Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
—John F. Kennedy International Airport, 09.00.
"Tuan Hander. Jet pribadi sudah di persiapkan. Siap lepas landas 15 menit lagi," lapor salah satu bodyguard Ryden.
Rayden dan Savierra—kedua pasangan itu berjalan bedampingan dengan canggung. Mereka saling lirik, kemudian memalingkan wajah serentak.
"Ekhemm, Ryden! Sebenarnya apa tujuanmu membawaku dalam perjalanan bisnismu kali ini?" tanya Savierra ragu.
Ryden menoleh sejenak. "Tidak apa. Perjalanan kali ini aku juga akan menghadiri pesta rekan kerja. Dan kebetulan kamu bisa menjadi pasanganku untuk pergi," balas Ryden yang membuat Savierra memanyunkan bibirnya.
"Emmmm.. apakah tidak apa membawaku pergi? Aku tidak pernah menghadiri pesta seperti itu.."
"Apakah keluarga Arlott tak pernah membawamu ke pesta?" tanya Ryden dan Savierra pun menggeleng.
"Sudahlah, jangan pikirkan itu dulu. Ayo, kita akan terlambat!"
Savierra mengangguk dan hanya mengikuti Ryden berjalan. Tak jarang ia berdecak kagum saat melihat interior bandara Internasional itu.
"Woah" pekik Savierra kagum. "Ryd, apakah itu jet pribadimu? Keren sekali!" antusiasnya lalu berlari mendekati jet itu.
"Hey jangan lari lari!" seru Ryden.
Savierra mencebik. "Lihatlah, jet sebesar ini hanya di tumpangi oleh sedikit orang." Savierra menyayangkan hal ini. Namun di lihat dari kegunaan jet pribadi, ini sudah wajar terjadi.
Ryden menggeleng kecil, dengan perasaan ragu ia meraih tangan Savierra dan menarik perempuan itu. Savierra pun juga terkejut dengan sikap Ryden.
"Ayo.., kita berangkat!" kata Ryden dengan menarik tangan Savierra memasuki jet tersebut.
Savierra terdiam sebentar menatap tangannya yang di genggam oleh Ryden. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis dengan wajah yang sedikit memerah. "Baik, kita berangkat!" balasnya dengan senang.
Savierra senang, 'Walaupun bahagia yang aku dapat hanya singkat nantinya, aku sudah sangat bersyukur tuhan..' batin Savierra. Ia tak sabar menantikan acara berduan nya dengan Ryden.
Namun, yang namanya ekspetasi juga tidak boleh terlalu di harapkan. Pada kenyataannya..
Ryden menatap datar, sedangkan Savierra melongo tak percaya. Harapannya seketika musnah, saat melihat..
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ryden datar.
"Kenapa? Apakah aku tidak boleh ikut?"
"Tidak!" jawab Ryden singkat.
Siapa lagi kalau bukan sang pangeran—Zyonel Aeron Soivell? Kini, lelaki itu tengah memasang wajah polos sembari menatap Savierra dan Ryden bergantian.
BUG!
"Shit! Sangat tidak sopan!" maki Zyonel kesal, setelah kepalanya di pukul oleh Ryden. Ia mengusap kepalanya pelan.
Ryden menarik Savierra untuk segera duduk di bangku jet. Ryden masih menatap tajam ke arah Zyonel yang tampak santai dan tak peduli.
"Cepat katakan, apa tujuanmu disini?" tanya Ryden datar.
"Menumpang," balas Zyonel enteng. Ia memperlihatkan selembar kertas dengan desain elegan dan mewah pada Ryden. "Lihat! Aku juga mendapatkannya!" katanya sombong.
"Haihh, kenapa kau tidak membawa jet mu sendiri? Dasar suka menumpang!" cetus Ryden.
"Sudahlah.. Aku rasa semakin banyak orang semakin bagus." lerai Savierra yang berhasil membuat keduanya terdiam.
"Wahh Vierra, kamu benar benar pengertian! Dan.. penampilanmu hari ini terlihat sangat cantik sekali!"
Savierra menggeleng malu, "Tidak juga kak Zyo.."
Eh? Siapa aku? Dimana aku? Kenapa panggilan mereka mesra sekali? Sejak kapan mereka begitu akrab?
Ryden nenatap rumit pemandangan di hadapannya. Terkejut juga, melihat Zyonel yang biasanya cuek terhadap lawan jenis, kini mengobrol antusias dengan Savierra.
"Apakah aku menggangu kalian?" tanya Zyonel dengan menatap Savierra dalam.
Mendengar itu Savierra menggeleng cepat. "Ini.. sepertinya tidak. Tapi tidak tahu kalau Ryden.." balas nya ragu, sembari melirik ke arah Ryden yang menatap dirinya dan pangeran dengan selidik.
Apa apaan tatapannya itu? Kenapa aku seperti tertangkap basah saat selingkuh? dan sejak kapan dia begitu kekanak kanakan?
"Pfftt.."
Zyonel tersentak, "Kenapa tertawa Vier?"
"Tidak apa apa. Hanya memikirkan sesuatu yang lucu," balas Savierra dengan melirik kecil ke arah Ryden.
"Zyonel. Sejak kapan kau sampai dan masuk di jet ku?" tanya Ryden tiba tiba.
Zyonel nampak berpikir, "Sepertinya 15 menit sebelum kau datang,"
"Haihh, kau tahu sendiri pesta tuan Azurfida mengharuskan membawa pasangan. Dan bisa bisanya kau tak membawa asisten mu itu?"
"Hey siapa bilang aku tak membawa pasangan?" sungut Zyonel kesal. Ryden yang mendengar itu langsung menatap tajam.
"Lalu siapa yang pangeran bawa?" sahut Savierra yang juga merasa ingin tau.
"Dia-"
"Kakak, apakah pesawat sudah lepas landas?" sela seorang perempuan dengan mata menyipit, dengan wajah kusut. Ia mengucek matanya dan duduk di samping Zyonel lalu menyenderkan kepalanya di bahu sang kakak. Omong omong, ia habis dari ruang istirahat.
Zyonel mengusap rambut sang adik dengan sayang. "Jika masih mengantuk, tidurlah lebih lama. Pesawat lepas landas baru 1 jam yang lalu. Tidurlah, masih ada 8 jam untuk sampai di sana," ucap nya lembut, yang dibalas gelengan oleh putri.
"Aku sudah tidak mengan- ehh?" Agamystha Alleana Soivell, sudah tidak asing bukan? Putri Allea tersentak saat melihat seorang wanita yang menurutnya sangat cantik yang tengah menatapnya kagum itu.
Zyonel berdehem pelan, "Yah.. aku bersamanya. Allea perkenalkan dia Savierra, istri dari Ryd-"
Srettttt!!
Zyonel terbengong saat melihat Allea yang dengan secepat kilat menghampiri Savierra.
"Wahhh kakak cantik sekalii.." kagum Allea dengan memegang kedua tangan Savierra.
"Eh?" bingung Savierra, lalu teringat sesuatu. "Salam yang mulia putri," sapa nya gugup dengan sedikit menunduk.
Allea menahan tawa, lalu memeluk lengan Savierra. "Ah, kakak tidak perlu sungkan kepadaku. Namaku Allea, kakak panggil saja begitu, okey?"
Melihat raut wajah riang itu, mengingatkan Savierra pada Savierra asli. Dia, juga sangat energik dulu. Savierra mengusap rambut keperakan Allea, dan mengangguk pelan. "Baik, baik. Kakak akan memanggilmu Allea. Maaf jika tidak sopan.."
"Bagus! Oh iya kak. Apakah kakak masih jomblo? Apakah kakak mau menjadi istri kak Zyo?"
"Uhukkk uhukk!!"
Ketiga orang yang mendengar ucapan polos sang putri pun tersedak. Mereka saling melirik.
"Ehem, itu.." Saviera canggung.
"Allea, kak Savierra itu.." jawab Zyonel tertahan, ia mengalihkan wajahnya, menyembunyikan rasa malu. "Kak Savierra itu istrinya kak Ryden, Allea.." lanjutnya sembari meneguk ludah, merasakan sesak di hatinya.
Allea tercengang. Dengan takut, ia melirik ke arah Ryden yang tengah menampilkan wajah horor. "Ma-maaf kak Ryd.. A-aku tidak.. tidak t-tidakk-Huaaaaaaa" Allea terpekik histeris dan menangis, karena terlalu takut dengan wajah Ryden.
"Allea, kamu kenapa?" tanya Savierra panik.
Melihat itu Zyonel langsung menarik sang adik dan di pangkunya. "Anu, itu reaksi dia ketika takut dengan Ryden."
Savierra beroh ria lalu memandang Ryden yang tampak bingung. "Ryd, bisakah kau bersikap seperti biasa? Kamu jangan terlalu sering memasang wajah datar!"
"Hah?" beo Ryden bingung. "Wajahku memang sepeti ini dari setelan awal."
•••
8 Jam kemudian. Fiumicino Airport, Italia.
"WELCOME ITALIAA!!" seru Savierra dan Allea senang. Mereka berceloteh ringan dan kadangkala pun tertawa senang.
"Lihat, mereka senang sekali," celetuk Zyonel yang diangguki oleh Ryden. Sepertinya, tak sia sia dirinya membawa Savierra untuk healing ke sini.
"Biarkan saja. Sebaiknya kita cari hotel di sekitar sini. Cari yang pemandangannya bagus." Ryden segera berjalan menyusul Savierra.
Hotel terdekat..
"Maaf, hotel kami hanya tinggal 2 kamar president suite. Apakah kalian akan tetap berkenan?" tanya pegawai hotel ramah.
Zyonel mengangguk, "Ambil saja. Saya bisa dengan adik sa-"
"TIDAK MAU!" tolak Allea dengan cepat. "Kak, aku tidak mau tidur bersamamu! Aku sudah besar. Aku ingin tidur dengan kak Vierra saja!" pintanya dengan memelas.
Zyonel menatap Ryden yang mengangguk. "Baiklah, saya ambil untuk satu malam saja dulu."
"Ini kuncinya, terima kasih!"
Keempat orang itu berjalan menuju lantai 3, dimana kamar berada. Savierra berjalan di depan bersama Allea, dibelakangnya ada Zyonel dan Ryden, lalu ada bodyguard yang membawa barang mereka.
"President suite?" bingung Allea.
"Hanya itu kamar yang tersisa. Lagian kakak mampu membayarnya!" balas Zyonel bangga.
"Heh sombong" datar Ryden.
"Sudah, ayo cepat masuk dan bersih bersih."
Savierra dan Allea sudah lebih dulu memasuki kamar. Sedangkan Zyonel dan Ryden masih bingung di depan pintu.
"Apakah kita akan seranjang?" tanya Ryden datar.
"Gila! Aku tidak mau. Aku masih normal." Zyonel berdecak dan menepuk bahu Ryden sekilas. "Tidur saja. Aku ada urusan, mungkin akan kembali besok siang. Titip Allea ya Ryd," lanjut sang pangeran itu, lalu pergi meninggalkan Ryden yang masih terdiam.
"Aneh. Kapan aku bilang jika dirinya tak normal?"
•••
"Kenapa belum tidur?"
Ryden—yang memang belum tidur pun bertemu Savierra yang sama sama berada di depan pintu kamar.
"Aku belum ngantuk Ryd," jawab Savierra.
"Mau melihat pemandangan?"
Savierra menoleh. "Boleh, dimana?"
"Rooftop"