisa. Sambil berjalan, pria itu menghubungi salah satu Hakim yang bertugas di pengadilan agama Tanjung Harapan. Pria itu berbicara sebentar dengan Hakim tersebut. Tak lama panggilan berakhir dan Barly meneruskan langkahnya. Namun langkah pria itu tertahan ketika melihat Husein tengah berbicara dengan Zyan. Dengan mengendap-endap, Barly mendekat untuk mencuri dengar pembicaraan mereka.

"Bukti yang kita miliki, apa langsung saja kita berikan ke polisi?" tanya Husein.

"Jangan. Aku tidak percaya pada mereka. Apa Abang lupa saat pelemparan batu pada Amma, apa yang polisi lakukan saat itu? Kalau kita memberikan bukti pada mereka, maka bukti itu hanya akan berakhir di tong sampah. Marwan dan Barly sudah menyuap mereka."

"Lalu apa rencanamu?"

"Aku akan mencari cara lain."

"Bagaimana kalau kita berikan ke media?"

"Abang pasti tahu kalau media juga sudah disuap oleh mereka. Semua pemberitaan mereka menyudutkan Amma. Kalau bukti itu sampai ke mereka, apa Abang yakin mereka akan memberitakannya?"

"Ada satu media yang pasti membantu kita. Global Net, salah satu reporternya memberi kartu namanya pada Nisa. Dia juga yang membantu saat Vina memberikan pernyataannya. Kita bisa memberikannya pada mereka."

"Apa Abang yakin kalau dia bisa dipercaya?"

"Lihat ini."

Husein mengambil ponselnya, kemudian dia memperlihatkan berita yang dirilis Global Net. Di saat media lain menyalahkan dan menyudutkan Amma, media tersebut justru menampilkan berita dari sisi yang berbeda.

"Bagaimana menurutmu?"

"Baiklah. Ajak reporter itu bertemu denganku. Aku harus pastikan dulu kalau dia bisa dipercaya."

"Baiklah. Aku akan meminta Nisa menghubunginya."

"Aku pergi dulu, Bang. Ada yang harus aku lakukan."

Kepala Husein hanya mengangguk saja. Zyan bergegas meninggalkan pria itu. Dia berjalan menuju bagian belakang pondok. Tepatnya ke rumah kaca, tempat masuk ke ruangan kerjanya. Zyan akan kembali memburu para provokator. Kemarin baru empat orang yang berhasil dikirim keluar Tanjung Harapan. Sekarang dia akan berburu yang lainnya.

Barly segera meninggalkan pondok setelah menguping pembicaraan Husein dan Zyan. Otaknya berpikir keras, bagiamana caranya dia menggagalkan Husein memberikan bukti itu pada media. Sambil terus berdiri, pria itu meninggalkan pondok dengan kendaraan roda empatnya. Namun dia tidak berjalan jauh. Setelah dua ratus meter berjalan, Barly menghentikan mobilnya. Diambilnya ponsel lalu menghubungi salah satu anak buahnya. Dia berencana mengambil bukti yang dimiliki Husein secara paksa. Kalau bukti itu sampai ke media dan bocor keluar, maka usahanya akan sia-sia.

***

Keesokan harinya, Husein sepakat untuk bertemu dengan Hana. Nisa tidak bisa menemani karena harus ke pengadilan agama. Sidang perceraiannya sudah dimulai dan dia akan menjalani sidang mediasi untuk permulaan. Wanita itu didampingi Farida sebagai pengacaranya, sementara Barly didampingi oleh Anaya.

Setelah Nisa pergi, Husein pun menemui Zyan. Dia akan mengajak pria itu untuk bertemu dengan Hana. Zyan sendiri tengah berada di ruang kerjanya. Dia bersiap untuk menjemput Armin yang sebentar lagi tiba di Tanjung Harapan. Pria itu membuka cover yang menutupi kendaraan roda empatnya. Sebuah mobil Jeep Wrangler berwarna hitam mengkilat langsung terlihat ketika penutupnya terbuka.

Lebih dulu Zyan memanaskan mobil tersebut. Saat sedang memanaskan mobil, Husein memasuki ruang kerjanya. Dia mendekati Zyan yang tengah duduk di dalam mobil. Melihat kedatangan Husein, Zyan pun keluar dari mobil.

"Aku akan bertemu dengan Hana. Apa kamu bisa ikut?"

"Jam berapa?"

"Jam sepuluh?"

"Apa tidak bisa diundur? Aku harus menjemput Armin lebih dulu."

"Hana hanya bisa bertemu jam sepuluh. Dia masih ada pekerjaan lain."

"Di mana kalian akan bertemu?"

"Book cafe yang ada di Bandar Baru."

"Kalau begitu Abang duluan saja. Aku akan menyusul setelah menjemput Armin."

"Baiklah. Aku tunggu."

Zyan mengangkat jempolnya. Husein pun meninggalkan ruangan bawah tanah tersebut. Mengingat waktu sudah hampir dekat dengan waktu pertemuan, Husein memutuskan pergi. Pria itu mengajak Hambali, salah satu staf pengajar di pondok. Keduanya pergi menggunakan kendaraan roda empat. Sepeninggal Husein, Zyan pun bersiap pergi untuk menjemput Armin. Dengan kedatangan Armin, pekerjaannya akan lebih mudah nantinya.

***

Mobil yang dikendarai Hambali melaju dengan kecepatan sedang. Kendaraan roda empat tersebut berhenti ketika melihat deretan kendaraan panjang di depan mereka. Hambali membuka kaca jendela, mencoba melihat penyebab kemacetan yang tidak biasa terjadi. Di saat bersamaan, ada seorang pejalan kaki melintas di dekat mobil.

"Pak, ini macet kenapa ya?"

"Ada kecelakaan kecil. Motor menyerempet mobil, yang punya mobil ngga terima dan minta ganti rugi. Mereka sedang berdebat, tidak ada yang merasa salah."

Setelah memberikan informasi yang diketahuinya, pejalan kaki tersebut melanjutkan perjalanan. Untuk beberapa saat mereka masih menunggu. Suara klakson terdengar bersahutan. Namun urusan pengguna motor dan mobil yang sedang berseteru masih belum selesai. Husein melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu menjelang pertemuan dengan Hana hanya tinggal menyisakan waktu sepuluh menit lagi.

"Ham.. cari jalan alternatif. Kita bisa terlambat kalau menunggu sampai urusan mereka selesai."

"Lewat jalan Pasiran?"

"Iya."

Hambali menggerakkan setir mobil. Pria itu mengambil arah yang berbeda dari jalan yang macet di depan sana. Dia membelokkan kendaraan menuju jalan Pasiran. Jalan ini memang tidak banyak dilewati kendaraan bermotor karena kontur jalannya yang berbatu. Namun demi mengejar waktu, Husein terpaksa memilih jalan ini.

Ketika mobil baru melewati setengah perjalanan, tiba-tiba saja Hambali mengerem mobil secara mendadak ketika sebuah sepeda motor terjatuh hanya beberapa meter dari mobil mereka. Husein segera melihat apa yang terjadi. Rupanya motor tersebut kehilangan keseimbangan dan jatuh ke jalan. Sang pengendara nampak kesusahan mengangkat kendaraan yang menghimpit kakinya.

Mengetahui itu, Husein dan Hambali keluar dari mobil. Mereka bermaksud membantu pengendara tersebut. Baru saja mereka selesai mengangkat motor yang menghimpit pengendara, tiba-tiba muncul tujuh orang bertubuh kekar. Di lengan mereka terdapat tato dan wajah mereka nampak tidak bersahabat.

"Mau apa kalian?" tanya Hambali sambil berjalan mundur.

"Serahkan bukti yang kalian miliki!"

Sadar kalau ke tujuh pria itu mengincar bukti yang dimilikinya, Husein pun bermaksud pergi. Namun pria itu jatuh tersungkur ketika seseorang menendang punggungnya dari belakang. Belum sempat dia berdiri, mereka lansung menyerang Husein. Bukan hanya Husein, tapi Hambali juga tidak luput dari serangan mereka.

***

Besok libur🤗

1
Safitri Agus
sama-sama Thor 😍🙏
Safitri Agus
sangat mengecewakan sekali sia sia hasil kerja keras dan penyelidikan selama ini,jadi sedih🥹
Safitri Agus
SAFE sentinel ya 🤭
Adi Andong
bagus banget Armin, jangan kasih kendor si tukang fitnah 💪💪💪
Raffasya@aimaria1203
Smga secepat’y slse ya nisa hama2 sprti itu hrus sgra di tuntaskn
Minal aidin walfaidzin jg mak mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰
Nabila hasir
jadi gemes ma orang yg fitnah amma.
keburu lebaran ketupat belum di tangkap. hehehe
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Sama" ka 🙏🏻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aamiin 🤲
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
Astaghfirullah bener2 licik ya si Barly, berbahagialah kamu sekarang kelak boom waktu akan menghancurkanmu.
Goodlah Zyan dan Armin, setelah ini tinggal pantau aja kegiatan Marwan melalui cctv dan penyadapan.
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
orang itu pasti suruhan barly, benerkan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
semoga persidangan kali ini berjalan lancar ... wlpun agak ragu sama buktinya barly pasti bisa ngeles lagi
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
wlpun tau zyan sudah ahli dlm pengintaian tetep aja waswas takut ketauan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
dan yang jadi petugas pasti zyan kan..
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
iya bener si barly itu super duper licik
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
lambat laut juga nisa pasti tau yg sebenarnya jadi katakan aja langsung kebenarannya seperti apa
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
armin perhatian bgt sampe paham zyan melihat nisa seperti apa🤭
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
urusan ini seperti nya udah hal biasa buat zyan makanya dia mau melakukan nya sendiri
dewi rofiqoh
Melawan orang-orang berpengaruh memang agak sulit, karena mereka menggunakan kekuasaan dan uang untuk memenuhi ego mereka. Tetap semangat nisa, dan selalu memohon pertolongan kepada Allah
Endang 💖
hadeh sidangnya semakin alot
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
memuluskan segala cara
tunggulah akan ada masa naya kau kena karma barli
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!