"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Pagi yang cerah di ujung ibu kota Celeste. Kalea cukup bersemangat dengan penampilannya hari ini. Dengan rambut yang disanggul rapi, dan gaun bewarna coklat lembut menyempurnakan tampilannya.
Eiser juga tampil memakai kemeja dengan warna yang senada dengan Kalea. Dia menunggu Kalea turun dari kereta kuda. Wajahnya merona saat melihat tampilan Kalea yang begitu sempurna dimatanya.
"Cantikkan?" Kalea mengusik Eiser.
"Ya, kau memang cantik." jawab Eiser, sambil membantu Kalea turun.
"Cantik sekali kan?" Kalea sudah turun dari kereta.
"Ya, karena kau wanita." jawab Eiser, kemudian berjalan lebih dulu dari Kalea. 'Astaga, mengapa jawabanku terdengar konyol?'
Kalea sedikit merungut namun kembali bersemangat, dia berlari ke depan Eiser dan berkata. "Kau tampan Eiser, bukan karena kau seorang pria tapi karena mata dan hatiku sudah tertuju padamu.. Kau sangat tampan dan sangat keren!" ucap Kalea yakin, dia tersenyum manis di depan Eiser.
Eiser terpegun saat melihat wajah Kalea yang begitu ceria di depannya. Ingin saja dia menarik wanita itu dan memberinya kecupan singkat di bibir mungil itu.
Kalea kembali berjalan, sambil bersenandung kecil.
'Datang darimana keyakinannya berkata seperti itu, apa dia sedang merencanakan sesuatu lagi?' Eiser bertanya tanya di dalam hatinya.
Mereka akhirnya sampai di tempat Drama teater.
"Sudah sampai, aku masuk dulu ya.. sampai jumpa lagi!" ucap Kalea, dia berlari kecil dan melambaikan tangan saat berada di ambang pintu.
Eiser melambaikan tangannya dengan perasaan ragu.
Kalea masih sempat tersenyum, sebelum benar benar menghilang dari pandangannya. Eiser menghela nafas kemudian berbalik arah ke tujuan lainnya.
Eiser menuju rumah Baron Davino.
Tiba dirumah itu, dia melihat banyak sekali tumpukan poster tentang kehilangan putranya. Eiser mengambil salah satu poster itu dan menatapnya dengan tatapan tak peduli.
"Silahkan Tuan Eiser.. maaf menyambutmu seperti ini."
"Tidak apa." singkat Eiser, melabuhkan punggung pada kursi jati itu..
"Jadi, seperti yang anda tau, Tuan.. Putraku belum lagi ditemukan. Aku sangat khawatir padanya, sebelumnya dia memang selalu membuat keributan dimana mana, aku selalu melindungi dan menutupi masalah yang dia buat selama ini, tapi kali ini.. tidak ada kabar apapun darinya, itu membuatku sangat khawatir dan sedih."
Eiser tersenyum sebentar, kemudian dia meletakkan poster itu di atas meja yang berhadapan dengan Tuan Baron Davino.
"Lalu?"
"La-Lalu... aku pernah mendengar kabar bahwa Tuan Eiser memiliki penjara pribadi di mansion anda sendiri, dan aku.. aku sedikit curiga_"
"Kau mencurigaiku?"
"Maafkan saya Tuan!" Baron Davino takut bukan main, dia segera menundukkan kepalanya di hadapan Eiser.
Eiser menatapnya dengan tatapan tajam, kemudian berkata. "Penjara yang ada di mansionku terlalu buruk bagi orang yang selalu membuat onar dimana mana, tapi berbeda dengan orang yang membuat kesalahan yang fatal.."
"Tu-tuan, anak saya tidak mungkin berani jika dia tau_"
"Kau mengetahui kelakuan anakmu yang begitu sial dan merugikan orang lain, apa kau mau menutupinya hingga akhir?" tanya Eiser.
"Sa-saya pikir anak saya akan berubah.."
"Dia tidak akan pernah berubah kalau anda menutupi kesalahannya terus menerus.."
"Maafkan anak saya Tuan!"
"Lalu. Bagaimana dengan nasib istri saya yang telah mengalami trauma akibat ulah anak anda?"
"Maafkan saya Tuan!" Baron Davino bangun kemudian bersujud dibawah lantai menghadap Eiser.
Rahang Eiser mengeras, dia merasa kesal dan emosi.
"Maafkan saya Tuan, saya gagal mendidik anak saya, tapi tolong Tuan! Tolong bebaskan dia, penjara saya saja, Tuan! Tolong saya tuan! Dia anak satu satunya yang saya punya!" Baron Davino terus bersujud.
Eiser berdiri, dia menghela nafas dan sedikit frustasi melihat Baron Davino seperti itu. "Bangun, anda tidak perlu bersujud seperti itu, ini bukan kesalahanmu."
"Ini kesalahan saya, saya gagal mendidik anak saya menjadi lebih baik!"
"Itu kesalahannya!" tegas Eiser. 'Ah anak itu, dia sangat beruntung punya ayah yang sangat menyayanginya!' ucap Eiser di dalam hati.
"Tuan, tolong bebaskan anak saya Tuan! Saya akan melakukan apa saja yang Tuan pinta, bahkan jika Tuan ingin mengambil harta saya juga silahkan ambil!" ucap Baron Davino.
"Kau.. demi anak seperti itu, kau rela memberikan hartamu padaku?"
"Tentu saja, anak saya lebih beharga dari harta saya!"
"Bahkan untuk anak seperti itu?"
"Iya!"
Eiser meraup wajahnya dengan kasar, kemudian duduk di kursi itu lagi. Lama dia memikirkannya, dia terus mempertimbangkan baik buruknya dia membebaskan anak itu.
"Baik, aku akan membebaskan anakmu."
"Benarkah? Terima kasih Tuan!"
"Tapi dengan syarat.."
Sementara itu di tempat drama teater. Kalea begitu syok saat menonton pertunjukkan drama itu kali ini, disana semua pria tampan itu tidak menggunakan pakaian, mereka hanya memakai celana pendek.
"Apa ini?" tanya Kalea dengan wajah yang memerah.
Pria itu di rantai di bagian lehernya, kemudian pemeran wanita lainnya membawa sesuatu mendekati mereka, saat wanita itu berada di depan pria yang di rantai itu. Dia memukul punggung pria itu dan mendesah tak karuan.
'Apa ini? apa aku sedang menonton drama dewasa di depan umum, bagaimana reaksi mereka? Apa mereka tidak malu saat melihatnya?' Kalea melirik ke arah pengunjung lain yang sedang menonton di sebelahnya.
Pengunjung itu tersenyum dan menyapa Kalea. "Hai.."
"Eh? Ha-hai.." Kalea malu malu.
Drama itu terus berlanjut, kemudian salah satu ucapan pemeran drama itu membuat Kalea terus kepikiran. 'Saat pasanganmu membuat suatu kesalahan, kamu hanya perlu memberinya hukuman manis seperti satu kecupan singkat dibibirnya!'
Setelah drama itu selesai, Kalea dan Eiser kembali bertemu di kereta kuda. Mereka saling berpandangan. Kalea kembali ingat dengan ucapan pemeran tadi, dia segera mengalihkan wajahnya ke lain.
'Astaga, mengapa Eiser terlihat begitu seksi walaupun menggunakan pakaian lengkap?' monolog Kalea.
"Kau kenapa Kalea?"
"Ti-tidak apa apa kok!" jawab Kalea gugup.
"Bagaimana dengan dramanya?"
"Bagus, dramanya semakin bagus!" jawab Kalea tanpa melihat Eiser. Wajahnya memerah karena mengingat adegan yang dia tonton tadi.
"Begitu ya, sepertinya dramanya benar benar bagus. Aku akan menontonnya juga lain kali."
"Ja-jangan! Sebaiknya jangan menontonnya tanpa aku"
"Ya, tentu saja menontonnya denganmu, apa drama itu harus berdua dengan pasangannya?"
"Hm! nontonnya berduaan.. tidak boleh sendirian!"
"Lalu. karena kau menontonnya sendiri tadi, kok bisa?"
"Ih cerewet! Aku bilang nontonnya harus berduaan ya berduaan lah! Jangan tanya kenapa aku bisa sendiri, ya karena aku kan donatur utama di tempat itu, jadi aku dapat pengecualian!"
"Aku akan mencari tau soal itu nanti."
"Kau ini ya!" Kalea menatap Eiser kesal.
"Jangan bilang itu mengandung unsur dewasa?"
"I-iya.." Kalea tidak bisa menyangkalnya. "Tapi bukan berarti itu tidak ada manfaatnya ya, aku jadi sedikit mengerti kalau setiap pasangan punya kekurangan dan juga kelebihannya masing masing!"
"Mengapa kau menontonnya?"
"Gak sengaja tau, aku pikir itu drama cinta seperti yang pernah ku tonton sebelumnya!"
"Itu hal buruk Kalea, sebagai seorang istri.. kau tidak boleh menonton hal seperti itu di tempat umum!"
"Aku benar benar tidak sengaja!"
"Mesum!" ucap Eiser memalingkan wajahnya.
"Apa. jadi kau marah karena aku menonton drama itu?"
"Apa bagusnya melihat tubuh pria lain selain suamimu sendiri?"
"Cerewet! Aku bilang aku kan gak sengaja, lagian kau juga pernah menonton pertunjukkan wanita yang menari di tiang itu kan? Mereka juga setengah bugil dan lebih ekstrim saat menggoda!"
"Bagaimana kau bisa tau?" tanya Eiser, hal itu terjadi saat dia masih remaja dan belum kenal dengan Kalea.
"Aku tau! semua anak laki laki juga pasti melihatnya!"
"Itu terjadi cukup lama, sekarang aku sudah menikah dan punya seorang istri. Tanggungjawabku sekarang, kamu Kalea. Aku tidak pernah mengunjungi tempat seperti itu lagi setelah menikah! Aku hanya melihat istriku sekarang!"
"Tapi pernah kan?"
"Itu sudah lama terjadi!"
"Tapi pernah kan?"
"Berisik! Jangan bahas itu lagi!"
"Kau marah karena hal sepele seperti ini, padahal tadi.. mereka menghukum pasangannya yang berbuat salah dengan hukuman yang manis dan romantis, apa kau tidak mau melakukannya juga padaku?" tanya Kalea, suaranya pelan sambil menatap ke arah luar jendela, dia merasa kesal karena dianggap berisik.
Eiser juga memandang ke arah luar jendela.
.
.
.
Bersambung!