Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 25
Jesly kembali ke Goa Refleksi untuk membujuk Albert. "Pria ekor besar, tidak masalah jika kamu tidak mau memaafkan ku. Ini salahku. Sudah beberapa hari ini aku kerap memikirkan tentang bagaimana membujuk mu dengan makanan enak dan hal-hal yang menarik. Tapi aku gagal. Pada akhirnya.." Jesly menunjukkan kotak kayu pada Albert.
Di dalamnya terdapat cangkang kerang yang sempat ia beli untuk Albert. "Aku hanya punya barang tak berharga ini. Aku tidak mengenal duyung itu seperti apa. Akan tetapi, orang-orang yang terkurung dan kesepian pasti merindukan rumahnya."
Jesly tersenyum, membuka kotak kayu tersebut dan menunjukkan cangkang kerang pada Albert. "Meskipun cangkang ini tidak seberharga peralatan ajaib lainnya, konon katanya kamu bisa mendengarkan suara laut di dalamnya. Aku harap bisa membuatmu senang saat sedang merasa kesepian."
Albert mengambilnya lalu meletakkan cangkang kerang pada telinganya. Terdengar suara air laut yang mengalir, ombak bergelombang. Senyumnya mengembang. Ada rindu yang sedikit terobati setelah mendengar suara air laut.
Jesly tersenyum lega melihatnya. Setidaknya ia bisa membantu Albert mengobati rasa rindunya pada laut. "Mengapa kamu.. begitu baik padaku?"
"Karena..." Jesly bingung mau menjawab apa. Rasa gugup tiba-tiba menyerangnya. Ia berdiri, menghela nafas sesaat untuk mengurangi rasa gugup. "Karena aku menyukaimu."
"Hahhh..." Albert terkejut.
"Aku menyukaimu, menyayangimu. Aku ingin menjadi kekasihmu. Aku ingin bersamamu setiap saat."
"Tapi.. kita tidak dekat."
"Tapi kamu membantu dan melindungi ku. Kamu memperlihatkan segala sesuatu tentang dirimu." Jesly berbalik badan dan mendekat pada Albert.
"Pria ekor besar, cinta tidak ada hubungannya dengan waktu. Hanya bergantung pada perasaanmu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu menyukaiku? Apakah kamu memikirkan ku dari waktu ke waktu? Apakah kamu ingin bersamaku?" Jesly mencondongkan wajahnya menatap Albert dalam.
Albert berkedip-kedip, memandang ke arah lain. "Apakah aku harus menciummu lagi untuk memperjelasnya?" Pertanyaan itu membuat Albert membelalak.
Jesly mendekatkan wajahnya perlahan, semakin dekat hingga nafas Jesly dapat Albert rasakan. Saat bibir mereka hendak bersentuhan Albert sontak berdiri dan menghindar. Ia sungguh merasa canggung.
"Kata ayah, aku harus memeluk orang yang di cintai sebelum berciuman."
Tanpa pikir panjang, Jesly langsung memeluk Albert membuat sang empu sedikit terkejut melihat reaksi Jesly. Jesly melakukan itu karena ia melihat kedatangan Xenia dan Carly. Hal ini bisa membuat mereka yakin bahwa ia dan Albert adalah sepasang kekasih.
Albert tersenyum, membalas pelukan Jesly.
Xenia dan Carly memilih keluar dari Goa Refleksi. Xenia memasang wajah datar saat melihat kejadian didalam Goa Refleksi. Carly tersenyum-senyum sendiri. Refleks ia menyentuh tangan Xenia, bergandengan tangan.
Xenia menghempaskannya. "Hati-hati! Ingat aturan!"
Carly tidak marah sama sekali. "Xenia, kamu selalu merasa kesepian. Bagaimana perasaanmu memiliki seorang sekutu?"
"Hanya karena kesamaan kepentingan. Kami sekutu, tidak perlu berteman." Xenia lalu pergi.
Jesly melepaskan pelukannya. Senyuman manis ia perlihatkan agar Albert mempercayainya. Ia tidak menyadari dari sini ia akan mulai perlahan mencintai Albert. Hingga suatu saat rasa itu kian membesar dan takut untuk kehilangannya.
Albert tersenyum. "Sekarang, apakah kita..." Albert terdiam. Ia bingung mengatakan bahwa mereka sepasang kekasih.
Jesly terkekeh kecil. "Apa kamu ingin mengatakan kita saling mencintai?"
Albert tersenyum lalu mengangguk.
"Albert, kamu belum terbiasa dengan bahasa kami." Jesly mengeluarkan buku bahasa. "Ini buku dengan huruf dan gambar. Buku ini bisa membantumu belajar bahasa kami dengan cepat. Katanya, kalian para duyung begitu cerdas. Aku yakin kamu bisa belajar dengan cepat. Lily dan aku akan datang mengajari jika ada waktu luang." Jesly memberikan buku itu pada Albert.
.
.
.
Malam harinya...
Jesly kembali pulang. Wajahnya terlihat sangat kelelahan. Baru saja masuk ke rumah Lily sudah menodong pertanyaan. "Ada kemajuan? Apa dia percaya?"
Senyuman Lily memudar kala melihat Jesly nampak lesu. "Jesly, mengapa kamu tidak bahagia?"
"Aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan."
"Karena dia mempercayaimu, perlukah kita membujuknya untuk memotong ekornya?" Tanya Lily dengan girang.
"Buru-buru sekali."
"Buru-buru? Kita harus menang dulu untuk memastikan kemenangan di akhir."
Mendengar perkataan Lily membuatnya terenyuh. Ia merasa sudah menipu Albert berkali-kali. "Jesly, ada apa?"
"Aku baik-baik saja. Teruskan!"
"Aku punya ide." Lily menarik tangan Jesly. Lily menunjukkan buku yang ia baca tadi. "Ensiklopedia mu lumayan bermanfaat. Didalamnya ada banyak makanan lezat dan banyak hal yang menarik. Kamu bisa menggodanya dan mengatakan dia bisa mendapatkan apapun di daratan. Lalu kamu ingin menikmati hidup bersamanya. Aku yakin dia akan memasrahkan ekornya dan rela hidup di daratan." Lily memberikan buku itu pada Jesly.
"Kamu yang mau bersenang-senang diluar."
Lily terkekeh, meletakan kedua tangannya di belakang badan. "Aku bukan orang seperti itu. Apapun itu, katakan padanya kalau hidup di daratan jauh lebih menyenangkan daripada di laut."
Jesly diam, memandangi buku ensiklopedia.
Sedangkan di Goa Refleksi, Albert sedang membaca buku belajar memahami bahasa. Senyumnya mengembang melihat cangkang kerang pemberian Jesly. Ia meletakkannya di telinga untuk mendengar suara air laut.
'haruskah aku membawanya kembali ke laut karena aku menyukainya?' tanyanya pada diri sendiri. Senyuman manis terukir di bibir indahnya.