Tentang seorang menantu yang tidak di perlakukan baik oleh keluarga suaminya.
Setiap hari nya harus menahan diri dan memendam sakit hati.
Lalu di tengah kesuksesan yang baru di reguknya, rumah tangganya di terpa badai pengkhianatan.
Akankah dirinya mampu bertahan dengan rumah tangganya?
Cerita ini belatar kehidupan di daerah Sumatera, khusunya suku Melayu. Untuk bahasa, Lebih ke Indonesia supaya pembaca lebih memahami.
Jika tidak suka silakan di skip, dan mohon tidak memberi penilaian buruk.🙏
Silakan memberi kritik dan saran yang membangun🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Ramdan
Karena kejadian di cafe, Rahmah tidak jadi pergi ke bazar. Padahal Sari sudah memintanya pergi saja berdua dengan Rahmi, tapi Rahmah menolak. Dirinya memutuskan akan pergi bersama Sari besok harinya. Dan malam ini Dia dan Rahmi, menginap dirumah Sari.
Sari tentunya begitu senang. Karena rumahnya akan riuh. Sudah lama Dirinya tidak ngumpul seperti ini.
Sebelum sampai rumah, Sari berhenti di penjual bakso. Sari membeli beberapa tusuk bakso, sate, dan nugget. Setelah membayar, mereka melanjutkan pulang.
Sampai di rumah, mereka tidak langsung masuk rumah. Sari membentangkan karpet di terasnya. Mereka duduk dan ngobrol santai sambil melihat kendaraan yang sibuk berlalu lalang.
Sari mengambil piring, saos dan kecap di dapur, lalu memasukkan bakso ke dalam piring. Sedang Rahmi membawa minuman dingin dan teh hangat.
“Dimakan Bu, kak!’’ ucap Sari.
Anak-anak bermain kembang api dan mercon di halaman rumah di temani beni. Mana mungkin Sari mengizinkan anak nya bermain mercon sendiri.
“Beni hari ini sudah berapa kali ke sini ku tengok Sar!?’’ ucap Sarimah. Dia sudah sedikit tenang, meski hatinya belum mengikhlaskan kejadian tadi.
“Mungkin ada yang di lihat Mak cik’’ Rahmah yang membalas ucapan Sarimah.
“Apa yang Ibu dan kakak bahas ni. Sari tak paham lah.’’ ucap Sari penasaran.
“Sepertinya si Beni itu sedang menyukai sesuatu di rumah kau Sar. Sebab kata Mak cik Imah, Beni tak pernah nya ke rumah mu saban hari macam hari ini.’’ jelas Rahmah.
“Iya ya, baru sadar pula Sari . Biasanya Beni datang hanya untuk bikin warung dan mengantar jemput Selfi saja. Tak pernah nya betah macam ni.’’ Sari berkata polos. Karena dia memang tidak mengerti.
Rahmah dan Sarimah ini sudah mengerti, hanya saja mereka memang menggoda Rahmi. Tentu saja Rahmi menyadari, kakak dan Sarimah ini menyindirnya. Tetapi dirinya pura-pura tidak mengerti. Sebisa mungkin wajahnya terlihat biasa saja.
.
.
*
Pagi hari
*
“Bila Ramdan balik sini Sar?’’ Tanya Rahmah. Dia menyapu lantai dapur Sari. Sementara Sari membuat adonan es krim yang di taruh di meja.
“Belum ada dia kasi kabar kak.’’ jawab Sari singkat.
Lagi, Rahmah kembali merasa Sari terlihat biasa saja saat dirinya menanyakan Ramdan. Seperti tidak menghawatirkan sang suami. Biasanya, tetangganya ini akan antusias jika di tanya soal suaminya tapi semenjak dia di dirumah ini, Sari terlihat biasa saja jika mereka membahas Ramdan. Lebih ke menghindar, pikir Rahmah.
Sari menghentikan pekerjaannya. Duduk serius. Melihat wajah serius Sari, Rahmah mendekati dan duduk di kursi sebelah Sari. Sarimah juga duduk di hadapan menantunya ini.
“Bang Ramdan telah berdusta. Sebelum dirinya memutuskan kerja di luar kecamatan, dia sempat demam. Sari tinggal sebentar ke pasar, pulangnya aku Hondanya di parkiran hotel berlian. Tapi ku pikir itu hanya kebetulan Hondanya sama. Pulang dari pasar, ternyata bang Ramdan tidak di rumah. Entah pergi kemana, padahal dia cakap sakit. Dan juga aku pernah menjumpai kwitansi perhiasan. Bukan untukku, sebab kwitansi itu sepertinya tidak sengaja tertinggal. Karena perhiasannya tidak ada di rumah ini. Dan banyak lagi dustanya yang lain.’’ cerita Sari.
Sarimah mendongakkan kepala. Terkejut! Ternyata sang menantu sudah lama mencurigai anaknya, tetapi masih terlihat santai dan baik-baik saja.
“Jadi kau sudah lama curiga dan kau diam saja? Kenapa tak kau larang dia itu, jangan kau izinkan dia kerja di luar!’’ orang tua ini malah memegangi kepala nya yang pusing.
Kini kecurigaan nya selama ini sepertinya benar. Jika Ramdan berhubungan kembali dengan Dahlia sang mantan.
“Sar, sebaiknya suruh Ramdan pulang sekarang juga!, Jika perlu berhenti saja.’’ ucap Sarimah menekan kata-katanya.
Pantas saja anaknya ini tidak pernah memberi Sari uang belanja semenjak kerja. Untung Sari punya keahlian membuat kue yang lezat. Sehingga tidak perlu bergantung pada lelaki seperti anaknya itu.
Ternyata bukan Ramdan yang tidak beruntung menikahi Sari, tapi sebaliknya. Pikir Sarimah.
“Bawa sini handphone kau Sari!, kalau kau tak mau menghubungi dia, biar aku saja’’ Sarimah mengulur tangan meminta ponsel Sari.
Sebenernya Sari tidak ingin mertuanya mengetahui ini, karena takut orang tua ini jadi sakit. Tadi malam saja Sarimah sempat demam. Untung saja di rumah Sari ini selalu tersedia obat.
Dengan berat hati, Sari memberikan ponselnya. Segera Sarimah membawanya ke kamar.
Sari melihat ke arah Rahmah yang menatapnya menuntut penjelasan.
“Jika ada waktu luang, Sari akan cerita.’’ ucap Sari akhirnya.
.
.
...*****...
.
.
Di kota
Ramdan sedang memasak asam pedas ikan patin. Beberapa kali tes rasa, akhirnya masakan nya selesai juga. Dia memasak karena permintaan sang istri.
Ya!, Ramdan telah menikah siri dengan Dahlia seminggu lalu. Dahlia beralasan hamil supaya cepat di nikahi Ramdan. Dan pagi ini, dirinya sengaja meminta Ramdan untuk memasak, sebagai alasan ngidam, untuk memperkuat perannya yang bermain hamil.
Tidak ada yang tahu pernikahan ini, karena nikah siri. Dia berasalan keluarganya menentang pernikahan mereka. Sehingga mereka menggunakan wali hakim.
.
.
Makanan yang di masak Ramdan telah matang. Ramdan membawa kekamar sang istri. Menaruh nampan ke atas nakas.
“Dimakan dik, supaya berisi perut tu. Sudah berapa hari tidak makan nasi, hanya roti saja. Adik harus makan banyak, Abang tak bisa terus temankan di rumah.’’
Tidak tahu saja Ramdan, jika sepeninggal dirinya kerja, Dahlia memesan makanan di aplikasi Gober food.
Dahlia memang licik. Dia telah janji akan melakukan segala cara untuk memisahkan Ramdan dan Sari.
Selain karena rasa cinta, dia merebut Ramdan,.dia juga iri dengan kecantikan alami yang di miliki Sari. Sementara dirinya, jika tidak mengenakan make-up, wajahnya akan terlihat aneh.
Keluar kamar mandi, Ramdan telah mengenakan pakaian. Dia menghampiri Dahlia.
“Dik, abang berangkat dulu!, tidak perlu memasak atau mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Adik istirahat saja.’’ Ramdan mencium kening sang istri. Setelahnya keluar rumah dan menuju ke usaha konveksi sang istri.
Dahlia beranjak dari tempat tidurnya. Mengambil ponsel dan memotret dirinya yang mengenakan cincin. Lalu dirinya mengirim ke nomor yang di ambil dari ponsel Ramdan.
“Selamat menikmati kesengsaraan dan kesepian tanpa suami Sari. Kau pasti terluntang lantung mencari uang untuk makan dan keperluan lainnya.!’’ gumam Dahlia tersenyum licik.
Dahlia pikir, Sari akan kelaparan dan kesusahan di tinggal Ramdan. Memang kesengsaraan Sari lah yang di harapkan Dahlia.
Dia tidak tahu sari sudah mulai sukses. Bahkan uang tabungan sari sekarang lumayan banyak.
Rasa iri hati dan dengki nya, membuat Dahlia buta mata hatinya. Sehingga tidak punya rasa malu karena merebut milik orang lain. Juga menyakiti sesama perempuan.
.
.
.
Hallo readers noveltoon 🤗
Semoga kalian suka membaca karyaku.
Jangan lupa like, subscribe dan vote nya.
.
.
Alhamdulillah, karya kedua ini telah memasuki 20 bab. Semoga lulus kontrak.