"Uang lima puluh ribu masih kurang untuk kebutuhan kita, Mas. Bukannya Aku tidak bersyukur atas pemberian dari mu dan rezeki kita hari ini. Tetapi itu memanglah kenyataannya." kata Zea, dia wanita berusia 25 tahun yang sudah memiliki dua anak, istri dari Andam pria yang sudah berusia 37 tahun ini.
"Apa katamu?" geram Andam. "Lima puluh ribu masih kurang? Padahal Aku setiap hari selalu memberi kamu uang Zea, memangnya uang yang kemarin Kamu kemana'kan, Hah!" tanya Andam, dia kesal pada Zea karena menurutnya dia sangatlah boros menggunakan uang.
Setiap hari dikasih uang masa selalu habis, kalau bukan boros, apa itu namanya? Setiap hari padahal Andam sudah mati-matian bekerja menjadi pedagang buah dipasar pagi, tentu saja dia kesal karena Zea selalu mengeluh uangnya habis.
"Mas, Aku sudah katakan! Uang yang setiap hari Kamu kasih untukku belum cukup untuk kebutuhan kita! Kamu mendengar tidak sih!" teriak Zea, dia sudah lelah memberitahukan pada suami tentang hal ini.
penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZTS 5
"Mas, ini ada apa sih? Aku baru pulang Kamu langsung marah-marah," Zea melirik kesal suaminya.
"Bagaimana Aku tidak marah Zea! Kamu pergi dan lupa tidak menjemput Gean dan Giska disekolah!" Andam tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya.
Iya, Andam paham jika Zea sedang marah padanya tapi tidak seharusnya Zea sampai terlupa tidak menjemput anak-anak. Zea keterlaluan!
Zea menghela, perkataan Andam benar, dia hari ini memang lupa tidak menjemput Gean dan Giska disekolah. Padahal tadi pagi dia sudah berjanji pada anak-anak akan menjemput mereka disore hari saat pulang sekolah. Zea merasa sangat bersalah dan dia tidak ingin mengulanginya lagi. Zea berjanji sesibuk apapun nanti dia akan selalu memprioritaskan Anak-Anak.
Zea menatap Andam lalu menatap Giska yang berada digendongan Andam. Dapat Zea lihat raut wajah suaminya yang marah dan bekas air mata dipipi Giska, mungkin Giska baru saja menangis.
"Maafkan, Ibu ya, Sayang. Ibu, sore ini lupa tidak menjemput Giska. Ibu berjanji ini yang pertama dan terakhir. Ibu berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Zea tersenyum lembut pada Giska dan mengambil alih Giska dari gendongan suaminya.
"Giska, mau memaafkan Ibu, kan?" kata Zea lagi, dia mengecup dengan sayang pipi putih Giska setelah Giska ada digendongannya.
Giska mengangguk sambil memeluk erat leher Ibunya sambil sesekali masih sesenggukan.
Melihat itu Andam menghela napas lega karena Giska sudah tidak menangis lagi dan Zea juga sudah pulang ke rumah.
Tadi saat Andam sedang mencari Zea diberbagai tempat yang biasa Zea kunjungi dia tidak sengaja melihat Giska berjalan kaki masih dengan tas dan seragam sekolahnya dipinggiran jalan sambil menangis. Hal tersebut tentu membuat Andam khawatir dan segera menghampiri Giska.
"Sayang, hei! jangan menangis ayo Ayah belikan jajan diwarung. Giska bisa membeli apapun asal Giska diam dan tidak menangis lagi," hibur Andam.
Giska menurut segera menghentikan tangisnya dan naik ke motor bagian depan.
Setelah Giska duduk nyaman dimotor bagian depan Andam segera membawa Giska menuju warung dan setelah selesai membeli jajanan Andam segera pulang ke rumah dan bertanya pada Giska mengapa dia menangis.
"Giska, mengapa menangis? disekolah ada yang nakali Giska?" tanya Andam dengan sangatlah lembut sambil membelai rambut Giska penuh kasih sayang.
Masih dengan sesenggukan Giska menggeleng. "Tidak Ayah. Disekolah teman-teman Giska baik-baik semua."
"Lalu mengapa Giska menangis?" tanya Andam lagi membopong Giska ke dalam rumah lalu membukakan jajanan yang tadi sempat dia beli diwarung dan menyodorkannya pada Giska.
Giska menerimanya. "Ibu bohong pada Giska, Yah. Katanya Ibu mau menjemput Giska pas pulang sekolah. Tapi setelah lama Giska menunggu, Ibu tidak datang-datang. Tadi disekolah ada orang gila, Yah. Giska takut dan Giska lari-larian terus Giska jatuh dijalan lutut Giska Sakit terus Giska menangis."
Mendengar cerita Giska Andam merasa trenyuh. Andam menggeram kesal, dia berjanji akan memarahi Zea jika dia sudah pulang nanti. Apa dia tidak berpikir jika ada sesuatu yang terjadi pada Anak-anaknya? Zea egois!
"Ya sudah, sini Ayah obati lukanya supaya tidak perih dan tidak kaku." Andam mengambil minyak botol warna hijau dan menuangkannya dikapas lalu mengolesnya dilutut Giska yang sedikit lecet-lecet.
Setelah selesai Andam mengembalikan minyak botol pada tempatnya dan kembali duduk bersama Giska.
"Memangnya kak Gean kemana? kan biasanya Giska sama kak Gean," tanya Andam lagi.
"Kak Gean kan masih disekolah, Yah. Kakak pulangnya lambat satu jam dari Giska, masa Ayah tidak tahu," Giska berbicara sambil cemberut.
Andam tertawa kecil karena telah melupakan hal kecil tersebut. "Eh, iya. Ayah lupa."
Tanpa terasa beberapa saat Giska tertidur karena dia memang terbiasa tidur setelah pulang sekolah. Andam segera memindahkan Giska ke kamarnya.
Setelah itu Andam berinisiatif kembali mencari Zea. Tetapi hingga setengah jam lamanya Andam sama sekali tidak menemukan Zea. Padahal Andam sudah mencari dirumah orang tua kandungnya dan semua keluarganya. Lalu jika Zea tidak ada disana, Zea berada dimana?
Karena sudah merasa lelah dan pusing Andam segera pulang ke rumah, takut jika Giska terbangun dan kembali menangis karena dirumah tidak ada orang.
Benar saja sampainya dirumah Giska sudah bangun dan menangis kencang dipojokan kamar. Andam segera meraih Giska ke dalam gendongan dan berusaha menenangkannya.
Baru sekitar dua menit Giska terdiam terdengar suara mobil berhenti didepan rumah. Kemudian terdengar suara Zea pulang dan dia muncul didepan pintu kamar Giska.
"Mas--"
"Kamu pergi tanpa mengingat anak kita!" Sentak Andam, marah.
...................................
Pukul delapan malam.
Terlihat Zea baru saja menidurkan Gean dan Giska dikamarnya masing-masing. Setelah itu Zea menuju dapur dan membuat dua cangkir susu jahe hangat.
Setelah jadi, Zea membawa dua cangkir susu jahe tersebut ke sisi rumah dimana suaminya tengah memindai buah dagangannya ke dalam wadah.
"Mas, Aku buatkan susu jahe diminum dulu mumpung masih anget. Sekaligus Aku ingin berbicara," Seru Zea, dia menaruh dua cangkir susu jahe hangat diatas meja kecil yang memang tersedia disana kemudian duduk dikursi.
"Aku juga ingin berbicara serius, Ze," Andam duduk dikursi sebelah Zea. Dia ingin memberitahu bahwa dia mendapat uang pinjaman untuk membeli motor baru.
"Apa?" tanya Zea tanpa menatap Andam. Dia memilih meneguk susu jahe sedikit demi sedikit.
"Sebenarnya tadi siang darimana? Aku mencarimu kemana-mana tapi tidak ada. Kamu masih marah padaku?" Andam menatap Zea dari samping.
Zea menaruh cangkir diatas meja dan menatap Andam. "Aku tidak marah, Aku mendapat kerjaan, Mas. Sebentar Aku ambil uangnya," Zea masuk ke rumah dan menuju kamarnya dia mengambil ponsel karena uangnya dia simpan didalam silikon ponsel.
Sementara, Andam mengernyit bingung. Apa katanya? Mendapat pekerjaan? Pekerjaan apa?
"Mas, lihat! tadi Aku mendapat bayaran tiga ratus ribu. Aku senang sekali." kata Zea, dia sudah kembali duduk disamping suaminya memperlihatkan uang merah tiga lembar.
Bukannya senang Andam justru curiga. "Kamu mendapat uang segitu darimana? Jangan menghalalkan segala cara Ze, dosa!"
Andam takut jika Zea mendapat uang itu dari cara yang tidak baik. Andam memang belum bisa menuruti semua kemauan Zea tapi Andam tidak mau jika Zea mendapat uang tidak halal.
"Apa sih Mas! Aku tadi nyanyi disalah satu acara dan ini bayarannya!" Zea sedikit kesal karena Andam berpikiran negatif padanya.
"Jangan aneh-ane---"
"Siapa yang aneh-aneh! Kamu yang aneh! Istri minta motor aja tidak dibelikan. PELIT!" Zea kesal, dia masuk ke rumah dan memilih tidur. Bicara dengan Andam hanya membuat moodnya memburuk.
kesel dengan Zea yg mau saja diajak makan di apartemen lelaki, lebih kesel juga dengan Kendra.😡😡