Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermain Seperti Binatang Buas
Kini jam sudah menunjukan hampir pukul 7 malam dan pria itu baru saja keluar dari penjara yang memperangkapnya selama 8 jam bersama tumpukan kertas dan komputer nya.
"Apa tuan yakin dengan pilihan yang tuan berikan tadi, seperti Noona Julia pasti akan memulai aksinya besok." Ucap Luca pada tuannya yang sedari tadi sedang berjalan di depannya.
"Julia, jangan sebut dia sebagai Noona jika di depanku."
"Maafkan saya tuan."
Leo menghela nafas berat sembari membayangkan bagaimana situasi besok di kantor. "Tidak masalah Luca, kita lihat saja besok." Ucapnya sembari melanjutkan langkahnya yang tertunda.
"Tunggu tuan, mari saya antar tuan untuk pulang." Ucapnya yang bermaksud ingin mengemudikan mobil tuannya itu.
"Tidak perlu Luca, sebab aku tidak akan langsung pulang." Jawabnya yang langsung masuk kedalam mobil miliknya, sementara Luca hanya diam mengangguk di tempat nya sembari melihat mobil tuannya yang perlahan meninggalkan tempat itu.
Leo mengatur penunjuk arah pada mobilnya hingga ia bisa melajukan mobilnya itu tanpa harus bingung kemana ia akan pergi.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya mobil hitam itu berhenti di depan semua club bar yang saat ini benar benar cukup ramai dibandingkan club lainnya.
Pria berjas navy dengan postur tubuh tinggi itu melangkahkan kaki panjangnya masuk kedalam tempat yang saat ini sedang di penuhi oleh segerombolan orang yang sedang berjoget ria di bawah lampu disco dan suara musik jazz yang membangunkan kembali gairah semangat mereka.
Pria itu melewati gerombolan pasangan dan wanita yang memakai berbagai macam model baju yang bisa menunjukkan aura kecantikan mereka, Leo berjalan dan duduk di sebuah kursi bar sembari menatap ke arah segerombolan orang yang sedang asik berdansa disana.
"Jika tuan mau, kenapa tuan tidak gabung bersama mereka?" Tanya seorang pegawai bar disana.
Leo menggeleng "aku tidak ingin menghabiskan tenagaku." Jawabnya yang kemudian menatap pegawai pria yang terlihat begitu muda seperti masih berumur sekitar 20 tahunan itu.
"Apa kau punya whiskey?"
"Kita punya berbagai macam whiskey disini tuan, tuan mau yang jenis apa?"
"Berikan aku whiskey yang terbaik." Jawabnya dan membuat pegawai itu mengangguk dan pergi untuk mengambil sebotol whiskey yang diminta pelanggannya itu.
Pria itu menyalakan sebatang rokok yang memang disediakan disana, ia dengan begitu santai menghisap rokok nya itu sembari terus menatap ke arah seorang wanita yang saat ini sedang menunjukkan ekspresi bahagianya di bawah dentuman keras musik disana.
"Pria mana yang rela melepas berlian demi mendapatkan tembaga." Ucapnya mengingat permintaan gila mamanya tadi.
Leo menghela nafas berat sembari terus menatap lekat ke arahnya. "Astaga kenapa dia memakai pakaian seperti itu, dia membuatku gila karena para bajingan itu sepertinya sangat menikmatinya." Ucapnya sementara kedua bola matanya sama sekali tidak lepas dari istri cantik nya yang saat ini memakai pakaian seksi berwarna putih yang begitu membelit tubuhnya. Pria itu kesal sebab beberapa pria yang ada di depan nya sepertinya sedang menikmati kecantikan yang terpancar dari istri nya itu.
"Ini minuman yang tuan mau, saya membawakan whiskey yang terbaik di sini." Ucapnya sembari menyodorkan sebotol whiskey padanya.
Leo membuka botol minumannya itu dan menuangkannya ke dalam gelas miliknya. "Ngomong ngomong apa tuan kesini sendirian, atau mungkin tuan kesini hanya untuk ingin berhibur?" Tanya pegawai bar itu.
"Aku kesini ingin menjemput pulang istriku." Jawabnya setelah meneguk whiskey nya itu.
"Istri tuan?" Ucap pegawai itu sembari menatap ke arah yang sama dengan Leo.
Setelah pulang dari villa Andean Yoona memang sering sekali keluar malam tanpa pamit pada suaminya itu, sehingga setiap ia pulang dari kantor ia pasti menyempatkan diri untuk menghampiri istrinya itu, dan pulang setelah Yoona puas dan pulang, sehingga ia terlihat pulang setelah Yoona sampai di rumah.
"Sudah jam berapa sekarang?" Tanyanya pada pegawai bar itu.
"Sekarang pukul setengah 9 tuan."
"Apa dia tidak tahu jam berapa sekarang.". gumamnya sebab wanita itu biasanya akan pulang sebelum jam 9 malam.
Pertunjukan malam itu benar benar tidak ada habisnya, bahkan semakin malam tempat itu semakin ramai pengunjung.
"Ahh sepertinya aku agak mabuk." Ucap Leo sebab kepalanya yang mulai pusing sebab minuman yang sedari tadi ia minum itu.
Ia mengambil ponsel miliknya dan melihat sebuah jam sudah menunjukan hampir pukul setengah sepuluh malam.
"Astaga,,," keluhnya yang langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri segerombolan orang yang sedari tadi terus menjadi pusat perhatiannya.
Mau tidak mau pria itu langsung menarik pergelangan tangan wanita yang saat ini tidak tahu jam itu, Yoona yang terkejut dengan hal itu seketika menatap wajah pria yang sedang menarik dirinya itu.
Leo melepas jas navy miliknya itu dan memakaikannya pada istrinya itu. "Apa kau lupa untuk pulang?" Tanya Leo namun gadis itu hanya diam sembari tersenyum manis kearahnya.
"Aku malah menunggumu untuk memanggilku pulang, aku tidak menyangka kau akan mengunjungi ku." Jawab Yoona.
"Ayo pulang." Ucapnya yang langsung menarik pergelangan tangan Yoona menjauhi keramaian tempat itu.
Leo kini akhirnya membawa istrinya keluar dari tempat itu, ia menarik pergelangan pergelangan tangan Yoona dan membawanya masuk kedalam mobil miliknya.
"Apa perlu aku mengganti kan mu untuk menyetir, sepertinya kau terlihat mabuk." Tawar Yoona ketika melihat kedua telinga Leo yang begitu memerah akibat alkohol.
"Aku tidak akan mabuk hanya dengan minum sebotol Yoona, seharusnya kau yang harus ku khawatirkan, sudah berapa botol kau minum hmm."
"Aku hanya memesan anggur Leo, dan itu sama sekali tidak membuat ku mabuk, sebab anggur disini berbeda dengan anggur milik Laurent." Jawabnya.
"Benarkah? Sekarang Ku tanya jam berapa sekarang, apa kau begitu menikmati anggur mu hingga lupa untuk pulang." Ocehnya.
"Aku bukan lupa untuk pulang Leo, tapi aku sengaja untuk tidak pulang, agar kau bisa memarahi ku?"
"Apa?"
"Kau selalu pergi pagi sebelum aku bangun, dan pulang malam saat aku sudah tidur, dan entah kenapa itu membuat ku rindu dengan ocehan tidak jelasmu."
"Cihh, dasar gila." Gerutu Leo sembari menyalakan mesin mobil miliknya itu, bersamaan dengan itu Yoona tiba tiba menarik kuat lengan kemeja pria yang ada di depannya itu dan melumat bibirnya begitu saja tanpa adanya aba aba darinya.
"Ohh kau habis merokok Leo? Tidak biasanya?" Tanya Yoona yang merasakan aroma rokok dari pria itu.
Leo sedikit menjauhkan tubuh Yoona darinya. "Apa kau ingin terperangkap disini?" Tanya Leo baik dan langsung melajukan mobilnya itu pergi dari tempat itu.
Jalanan malam itu memang masih ramai ramainya apa lagi di daerah perkotaan, hingga pada akhirnya mobil mereka pun akhirnya sampai juga di tempat tujuannya.
Setelah berhasil memberhentikan mobilnya, Leo langsung keluar begitu saja dari dalam mobilnya dan masuk ke dalam rumahnya, Yap rumahnya sendiri, sejak mereka pulang dari Andean Leo memutuskan untuk membawa istrinya untuk pulang ke rumahnya hingga rumah kediaman William saat ini terbilang kosong hanya di tempati para maid yang setiap hari membersihkan rumah itu.
"Yoona apa kau gila, bagaimana jika aku tidak kesana mencarimu apa kau tetap tidak ingin pulang, kau bahkan tidak memberitahu apa apa, kau tidak izin ataupun bertanya padaku." Ocehnya yang terus mengomel dibelakang istrinya itu.
"Apa aku perlu ijin untuk kesenangan diriku sendiri?" Tanyanya sembari menoleh menatap ke arah Leo.
"Lagipula aku tidak lama disana, mungkin hanya beberapa menit lalu kau datang." Lanjutnya.
"Iyakah, aku tidak yakin."
Yoona mengangguk,"aku bahkan belum menemukan titik kesenangan ku dan kau sudah membawaku pulang."
"Kau belum menemukan titik kesenangan mu? Cih jelas jelas kau tadi di sana terlihat begitu senang."
Yoona tersenyum sekilas"benarkah? Aku tidak yakin aku terlihat seperti itu." Ucapnya sembari berpaling dari hadapannya.
Melihat hal itu Leo seketika menarik pergelangan tangan Yoona dan melumat kasar bibir gadis itu. "Kau gegabah sekali, kau seperti anjing yang kelaparan." Ucap Yoona saat Leo melepas pangutannya.
"Kau benar, aku lapar akan dirimu, dengar Yoona aku benci kau berpakaian seperti ini saat keluar." Jawabnya.
"Sayang sekali protesanmu itu tidak ku terima Leo sebab aku suka berpakaian seperti ini."
"Akan ku belikan kau baju seperti ini 7 lusin, tapi pakailah saat aku ada di rumah mengerti."ucapnya sembari menyesap tulang selangka Yoona.
"Mmhhh jangan disitu Leo, kau akan meninggalkan jejak yang sulit di hilangkan." Protesnya sebab hal itu sangat mempengaruhi dirinya saat berpakaian.
"Aku akan meninggalkan banyak jejak malam ini sayang." Ucapnya sembari melepas ikatan pita yang terikat rapi di leher.
Leo kembali melumat ganas Bibir Yoona seperti seseorang yang begitu kelaparan, ia memeluk erat tubuh gadis itu dengan tangan kanannya, sementara tangannya yang lain sibuk mencari celah kesenangannya.
"Mmhhh,,,," lenguhnya saat ada sesuatu yang sengaja memainkan bongkahan daging nya.
Leo terus mengunci bibir gadis itu dan tidak memberinya celah untuk bernafas. Leo mendorong kuat tubuh Yoona di atas sofa dan membuang kemejanya hingga terlihat tubuh kekar miliknya.
pria itu berjalan menghampirinya dan mengungkung tubuh kecilnya itu. "tutup dulu pintunya Leo." ucap Yoona yang sadar akan pintu rumah yang masih begitu terbuka.
"apa kau malu, biar saja kalau ada yang ingin melihatnya, aku tidak peduli." ucapnya sementara Yoona mulai menggeledah tas jinjing nya dan mengeluarkan sebuah permen dari dalam sana.
Gadis itu membuka bungkus permen itu dan memasukannya kedalam mulut Leo. "aku tidak suka mulut yang bau rokok Leo." ucapnya yang berhasil membuat Leo tersenyum dan mengeluarkan permennya itu lalu mengecup sekilas bibir Yoona.
"apa sudah terasa manis?"
Yoona mengangguk sekilas " ehmm, manis seperti vanilla." jawabnya sembari menarik tengkuk leher Leo dan melumat bibirnya itu.
***
Tiga hari kemudian
Kini seperti biasanya Leo sedang duduk sibuk di bangku kerjanya, kali ini ia tidak sedang berpakaian rapi tapi hanya mengenakan setelan baju santainya di ruang kerjanya yang berbeda dengan sebelumnya.
Drrtt,drrtt,drrtt
Terdengar sebuah dering ponsel yang berada tidak jauh darinya yang menandakan ada seseorang yang berusaha untuk menelfon nya, mendengar hal itu Leo pun langsung mengangkatnya.
[Ada apa luca?]
[Tuan saya ingin minta ijin mengirim orang untuk menyelidiki tentang hotel yang ada di Italia tuan, sebab sebab saya begitu kesulitan mencari data informasi lengkapnya karena jaraknya yang saat jauh.]
[Iya Luca, lakukan apa yang kau mau, yang penting aku mendapatkan informasi tentang hotel itu.]
[Baik tuan.]
[Mengenai berkas berkas tuan Anthony, saya akan mengantarkan nya pada tuan setelah ini ke kantor.]
[Aku tidak sedang sedang di kantor Luca, aku bekerja di rumah.]
[Apa, hmm kalau begitu biar saya antar ke rumah tuan.]
[Tidak perlu, bawa lah berkas itu untuk sementara waktu, aku sedikit sibuk, jadi tolong untuk sementara waktu ini jangan datang ke rumah]
[Ahh baik tuan.]
[Tetap kabari saja perkembangan dari penyelidikan mu itu.]
[Baik tuan.] Jawabnya dan membuat Leo langsung menutup teleponnya secara sepihak.
Leo meletakan kembali ponselnya itu dan kembali bekerja, namun tidak lama kemudian pintu ruangannya itu terbuka dan terlihat seorang wanita yang masuk dengan menggenakan kemeja putih sembari membawa segelas wine di tangannya
"Warna putih lagi?"
Yoona tersenyum sembari berjalan menghampiri suaminya yang saat ini terlihat sibuk dengan pekerjaan nya itu. "Apa kau sedang sibuk, mau minum bersamaku?" Tanyanya.
"Tidak ada kalimat sibuk untukmu, kemarilah." Jawabnya sehingga membuat Yoona duduk di atas pangkuannya.
Leo mengambil gelas wine yang Yoona bawa itu dan meminum minuman yang ditawarkan istrinya. Gadis itu mulai melumat bibir itu dengan begitu lembutnya sementara Leo mengeluarkan salah satu mainan favorit nya dan mulai meremas nya dengan begitu kuat.
"Keluarkan mainan ku Leo." Ucapnya.
"aku sedang kerja Yoona." jawabnya sembari menatap ke arah istrinya itu.
"tidak biasanya, dari kemarin kau terus memaksaku untuk memuaskan diri mu, sekarang kau menolak ku." ujarnya
"kalau begitu coba Keluarkanlah sendiri Yoona." Jawabnya sehingga gadis itu langsung menurunkan celana kain milik suaminya itu sehingga terlihat benda besar miliknya disana.
Yoona menggesekan beda itu pada dinding kawahnya, merasakan hal itu Leo langsung menarik kuat pinggul Yoona dan memeluknya dengan begitu erat, sehingga dengan sekali hentakan benda panjang itu langsung tenggelam di lubang surgawinya.
"Akhhhh" rintihnya saat mainannya itu masuk tanpa aba aba darinya.
"Kau terlalu cepat memulai permainan sayang." Ucap Leo yang langsung melumat ganas Bibir Yoona, sementara gadis itu mulai mengocok kawah miliknya dan bermain ria di atas pangkuan Leo.
Itulah yang mereka lakukan selama tiga hari ini sehingga membuat Leo rela berkerja di rumah untuk memenuhi nafsu birahinya itu.
kondisi rumah itu saat ini benar benar kosong, hanya ada mereka berdua disana sehingga membuat mereka bebas melakukan apapun yang mereka mau, mereka bak seperti binatang buas yang lupa akan tempat dan waktu, dimanapun ada dorongan mereka akan melakukannya, sementara art di rumah itu akan datang di jam 6 pagi untuk membereskan kekacauan yang mereka buat entah itu di dapur, ruang tengah apalagi di kamar yang selalu berantakan setiap pagi apa lagi meja rias Yoona yang selalu berantakan di lantai. Bibi art itu akan pulang pukul 7 setelah membuatkan sarapan dan balik lagi sore harinya.