Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Elsa merasa lega melihat sikap baik ibunya kepadanya.
Dia lantas memeluk erat ibunya sambil berkata dengan sesenggukan, "mengerti."
Clara tersenyum.
Dia mencium wajah mungil putrinya, lalu beralih ke Bella.
"Bella, dia Elsa, anak Tante, dia sudah tahu kalau dia salah. Apa Bella mau memaafkan Elsa?" Tanya Clara kemudian.
Bella sedikit takut pada Elsa.
Tapi Clara tampak lembut.
Dia juga menyukai Clara, jadi dia lantas berkata, "Iya, aku mau memaafkan dia."
"Terima kasih Bella." Clara tampak tersenyum, lalu menoleh ke putrinya, berkata, "Elsa, Kamu tahu kan apa yang harus dilakukan?"
"Maafkan Aku," Ucapnya sambil mendongakkan kepalanya menetap Bella.
Bella tersenyum canggung, lalu berkata, "Tidak apa-apa...."
Akhirnya masalah itu terselesaikan.
Clara menghela nafas lega, lalu menggandeng keduanya pergi ke kelas.
Guru wali kelas datang menjemput Bella.
Clara lalu berjongkok menatap Elsa, dan dengan lembut berkata, "Semua sudah selesai. Sana, masuk ke kelas."
Elsa termasuk tipe anak yang cuek dan masa bodoh.
Dia tidak akan merasa malu atau semacamnya hingga membuatnya tidak berani masuk ke dalam kelas hanya karena mendorong seseorang barusan.
Elsa bukan anak yang pemalu.
Dia tidak pernah peduli dengan pendapat anak lain terhadapnya.
Entah kenapa, ada perasaan berbeda pada dirinya.
Tiba-tiba, dia merasa enggan melepaskan Clara pergi.
Dia pun semakin erat memeluk Clara.
"Mama..." Ucapnya lirih.
"Ya" Clara membalas pelukannya sembari berkata, "Ada apa?"
"Aku mau..."
Sudah lama Elsa tidak merasakan hangatnya masakan ibunya.
Tiba-tiba saja dia mulai merindukannya.
Hanya saja, saat kata-kata itu akan keluar dari mulutnya, dia teringat acara nanti malam.
Ya, menonton Vanessa dalam balap mobil.
Matanya pun berkedip ragu-ragu sebelum akhirnya dia melepaskan pelukannya.
"Tidak ada apa-apa kok, Ma," Ucap Elsa kemudian.
Dalam hati dia berpikir, menikmati masakan ibunya bisa kapan saja.
Akan tetapi, kesempatan menyaksikan balap mobil Vanessa sangat jarang terjadi.
Tanpa banyak pertimbangan, dia pun memilih Vanessa.
"Baiklah. kalau begitu cepat masuk sana. Jangan buat gurumu tunggu terlalu lama."
"Oke, Mama."
Pada akhirnya, Elsa rela membiarkan Clara pergi.
Namun, sebelum masuk ke dalam kelas, dia menoleh ke belakang sembari berseru, "Mama, jangan lupa telepon aku siang nanti!"
"Ya" Angguk Clara.
Baru setelah itu, Elsa merasa tenang dan masuk ke dalam kelas.
Clara mengamati putrinya yang berdiri percaya diri di depan kelas, memperkenalkan diri lalu duduk di tempat yang sudah disediakan.
Setelah itu, barulah Clara melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan sekolah menuju Angga grup.
Setiba di perusahaan, bukan Erwin yang dia lihat, melainkan Farel yang sedang membawa seseorang ke meja kerjanya.
"Ini Wilda. dia yang akan menggantikan posisimu nanti," Ucap Farel.
Wilda tampak menawan dengan pakaian bermerek yang membalut tubuhnya.
Sejenak, dia mengamati Clara.
Dia merasa Clara adalah sosok wanita yang memiliki aura yang bersih dan cantik.
Ketajaman pun mendadak muncul dalam sorot matanya, tapi tidak ditunjukkannya.
Dengan senyum yang ramah, dia mengulurkan tangannya sembari memperkenalkan diri, "Salam kenal Bu Clara, kenalkan nama saya Wilda. mohon bimbingannya dalam beberapa hari ke depan."
Clara menjabat tangannya, lalu berkata, "Tidak perlu sungkan."
"Aku mahasiswa universitas Nano, bulan Juni nanti studi S2 ku selesai. Kalau Bu Clara, lulusan dari universitas mana? Bu Clara..."
"Baru lulus di pertengahan Juni nanti?"
Itu artinya, besar kemungkinan Wilda belum memiliki pengalaman, tapi dia bisa langsung menggantikan posisinya?
Namun, itu hanya asumsi awal.
Mungkin saja Wilda memiliki keunggulan tersendiri yang lebih dari dirinya?
Seperti gelar akademik contohnya.
Bagaimanapun, ada banyak lulusan magister di kantor ini, tapi hanya dirinya yang bisa mencapai posisi kepala.
Memikirkan hal itu, Clara lantas memotong pembicaraan dengan lembut, berkata, "Bu Wilda, sebentar lagi kita ada rapat. baiknya kita bicarakan tentang pekerjaan."
Wilda pun berseru, "Aduh, hampir saja lupa. mari kita bahas pekerjaan dulu."
Dalam perjalanan menuju ruang rapat, Wilda kembali berbisik pada Clara.
"Bu Clara, dengar-dengar, Pak Erwin ganteng banget ya? Apa itu benar, Bu?"
"Ya." Jawab Clara singkat apa adanya.
Wilda pun semakin penasaran, lalu lanjut berkata, "kalau begitu, aku semakin tidak sabar bertemu pak Erwin. sayangnya, kata Pak Farel, Pak Erwin tidak datang hari ini..."
'Erwin tidak datang ke perusahaan hari ini?'
Clara tentu tidak tahu akan hal itu.
Namun, wajar juga sih.
Erwin memiliki banyak perusahaan, jadi tentu saja tidak bisa selalu datang ke Angga grup.
Siang harinya, Wilda mengajak lara makan siang di kantin perusahaan.
Sambil menikmati makanan, Clara mengambil ponsel hendak menelpon Elsa.
"Mau telepon pacar nih?" Goda Wilda.
"Bukan, tapi putriku."
"Putri? Bu Clara sudah menikah?"
"Ya."
Di sisi lain, Elsa sedang melakukan panggilan video dengan Vanessa.
Bahkan, Erwin juga ada di sana.
Elsa tampak merengut saat melihat mereka berdua, berkata, "Kalian jahat! Diam-diam makan bareng tanpa mengajakku lagi."
"Elsa kan masih sekolah. Gini saja, pulang sekolah nanti biar Tante yang jemput, malam ini kita bertiga makan bareng," Ucapan Vanessa mencoba menghibur Elsa.
"Ya, itu lebih baik."
Sambil menjawab, Elsa menatap ke arah Erwin.
Erwin tampak mengambil makanan dan menyodorkannya pada Vanessa, lalu berkata, "malam ini mau makan apa? Nanti Ayah suruh orang siapkan lebih awal."
Suasana hati Elsa akhirnya membaik.
Dia mulai menyebutkan satu persatu makanan favoritnya dengan semangat.
Sementara Erwin, mendengarkan tanpa menyela.
Begitu Elsa selesai mengatakannya, Vanessa memuji baju yang Elsa kenakan, dia berseru, "Baju Elsa hari ini keren sekali, cocok sekali dengan Elsa."
"Beneran, Tante?"
"Tentu saja," Jawab Nisa sambil tersenyum.
"Bagaimana sekolah hari ini? Elsa sudah kenalan dengan teman-teman di kelas?" lanjut Vanessa.
Obrolan mereka tanpa menyenangkan.
Erwin sendiri jarang berbicara dan menikmati makanan siangnya dengan tenang.
Pelayan yang tidak mengetahui kebenarannya mengira kalau keluarga mereka sangatlah harmonis dan menatap Vanessa dengan iri.
Pada saat yang bersamaan, Elsa melihat ada panggilan video dari Clara.
Panggilan itu adalah permintaan Elsa sendiri.
Namun sekarang, saat sedang asyik mengobrol dengan Vanessa, dia tiba-tiba merasa enggan menutup teleponnya.
Pagi tadi, saat melihat Clara memeluk anak lain, dia merasa sangat kesal.
Namun kata-kata gurunya di sekolah terlintas di benaknya.
Orang tua sangat sayang pada anaknya.
Di mata seorang ibu, anaknya selalu menjadi yang istimewa dan tak tergantikan.
Hal ini cukup untuk membuat hatinya kembali tenang.
Melihat panggilnya tak kunjung dijawab, Clara mulai khawatir dan menghubungi guru wali kelas.
Guru wali kelas kebetulan sedang berada di ruang istirahat murid.
mendengar alasan kenapa Clara menghubunginya,
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....