Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan Hangat
Tak ada yang tahu keberadaan sang pewaris pagi ini.
"Kayaknya tuan tak tidur di kamarnya nyonya. Soalnya kamar tuan rapi. Saya juga tak melihat tuan di ruang gym." lapor Nuna pada Tizza karena putranya itu tak muncul di ruang makan.
"Kalau Elora di mana? Apakah dia sudah berangkat ke rumah sakit?" tanya Tizza lagi.
"Kayaknya belum, nyonya. Kan kalau berangkat pasti diantar suamiku."
"Mungkin Elora sedang lari pagi." kata Hernandes. "Sajikan saja sarapannya. Elora memang gadis yang tak tahu waktu dan aturan di rumah ini."
Anna dan Cecil saling berpandangan sambil tersenyum. Mereka senang jika Hernandes menjelekan Elora.
Alea masuk ke ruang tamu. "Ada apa ini?" perempuan itu nampak baru selesai olahraga.
"Kamu melihat Enrique?" tanya Tizza.
"Enrique belum bangun ya?" Alea bertanya balik.
"Iya. Anak itu tak ada di kamarnya."
Alea terkekeh. "Wajarlah kalau dia belum bangun. Semalam aku lihat dia masuk ke kamar Elora."
"Apa?" Tizza terkejut.
Simone menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Syukurlah. Berarti aku akan segera melihat cicitku lahir."
"Papa, apa lupa dengan aturan di rumah ini? Yang belum menikah tidak boleh tidur di kamar yang sama. Pasti Elora yang menggoda Enrique." kata Hernandes dengan wajah kesal.
"Elora bukan gadis seperti itu. Pasti ada sesuatu sampai Enrique ada di kamar Elora." Tizza tak ingin suaminya menjelek-jelekkan Elora.
"Kalau memang mereka sudah berada di kamar yang sama, segera nikahkan saja. Supaya tak terjadi kehamilan di luar nikah." kata Simone membuat Tizza tersenyum namun tidak dengan Hernandes, Anna dan Cecil.
"Aku setuju. Walaupun Elora bukan pasangan yang serasi untuk Enrique." kata Alea membuat Anna dan Cecil semakin panas.
"Nuna, ayo ikut aku!" Tizza meninggalkan meja makan dan menuju ke kamar Elora. Perlahan ia membuka pintu kamar itu yang ternyata memang tidak dikunci. Matanya langsung berbinar melihat Elora tidur membelakangi Enrique namun Enrique memeluknya dari belakang.
"Ah nyonya, ini manis." bisik Nuna.
"Enrique...., Elora ....!" panggil Tizza.
Dua orang yang sedang berpelukan itu sama-sama terbangun dan keduanya menjerit kaget saat menyadari bahwa mereka saling berpelukan.
"Ah....dasar kamu mesum.....!" Elora langsung mendorong Enrique sehingga cowok itu hampir jatuh dari tempat tidur.
"Kamu bilang aku mesum? Lalu kenapa kamu diam saja saat aku peluk?" teriak Enrique sambil memegang luka di pinggangnya yang terasa sakit.
"Eh, ada apa ini?" ternyata Hernandes dan Simone ikut masuk ke dalam kamar. Di belakang mereka ada Anna dan Cecil.
"Semalam luka ku berdarah karena kena pukulan dua temanku yang mabuk di pesta. Aku minta tolong pada Elora untuk mengobatinya. Karena agak lama Elora membersihkan lukaku, dan mungkin pengaruh obat yang aku minum, aku merasa mengantuk dan malas untuk ke kamarku. Jadilah aku tidur di sini." kata Enrique menjelaskan.
"Jadi kalian tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat Elora hamil?" tanya Simone penuh harap.
"Mana mungkin aku melakukan sesuatu yang dilarang di rumah ini?" ujar Enrique sambil berlalu dari kamar itu.
Anna dan Cecil tersenyum lega. Mereka meninggalkan kamar itu bersama yang lain, meninggalkan Nuna yang menatap Elora sambil tersenyum.
"Nona, mandilah. Nanti sarapannya saya bawakan ke sini." kata Nuna. Elora hanya mengangguk. Ia segera ke kamar mandi. Mungkin dengan mandi air dingin, ia bisa membuat kepalanya menjadi dingin.
"Enak saja dia memeluk aku sepanjang malam." kata Elora sambil menggosok sabun yang banyak di sekitar pinggangnya.
***********
Selama 3 hari Elora tak melihat Enrique dan papanya. Menurut Tizza, suami dan anaknya itu sedang ke Madrid untuk mengurus usaha mereka di sana.
Setidaknya Elora tak akan melihat wajah menyebalkan Enrique yang sudah memeluknya itu.
Hari ini Elora sudah ijin kepada Tizza untuk pulang agak sore dari rumah sakit karena 2 orang perawat tidak masuk karena ada keluarga mereka yang meninggal.
Tak Elora sangka kalau Ernesto datang ke rumah sakit saat hari sudah menjelang sore.
"Eh, paman Ernesto." sapa Elora.
Ernesto memasuki ruangan perawat. "Mana dokter Pedro?"
"Dokter Pedro sudah pulang. Yang ada dokter Sonya. Paman sakit?"
Ernesto menggeleng. "Aku hanya ingin berbincang denganmu, Elora. Boleh?"
"Tentu saja boleh. Ada apa sih, paman?"
Ernesto menatap Elora. "Namamu cantik."
"Kata ibuku, nama ini adalah pemberian ayahku. Ayah bilang kalau aku lahir sebagai perempuan berikan nama itu namun kalau laki-laki berikan nama Eliezer."
Ernesto menahan sesak di dadanya. "Oh begitu ya? Apakah ibu mu bernama Putri Amelia?"
"Kenapa paman tahu? Paman mengenal ibu ku?"
Ernesto mengangguk. "Aku mengenal ibumu karena ia sering datang ke rumah keluarga Gomez."
"Apakah paman tahu siapa ayahku? Aku sudah berulang kali bertanya pada ibu namun dia tak pernah mengatakannya."
"Ibu mu mengatakan kalau ayahmu orang Spanyol?"
Elora menggeleng. "Ibu sama sekali tak pernah mengatakannya. Pamanku juga merahasiakannya. Namun menurutku, ayahku bukan orang Indonesia. Karena menurut teman-teman ku, wajahku adalah perpaduan antara Asia dan Eropa."
Ernesto merasakan dadanya sesak. "Aku...., aku tak tahu apapun tentang kehidupan ibumu. Yang aku tahu kalau dia sahabatnya Tizza Gomez."
Elora nampak sedih. "Aku hanya ingin tahu siapa ayahku. Bukan ingin mengusik kehidupannya dengan keluarganya yang sekarang namun penasaran saja. Kalau pun aku tahu, aku mungkin akan diam saja. Cukuplah hanya sampai aku tahu siapa dia."
Ernesto menepuk lembut tangan Elora yang ada di atas meja. "Paman pergi dulu ya? Atau kamu mau pulang dengan paman?"
Elora menggeleng. "Aku menunggu jemputan paman Duno."
Ernesto pun pamit meninggalkan Elora. Gadis cantik itu memainkan ponselnya. Ia kemudian mengirim pesan pada bibinya di kampung.
Rindu kalian semua. Kenapa sih aku tak diijinkan pulang?
Setelah pesan itu terkirim, Elora langsung disibukan dengan adanya pasien baru.
************
Elora menghilang lagi di acara makan malam keluarga. Sepulang dari rumah sakit, ia singgah sebentar di kandangnya Moon lalu ia kembali ke kamarnya. Elora mandi dan langsung tidur sore. Ia bangun saat jam sudah menunjukan pukul 9 malam.
Perlahan Elora turun dari ranjang dan segera mencuci wajahnya. Rambutnya yang panjang dibiarkannya tergerai. Elora segera menuju ke dalam rumah karena ia merasa lapar.
Ruang keluarga nampak sepi. Apakah mungkin karena hujan sampai keadaan menjadi sepi?
Ia pun segera menuju ke dapur. Saat Elora tiba di sana, ia terkejut melihat Enrique ada di dapur.
"Kamu selalu membuat aku terkejut." sentak Elora. Ia melangkah ke arah kulkas, membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sebotol jus strawberry dari sana. Ia menuangkannya ke gelas dan meneguknya.
"Kamu lagi masak?" tanya Elora.
"Ya."
"Memangnya kamu belum makan?"
"Aku tadi keluar dengan Anna. Kami tak sempat makan malam." Enrique meletakan makannya di atas meja pantry dan mulai menikmati makannya. Elora menelan ludah saat mencium aroma masakan yang jelas sangat enak itu.
"Kamu pintar masak juga. Sayangnya pelit."
Enrique mengerutkan dahinya. "Pelit? Maksud mu apa?"
"Kamu nggak menawari aku makanan pada hal aku sangat lapar."
Enrique menuangkan sedikit makanan nya ke piring dan memberikannya pada Elora. "Makanlah."
"Terima kasih." Elora langsung menyantap makanan yang terbuat dari kentang itu. Keduanya makan tanpa bersuara.
Selesai makan.....
"Biar aku saja yang cuci piringnya." kata Elora lalu mengambil piring Enrique.
"Biar saja nanti para pelayan yang mengerjakannya." Enrique mengambil kembali piringnya dan bermaksud meletakkannya di dalam tempat cuci piring
Elora menariknya lagi dan terjadilah acara tarik-tarikan dan membuat Elora kehilangan keseimbangan tubuhnya. Ia jatuh namun tangannya sempat menarik kemeja Enrique sampai akhirnya piring itu jatuh, keduanya jatuh dengan posisi Enrique di atas dan Elora di bawah.
Tepat di saat itu kakek Simone dan Hernandes masuk ke dapur karena mendengar suara keributan .
"Astaga.....segera nikahkan mereka, Hernandes." teriak Simone melihat posisi Elora dan Enrique di lantai.
***********
Apakah yang terjadi selanjutnya ?
Enrique
Elora
lanjut thor 🙏
waduh 50 biji aja mantan dokter pedro...😂😂😂
astaga si penjahat bisa menemukan Elora... 😱😱😱
siapa yg menginginkan kematian elora??
ksh tahu donk thor 🫢🤭
gws mami....