Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Se-benci Itukan?
Adira masih pada pendiriannya, dia tetap tidak mau pulang. Bahkan berencana akan pindah dari sekolahnya. Namun, Afandi tetap melarang, dia sungguh-sungguh minta maaf dan berkata menyesal, namun Adira tetap juga gak mau kembali.
Besoknya, Afandi memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya, karena dia juga harus bekerja. Karena sudah beberapa hari semenjak Adira kabur, Afandi sama sekali tidak kerja.
"Ayah akan kembali, dan Ayah harap, kamu juga akan ikut Ayah nanti. Maafkan kesalahan Ayah." ucap Afandi memeluk Adira. Dia juga menyerahkan uang untuk Adira pada Shanum.
Setelah taksi online yang dinaiki oleh Afandi menghilang. Adira langsung masuk kamar. Sebenarnya dia rindu kamarnya. Namun, ego dan gengsinya masih tinggi.
Melihat, Adira yang melamun di hadapan jendela. Shanum langsung masuk, walau tanpa izin dari Adira.
"Adira ..." panggil Shanum. Dia langsung mengambil posisi dekat dengan Adira.
"Tante tahu, kalo kamu kecewa. Tapi, bukankah mereka sudah minta maaf dan menyesal? Baiknya kamu pulang, hargailah usaha mereka." jelas Shanum. "Dan orang tuamu, tahu jika kamu disini dari detektif yang mereka sewa. Bukan dari Satria yang kamu tuduhkan." lanjut Shanum.
Adira langsung melebarkan mata tak percaya. "Jadi? Aku udah salah karena menuduh Satria, Tante?" tanya Adira. "Aku malu Tante." lirihnya kemudian.
"Tak apa, semalam Tante bertanya pada mereka, dan mereka menjelaskan semuanya." kata Shanum.
"Pulang lah, biar Tante yang antarkan." perintah Shanum.
"Tapi aku senang disini Tante. Tante berbeda sama mereka." rengek Adira.
"Tapi, apakah kamu tidak rindu mereka? Teman-temanmu, dan bukannya kalian punya ART yang sangat menyayangimu?" berondong Shanum.
"Kita pulang besok ya Tante."
Vania tetap ke sekolah, walaupun tangannya masih di perban. Dan itu digunakan untuk menarik perhatian Satria. Apalagi, Vania memang menceritakan pada Ibunya, jika Satria merupakan teman sekelasnya. Alhasil, Ella meminta Satria untuk menjaga Vania disekolah.
Satria yang tidak tahu cara menolak pun, mengiyakan perintah dari Ella.
"Aku bawa helm, jadi nanti kita pulang bareng ya. Lagian, Ibuku juga sangat sibuk. Karena akhir-akhir ini dia sering gak ke butik." ujar Vania saat sedang jam istirahat. Kebetulan hanya ada Satria, Zaskia dan Vania di kelas. Karena Satria baru saja membeli beberapa makanan untuk Vania dan titipan Zaskia.
"Emang boleh? Bukannya kamu tidak pernah naik motor sebelumnya?" bisik Zaskia, dan langsung mendapatkan cubitan dari Vania.
"Boleh. Tapi, aku gak langsung pulang, mau ke ke pasar." seru Satria.
"What ... Ke pasar?" tanya Zaskia melirik Vania yang menelan ludah kasar.
"Iya? Kamu keberatan?"
"G-gak kok, Zaskia aja yang lebay." ujar Vania menatap Zaskia yang menahan tawa.
Saat pulang sekolah, Satria bersama Vania mampir ke pasar. Padahal Satria berucap begitu agar Vania membatalkan niatnya untuk ikut pulang bersamanya. Namun, siapa sangka, rencananya gagal total.
Satria sengaja pergi ke tempat jualan ikan dan ayam, agar bisa membuat Vania jera. Entah kenapa, saat mendengar cerita dari Ifana, bahwa Adira kabur gara-gara Vania. Hatinya sedikit kurang respek terhadap Vania.
Untungnya Ifana hanya menceritakan garis besarnya saja. Tidak semuanya. Itupun, atas paksaan Satria, yang memang sangat ingin tahu kenapa gadisnya menangis saat bercerita dengan Ifana.
Setelah berputar-putar dan membeli ikan juga ayam. Satria langsung pulang. Apalagi dia melihat Vania seperti orang yang menahan mual.
"Kamu gak apa-apakan?" tanya Satria saat menunggu Vania memasangkan helm.
"Gak." ketus Vania karena jengkel sama Satria. Pasalnya, Satria seperti mengerjainya, terbukti, karena Satria berputar-putar di tempat yang sama hingga beberapa kali. Padahal dia hanya membeli ikan dan ayam saja.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Adira sampai bertepatan dangan Satria dan Vania.
Satria yang melihat Adira turun dari mobil, jantungnya langsung memompa lebih cepat. Apalagi, saat tatapan mata mereka bertemu. Walaupun beberapa detik, tetapi bisa membuat Satria hampir pingsan.
Afandi dan Ella yang sebelumnya dihubungi oleh Shanum, langsung pulang untuk menunggu kedatangan Adira. Bu Mar dan Bu Siti juga berada di depan untuk menyambut kesayangannya.
Adira langsung berlari pada Bu Mar dan Bu Siti, yang terlihat menahan tangis semenjak Adira turun mobil.
Mereka saling berpelukan cukup lama, dan sama-sama menangis karena rasa rindu yang telah disalurkan.
Vania, melihat Ibu dan Ayahnya ada di rumah, amarahnya langsung naik ke ubun-ubun. Pasalnya, baik Ayah dan Ibunya sama-sama menolak menjemputnya. Karena sama-sama beralasan sibuk. Mereka memang menyuruh Vania pulang dengan taksi online. Namun, Vania sendiri yang mengatakan akan pulang bersama Satria, dan dia juga sudah membeli helm. Karena untuk berjaga-jaga, bila suatu saat bisa boncengan dengan Satria.
Melihat Satria yang melewatinya jalan. Vania langsung penasaran, apa yang Satria lakukan. Sebab tak biasanya dia melihat Satria tersenyum semanis sekarang.
"Tante ..." sapa Satria menyalami Shanum yang memang melihat ke arahnya sejak tadi. "Mampir ke rumah yuk ..." ajak Satria.
"Kamu kenal Tante Shanum?" tanya Vania heran.
"Kenal, kami pernah menjadi tetangga." sahut Shanum.
Satria langsung pamit setelah basa-basi bersama Shanum. Dan Shanum juga meminta agar Satria jangan memberitahu Amalia tentang kedatangannya. Karena dia ingin memberi kejutan untuk sahabatnya itu.
Setelah memastikan Satria pergi. Vania langsung mencerca orang tuanya dengan sebutan pilih kasih. Pasalnya mereka menolak menjemputnya, tetapi bisa menunggu Adira.
Tetapi, baik Afandi dan Ella, sama-sama tidak memperdulikan ucapan-ucapan dari Vania. Karena fokus mereka adalah Adira yang lebih memeluk pembantu mereka dari pada orang tuanya sendiri.
"Sebegitu benci kah, kamu pada kami?" batin Ella.
Johan juga sudah sampai di rumah Afandi dengan di antar oleh sopirnya, dia langsung berjalan dengan di bantu oleh Shanum, yang memang menunggu Om-nya itu.
"Adira, cucuku, kesayanganku." panggil Johan setengah berteriak dan membuat Vania memutar mata malas.
"Kenapa harus heboh gini sih? Lagian ngapain juga kabur, kalau akhirnya juga kembali." batin Vania menatap benci ke arah Vania yang dipeluk oleh Kakeknya.
Lagi, Adira melewati orang tuanya, dan memilih memeluk Kakeknya.
"Sepertinya, Adira masih marah Yah." adu Ella ada suaminya yang berada disampingnya.
"Bersabar lah, karena memang kesalahan kita begitu banyak."
"Masihkah, kamu marah dengan kami? Sampai kamu terus-terusan melewati kami." batin Afandi.