Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Seorang pria sedang fokus memainkan ponselnya. Kepalanya mendongak saat sebuah tangan menyodorkan sesuatu kepadanya.
Alkan mengernyitkan dahinya melihat adiknya memberikan sebuah paper bag.
"Dari Riris," ucap Aira yang mengerti tatapan bingung mas nya.
"Lihat aja, ada suratnya di dalam," lanjutnya dan berlalu pergi meninggalkan Alkan yang masih terdiam dengan bingung.
Dengan rasa penasaran ia mulai membuka paper bag yang di pegangnya. Terlihat sebuah kotak hitam dengan di hiasi pita bewarna gold.
Di tariknya pita itu dan dengan perlahan ia mulai membuka kotak tersebut. Terlihat sebuah jam tangan mewah berwarna hitam dengan sebuah parfum favoritnya. Terdapat juga sebuah buket bunga sangat kecil di dalamnya.
Pandangannya tertuju pada sebuah scrapbook kecil. Dengan rasa penasaran Alkan mulai membuka lembaran pertama. Ia terdiam tak menyangka melihat apa yang gadis itu tulis
...Hi, Mas!...
...Happy Birthday untuk orang yang aku sayang❤️...
Terlihat sebuah ucapan ulang tahun yang tak biasa, terdapat banyak love di sekelilingnya. Dan apa katanya, orang yang dia sayang? Alkan kembali membuka lembaran selanjutnya, kata demi kata ia baca dengan teliti.
...Saat pertama aku melihatmu, aku sudah tertarik. Awalnya aku pikir hanya kagum. Namun, semakin lama rasa itu semakin dalam. Aku mencintaimu, Mas....
Alkan masih terdiam mencoba mencerna semuanya. Lembar demi lembar ia buka, kata-kata manis dengan banyak hiasan di dalamnya.
Setelah selesai membaca semuanya, Alkan diam melamun. Ia masih tidak percaya dirinya di sukai oleh teman adiknya sendiri yang jelas umurnya terpaut jauh. Tidak mau memperdulikan, mungkin bocah labil sepertinya hanya cinta monyet?
Kemarin umur Alkan tepat bertambah menjadi 25 tahun, sedangkan Riris baru berusia 16 tahun dan lagian gadis itu baru mau naik kelas 11.
Mengetahui Riris menyukainya, bukannya membalas Alkan malah berniat ingin menjauhinya. Ia tidak ingin gadis itu semakin dalam menyukainya.
...***...
Sudah beberapa Minggu Riris tidak pernah main ke rumah Aira. Ia sedang fokus pada ujian kenaikan kelas. Hingga kini kedua gadis itu telah naik ke kelas 11.
Seorang gadis sedari tadi mondar mandir tak jelas di depan sebuah rumah. Jantungnya berdebar sangat kencang, tangannya gemetar pelan.
Riris menghela nafas panjang, dirinya sangat gugup. Hari ini hari weekend, Aira mengajaknya untuk bermain.
Sudah beberapa menit Riris terus mondar mandir di depan rumah Aira.Pipinya sudah memerah merasa malu, ia takut bertemu dengan Alkan. Sudah lama tidak bertemu dan pria itu pasti sudah tau jika dia menyukainya. Itulah yang membuatnya merasa sangat malu jika bertemu dengan pria yang di sukainya.
Tidak lama Aira membuka pintu dan menyuruhnya segera masuk. Riris sudah mengirimnya pesan untuk menjemputnya di luar. Ia juga menanyakan apakah Alkan ada di rumah. Dan ya Aira bilang Alkan sedang berada di ruang tengah.
"Hi, Mas," sapa Riris saat keduanya sudah masuk dan bertepatan Alkan melihatnya.
Pria itu tak menjawab, wajahnya sangat dingin dan cuek. Kemudian berdiri dari duduknya dan berlalu pergi keluar dari rumah.
Senyuman manis memudar dari wajah cantiknya. Riris menatap kepergian Alkan dengan bingung. Pria itu sangat cuek dan seperti sedang menghindarinya. Mengapa? Bukannya beberapa waktu yang lalu ia sudah tidak dingin lagi padanya?
"Ris, jadi kan nonton bioskop?" tanya Aira membuyarkan lamunannya.
Riris mengangguk dengan semangat, dirinya ingin menghilangkan beban pikirannya sejenak dengan menghabiskan waktu liburannya bersama temannya.
"Yaudah tunggu sebentar aku ambil tas dulu."
Seharian ini Riris dan Aira menghabiskan waktunya dengan menonton dan jalan-jalan keliling mall. Membuat keduanya merasa sangat senang dan juga merasa lelah. Kini Aira mengajaknya istirahat di sebuah cafe.
"Hari ini sangat menyenangkan ya," ucap Aira senang.
Riris sedari tadi hanya diam, pandangannya fokus pada sebuah meja di pojok sebelah kanan yang tidak jauh dari mereka. Matanya menyipit mencoba memastikan apa yang ia lihat.
Terlihat Alkan sedang bersama seorang wanita dewasa. Lelaki itu sedari tadi terus mengobrol sambil tersenyum hangat pada wanita di depannya.
Melihat itu membuat hatinya sangat sakit. Matanya sudah berkaca-kaca merasa sesak pada dadanya. Ia sangat cemburu melihat cowok yang di sukainya sedang berduaan dengan wanita lain.
"Riris! Kenapa sih?" panggil Aira kesal karena sedari tadi gadis itu hanya diam saja.
Aira menoleh melihat apa yang sedari tadi temannya lihat. Matanya membulat melihat mas nya sedang berduaan dengan wanita yang tidak ia kenal. Apa ia tidak salah lihat?
"M-mas Alkan," gumamnya masih tak percaya.
Selama ini Aira tidak pernah melihat mas nya bersama perempuan. Ia sangat tahu mas nya jomblo, bahkan pria itu terlihat sangat cuek dan tidak peduli pada perempuan di luar sana.
Namun, apa yang sedang ia lihat sekarang? Alkan terlihat sangat akrab dan sedari tadi terus tersenyum bersama wanita itu.
"R-ris, gapapa kan?" tanya Aira merasa tidak enak karena tahu temannya itu sangat menyukai mas nya.
Riris hanya mengangguk pelan sambil tersenyum getir. Padahal sebenarnya hatinya sangat sakit seperti di tusuk-tusuk.
Hari demi hari terus berlalu. Semakin ke sini Alkan semakin cuek pada Riris dan selalu menghindarinya setiap saat ia akan mengajaknya mengobrol.
Bahkan saat ini, untuk pertama kalinya Riris dan Aira melihat Alkan membawa wanita ke rumahnya. Ya, itu adalah wanita yang beberapa minggu lalu mereka lihat.
"Mas, dia siapa?" tanya Aira penasaran.
"Kekasih Mas, namanya Dara," jawab Alkan membuat Riris terdiam.
"Sayang kenalin, dia adikku Aira dan temannya," ujar Alkan sambil merangkul pundak kekasihnya mesra.
"Ouh hi, salam kenal. Dara," wanita itu mengulurkan tangannya pada Aira dan Riris sambil tersenyum manis.
Riris menunduk sambil meremas ujung bajunya pelan. Ia mendongak saat sebuah tangan terulur di hadapannya.
"Riris," ucapnya singkat.
Riris menjabat tangannya sekilas sambil menatapnya tak suka. Rasa cemburunya membuat ia merasa kesal pada kekasih Alkan.
Mengetahui pria itu memiliki kekasih membuat dadanya sangat sesak. Apakah ia tidak berhak memilikinya? Pertama kalinya ia jatuh cinta, dan mengapa harus luka yang ia dapat?
...***...
...Aku ikhlas melihatmu bahagia bersama wanita lain. Namun, hatiku sangat sakit....
...-Riris...
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶