Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Menutup jendela itu, Tuan Laurent membuka laci di bawah tempat duduk di keretanya mengeluarkan sebuah pedang.
“Kalian berdua jangan keluar dari kereta ini”
“Mengerti?” Tuan Laurent menatap tegas pada Odelia serta Penelope, keduanya mengangguk Tuan Laurent pun keluar.
Terdengar dentingan pedang di luar kereta, Penelope sangat ketakutan ia memeluk satu tangan Odelia dengan kencang sedangkan Odelia berusaha melihat apa yang terjadi di luar kereta melalui celah gorden yang menutupi jendela.
Suara kencang ringkihan kuda terdengar, kereta berguncang kembali hingga terjatuh, Odelia serta Penelope yang tidak siap dengan guncangan itu pun ikut terjatuh hingga kedua terbentuk dinding kereta dan terkena pecahan kaca jendela.
Odelia segera membantu Penelope keluar dari kereta, saat berhasil keluar dari kereta kekacuan terlihat di tengah ke gelapan hutan pinus. Dua kuda yang menarik kereta mereka tergeletak bersimbah darah dan dua kuda lainya mencoba bangkit.
Gerbong muatan di belakang mereka tidak ikut terjatuh kerena telah di rusak oleh perampok, Tuan Laurent dan Marcy bertarung dengan para perampok di dekat gerbong itu.
“Lihat terdapat dua wanita di kereta itu”
“Tangkap mereka, mereka akan terjual dengan harga yang tinggi” suara seorang perampok nampak memimpin kelompok itu, dua perampok segera mendekat pada Odelia serta Penelope yang terluka di bagain kepala mereka hingga mengeluarkan darah.
Odelia segera menarik tangan Penelope untuk berlari namun salah satu perampok melemparkan tali pada kaki Penelope membuatnya terjatuh.
Odelia terkejut saat Penelope terjatuh segera berusaha melepaskan tali di kaki Penelope namun ia kesulitan.
Dua perampok itu segera menangkap keduanya, menahan tangan mereka untuk berhenti memberontak Penelope ketakutan saat di tahan perampok itu. Odelia memanfaatkan keadaan tanganya yang belum terikat apapun segera membenturkan kepalanya ke belakang hingga hidung perampok itu mengeluarkan darah dan melepaskan genggamannya pada kedua tangan Odelia.
“Aaaaa dasar wanita gila” perampok itu terkejut memegang wajahnya, Odelia dengan gerakan cepat mengambil pedang di sabuk perampok itu dan menebas lehernya.
Perampok yang menahan Penelope menoleh ke belakang mendengar teriakan temanya, ia melihat Odelia telah membunuh temanya mendorong Penelope hingga terjatuh ke tanah mengeluarkan pedangnya siap menyerang Odelia.
Odelia berlari dengan kencang pada perampok kemudian menendang dadanya, perampok itu tidak mengira wanita ini dapat membuatnya terjatuh menyentuh dadanya yang terasa sakit ia mengangkat wajahnya Odelia berdiri tepat di depanya menebas lehernya hingga tubuhnya jatuh ke lantai.
Odelia mengambil pedang dari tubuh perampok yang telah di habisinya, berjalan pelan menuju Penelope membuka ikatan tali di tanganya.
“Catherine!” melihat banyak bercak darah di wajah dan lehernya Penelope khawatir memegang kedua tangan Odelia.
“Ini bukan darah ku” Odelia segera membantu Penelope berdiri mendekati kuda di kereta mereka, melepaskannya dari kereta.
“Apa yang kamu lakukan?” Penelope bertanya dengan ketakutan.
Odelia menuntun kuda itu dan membuatnya untuk tenang, Penelope menutup mulut melihat Marcy tergeletak di sisi lain gerbong muatan Odelia melihat padanya ia masih bernapas.
“Cepat,Pen” Odelia menarik Penelope untuk menaiki kuda telah berlutut.
"Kamu akan pergi bersama ku kan?” Penelope menatap Odelia, Odelia memaksa Penelope menaiki kuda itu namun tidak menjawab pertanyaan Penelope.
“Cath?” memegang tangan Odelia.
“Dia pasti tau jalan pulang” Odelia menatap Penelope dengan tenang.
Melihat wajah dengan noda darah Penelope menangis menyadari Odelia tidak akan pergi bersamanya.
“Kembalilah dengan bantuan aku pasti menunggu mu” Odelia menepuk kuda, kuda itu pun segera bangkit membuat tangan Penelope terlepas dari
Odelia dan segera berlari meninggalkannya Odelia.
Penelope menangis, melihat ke belakang Odelia tengah menarik Marcy ke dekat kuda yang lain.
Odelia merobek gaunya, membalut luka di kaki dan tangan Marcy. berjalan mengendap menarik kuda untuk mengikutinya membuatnya dalam posisi berlutut tenang, menaikan Marcy pada kuda itu mengikatnya dengan tali yang ia temukan di tubuh perampok menepuk kuda untuk bangkit dan berlari menyusul Penelope.
“Apa kuda-kuda itu pergi!”
“Dimana mereka!” pemimpin perampok berteriak melihat kuda yang berhasil membawa seseorang.
“Sayangnya hanya tersisa dirimu pria tua!” pemimpin mengarahkan pedangnya pada Tuan Laurent yang terluka bersandar pada gerbong muatan.
“Cepat habisi dia” memberikan perintah pada bawahannya.
Mendekati Tuan Laurent dengan pedang di tanganya, mengangatkan bilah pedangnya untuk menghabisi Tuan Laurent tersenyum angkuh menatap pria yang bersandar tak berdaya.
Secara tak terduga serbuk putih menghalanginya ia kebingungan berusaha membersihkan matanya namun bilah dingin mengiris lehernya tanpa ia sadari.
Para perampok terbatuk-batuk dengan asap putih yang tiba-tiba menutup penglihatan mereka.
Aaaaaa!
Terdengar suara perampok lainya, Odelia dengan tenang menghabisi perampok lainya mendekati pada sisi Tuan Laurent membantu untuk berdiri.
Tuan Laurent terkejut melihat Odelia mendatanginya dengan pedang berlumuran darah.
“Cepat, Tuan” Odelia memberikan isyarat pada Tuan Laurent, ia pun bangkit dengan bantuan Odelia melewati dua mayat perampok dan gerbong muatan melarikan diri menuju hutan pinus di kegelapan.
“Lihat Bos di sana!” perampok melihat Odelia melarikan diri.
“Tangkap dia dan pastikan menghabisi pria tua itu” perintah pemimpin perampok.
Empat perampok segera mengejar mereka.
Berlari dengan lambat, Tuan Laurent terjatuh dan batuk mengeluarkan darah akibat pertarungannya tadi.
“Pergi lah Cath, aku akan menahannya sementara” Tuan Laurent menyadari dirinya tidak akan selamat kali ini ia akan menjadi beban Odelia untuk melarikan diri.
Tetesan hujan menyentuh wajah Odelia, ia melihat sekelilingnya hutan nampak sedikit miring dan terdapat semak-semak lebat.
“Bertahanlah, Tuan” Odelia segera membantu Tuan Laurent untuk berjalan kembali menuju semak-semak lebat, namun Tuan Laurent mulai kehilangan kesadaran membuatnya terjatuh karena tanah yang mulai basah Odelia pun ikut terjatuh.
Segera berdiri Odelia menarik tubuh Tuan Laurent ke semak-semak yang cukup lebat, dengan pedangnya memotong beberapa dahan pohon pinus untuk menyembunyikan Tuan Laurent.
Membuka gaun luarnya menutupi tubuh Tuan Laurent di tambah dengan dahan-dahan pinus, Odelia mendengar perampok semakin dekat ia dengan cepat menarik salah satu sepatu Tuan Laurent dan segera pergi berlawanan arah dengan keberadaan Tuan Laurent.
......................
Penelope menunggangi kuda dapat melihat dermaga kota, menetes air matanya memegang erat surai kuda menepuk leher kuda untuk lebih cepat berlari menuju dermaga.
“Tuan Davian, terdapat kuda mendekat” salah satu pasukan Davian memanggil Davian.
Davian serta Ael yang sedang bertugas melihat ke arah kuda itu.
Kuda semakin dekat dan berhenti tepat di depan Davian segera menenangkan kuda itu, Ael melihat ada seseorang di atas kuda akan terjatuh dengan cepat menangkapnya.
“Penelope?” Ael terkejut melihatnya.
“Pen!” Adrian mendekat melihat Penelope dengan darah mengalir dari kepalnya, rambut yang berantakan kulit wajah penuh noda tanah dengan gaun yang kotor serta tanpa alas kaki.
“Iann…” Penelope melihat teman-temanya segera menangis.
“Apa terjadi sesuatu?” Adrian panik membersihkan wajah Penelope.
“Kita di serang oleh perampok di hutan pinus” Penelope menangis dan memegang tangan Adrian.
“Tuan Davian kuda lainya mendekat” pengawal kembali berteriak melihat kuda yang mendekati mereka, semua orang melihat kuda itu.
Davian mendekati kuda itu, melihat terdapat pria yang di ikat pada tubuh kuda dengan penuh luka. Davian memutuskan tali menarik Marcy dari kuda.
“Marcy?”
“Ia masih bernapas, seseorang tangani ini” Davian memanggil anggotanya.
“Tuan Laurent melawan mereka dan Catherine membantu ku untuk melarikan diri” Penelope tetap menangis.
Adrian melihat kain di luka Marcy merupakan potongan kain dari gaun yang di gunakan Odelia, ia segera bersiul memanggil kudanya, segera menaiki kudanya pergi menuju hutan pinus.
“Segera ikuti Ian” Davian mengangkat Penelope dari tangan Ael, Ael bersiul kuda hitam menghampirinya ia pun memacu kudanya menyusul Adrian.
“Mengapa kuda-kuda itu pergi?” Jamie menunggangi kudanya melihat kuda Adrian dan Ael pergi begitu saja.
“Ikuti mereka, aku akan memanggil bantuan lainya” Davian memberikan perintah pada Jamie, jamie pun segera menyusul kedua temannya.
Davian melihat kondisi Penelope yang sudah tak sadarkan diri membawanya menuju istana bersama anggota pasukanya yang membawa Marcy.
......................
“Sial! Mengapa hujan turun di malam ini” seorang perampok mengibaskan air hujan yang mulai membasahi pakainya.
“Berhentilah mengeluh jika kita tidak mengangkap wanita itu, Bos akan membunuh mu!” perampok lain memipin pencarian mereka.
“Lihat! Terdapat sepatu pria tua itu” perampok dengan panah di tanganya menemukan sepatu Tuan Laurent.
“Di sini terdapat jejak lain, seperti mereka berpisah”
“Kalian berdua mengejar pria tua, kami akan menangkap wanita itu” mereka membagi menjadi dua kelompok mengejar Odelia.
Perampok dengan panah bersama perampok lainya menelusuri jejak Tuan Laurent, saat sampai di dekat semak-semak terdengar suara di balik semak-semak.
Kedua mendekat seekor katak keluar dari semak-semak, di balik pohon
pinus cukup besar Odelia mengawasi mereka, saat kedua membuat jarak satu sama lain Odelia muncul di balik pohon melempar tombak yang tebuat dari dahan pinus pada perampok dengan panah di tanganya hingga tombak itu menembus tubuh menancap pada pohon di belakangnya.
Melihat teman mati seketika membuat perampok lainya terkejut, siap menyerang Odelia.
Odelia berguling mengeluarkan dua pedang di punggungnya menahan serangan perampok itu, dengan tatapan dingin Odelia menyerang balik perampok itu menyayat punggungnya hingga ia terjatuh Odelia segera menusuk punggung perampok itu tepat mengenai jantungnya.
Berjalan menuju perampok yang tertancap tombak, Odelia mengambil anak panahnya segera pergi meninggal kedua mayat perampok.
Tanpa alas kaki Odelia berlari di tengah hutan pinus dengan cahaya bulan sebagai penerangnya mengejar perampok lainya membawa panah di punggungnya serta pedang lain di tanganya. Melihat dua perampok lainya Odelia segera bersembunyi di balik bebatuan.
“Lihat ini” Perampok menemukan sepatu Odelia.
“Kurang ajar! Wanita menipu kita” perampok lainya kesal, mereka berbalik namun dua anak panah menembus tubuh salah satu perampok membuatnya mati seketika.
“Hey!!! Keluar kau!” Perampok segera mengeluarkan pedangnya waspada terhadap sekitanya.
Odelia kesulitan memanah langsung pada jantungnya karena perampok itu memutar-mutar tubuhnya, melepaskan satu panahnya Odelia memanah kaki perampok itu dan tepat mengenainya.
Aaaaaaaa!!
Perampok itu kesakitan Odelia segera kembali memanah tepat ke jantung dan menghabisinya.
Menghela napasnya bersandar pada batu, Odelia melihat kedua tanganya.
“Maafkan ku Catherine melakukan hal ini dengan tubuh mu”
“Dimana mereka?”
“Dasar bodoh! Menangkap seorang wanita dan pria tua membutuhkan waktu yang lama”
Odelia mendengar pemimpin perampok di kejauhan, ia segera waspada melihat anak panahnya hanya terisa lima anak panah.
...----------------...