Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Syakilah
🌺🌺🌺
Dan sejak saat itu dia kembali ke negara asalnya, Zen juga sudah pulih dan kembali bekerja lagi, tapi kini bukan menjadi wanita panggilan melainkan menjadi minejer restoran milik tunangan nya, dan sebentar lagi dia akan menikah, beruntung sekali Zen mendapatkan calon suami yang mau menerima Zen apa adanya begitu juga dengan keluarganya mau menerima Zen apa adanya juga masa lalu Zen, Zen begitu bersyukur setidak nya dia sudah menghasilkan uang halal untuk keluarganya. Di balik kesusahan pasti ada kebahagiaan, itulah janji tuhan dalam Kalam nya.
Pertemuan ku dengan nya adalah takdir tuhan yang sekalipun tak pernah ku sesali dalam hidup ku, dua tahun sudah waktu itu berlalu, sejak saat itu ibu ku bilang jika aku tak harus lagi kerja di klub karena sudah ada pengganti sebagai penari. Bahagia? tentu saja seolah aku bisa bernafas kembali, tapi aku sadar diri kemewahan yang ku dapat ini adalah dari hal yang tabuh juga dari uang yang jelas haram nya. Haruskah aku masih menikmati ini? bukan kah aku sudah berjanji pada dia jika aku terbebas maka akan memutuskan untuk berhijrah. Tapi langkah itu tak mudah, sebab ibu tidak bisa melepaskan ku begitu saja. Entah mungkin dia khawatir pada ku menjalani kehidupan yang sulit seperti kehidupan nya dulu. Tapi sepertinya ibu mengikatku karena sebuah janji, entah janji pada siapa aku pun tak tahu.
"Aku sudah berjanji akan menjagamu sampai waktunya"
Kata itulah yang selalu ibu tekankan pada ku dikala aku ingin keluar dari kehidupan nya. Memang setiap bulan ibu selalu memberiku uang dan dia bilang jika itu adalah uang yang halal, setiap kali diri ini seakan ragu. Aku pun tak tahu uang dari hasil apa atau darimana, jika aku menolak pun tak bisa karena uang itu masuk ke rekening dan masih tersimpan tak pernah terpakai sedikitpun. Sedikit demi sedikit aku mulai menata hati, aku pun mulai beribadah lagi pada sang khalik, ibu pun tak melarang, begitu pun dengan om Carlos. Jujur saja ketika melihat ketulusan pada ibu ku membuatku berfikir mungkin perkataan om Carlos padaku dulu memang benar adanya. Kadang kalah aku berfikir hubungan mereka layaknya simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan, ibu ku kini selalu mendukung kegiatan ku, aku pun bekerja di toko roti milik Tante Nura, semenjak saat itu, Tante Nura menawari pekerjaan pada ku menjadi patnernya untuk membuat cake, tapi aku memilih menjadi karyawan saja agar aku bisa belajar dari nya. Siapa tahu kelak aku bisa membuka sebuah usaha dengan jeri payah yang ku dapat dari Rizki yang halal.
Hari ini adalah hari pernikahan Brenda dan om Ken. Ya, Brenda memutuskan untuk menerima lamaran dari om Ken sahabat dari om Carlos, meski usia mereka terpaut 15 tahun tapi itu tak masalah bagi Brenda karena dia melihat ketulusan dan kesungguhan dari om Ken, sehingga dalam dua tahun ini dia mantap menerima lamaran dari om Ken.
Pesta digelar dengan meriah di sebuah hotel berbintang lima yang cukup terkenal di kota ini, tamu yang hadir pun sangat banyak dan terlihat mereka dari orang-orang yang berada. Langkah kaki ini pasti menapaki karpet yang tergelar di sepanjang koridor, sebuah gaun panjang yang tertutup dengan warna peach kini membalut tubuh ku, sempat aku ingin menolak tapi gaun ini adalah pemberian dari Brenda yang harus ku pakai saat pernikahan nya, mungkin gaun ini nilai nya puluhan juta, dan aku yang sekarang tak mungkin membeli sebuah baju yang nilainya fantastis seperti dulu yang di tekan kan harus hidup dengan glamor, tapi jujur saja, aku bahagia dengan kehidupan ku yang sederhana ini.
"Kilah" sebuah panggilan dari seorang yang ku kenal.
"Zenitha.." sebuah senyum tersungging di bibir ku.
"Apa kabar?" tanya nya menghampiriku, dia bersama dengan calon suaminya.
"Alhamdulillah baik, kalian sendiri apa kabar?"
"Ya, seperti yang kamu lihat, Kamu sendiri? dimana mami?" tanya Zen lagi. Aku pun menggeleng.
"Hem,, kata ibu dia menunggu om Carlos" jawab ku apa adanya. Zen pun mengangguk mengerti, dia dan calon suami nya mengajakku menghampiri Brenda yang ada di atas pelaminan untuk memberi selamat.
"Kilah, akhirnya kamu datang juga" sambut Brenda berbinar.
Sejak keluar dari jerat dunia malam, semua memanggil ku 'Kilah' bukan lagi 'Naomi', bukan karena aku membenci nama itu melainkan harapan ku telah kembali ingin menjadi sosok Syakilah saat terbangun dari masa suram ku, karena Naomi adalah sebuah kisah panjang yang terukir dalam tidur ku dan nama itu akan selalu tersimpan bukan lagi untuk di kenang kisahnya.
"Selamat ya! semoga samawa" doa ku tulus untuk Brenda.
"Amin, terima kasih" Brenda memeluk ku erat.
"Kamu benar, tuhan itu sayang pada kita, buktinya kita di berikan kebahagiaan yang nyata, meski kita telah lalai pada nya" kata Brenda.
"Sekarang yang perlu kita lakukan adalah menjalani kehidupan yang lebih baik" lanjut Brenda yakin. Aku pun mengangguk membenarkan. Di sampingku Zen juga mengangguk, karena sejatinya di dunia ini tidak ada makhluk yang sempurna dan tak luput dari sebuah dosa, memang dosa yang kita lakukan sangat lah besar, tapi tak ada kata telat untuk bertobat dan kembali ke jalan yang lurus, meski baru berusaha tapi dengan niat pasti akan lebih mudah menjalani dengan keikhlasan. Usai dari pesta aku memilih segera kembali, sekarang aku tak lagi tinggal di mension, ataupun apartemen yang dulu ku tempati bersebelahan dengan milik nya Tante Nura. Sekarang aku tinggal di sebuah perumahan meski tak besar tapi cukup bagiku meski masih proses menyicil, tapi aku bersyukur setidaknya ini adalah hasil dari gajiku bekerja di toko kue.
Jujur saja, kadang kalah aku rindu dikalah mengingat nya, dia bagaikan lilin yang menerangi kegelapan dan dia juga bagaikan oase di Padang pasir. Mungkin inilah jalan Tuhan untuk menuntun ku agar menjadi lebih baik. Walaupun pertemuan kami singkat, tapi semua itu akan selalu ku ingat, kerudung pemberian ini akan selalu ku simpan, sebagai satu kenangan yang dia berikan kelak jika hati ini sudah yakin pasti akan ku kenakan. Meski kadang kala diri ini berharap suatu saat dia akan kembali dan memakai kan kerudung ini untuk ku, namun semua itu hanyalah angan saja yang tak mungkin untuk wanita sepertiku, dia pantas dengan yang lebih baik, biarlah cinta ini akan ku simpan karena tidak mungkin ada cinta tanpa batas untuk seorang wanita pendosa.