Jesslyn tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam satu malam. Demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran finansial, ia dipaksa menikahi Neo, pewaris kaya raya yang kini terbaring tak berdaya dalam kondisi koma. Pernikahan itu bukanlah perayaan cinta, melainkan sebuah kontrak dingin yang hanya menguntungkan pihak keluarga Neo.
Di sebuah rumah mewah yang sunyi, Jesslyn tinggal bersama Neo. Tanpa alat medis modern, hanya ada dirinya yang merawat tubuh kaku pria itu. Setiap hari, ia berbicara kepada Neo yang tak pernah menjawab, berharap suara dan sentuhannya mampu membangunkan jiwa yang terpenjara di dalam tubuh itu. Lambat laun, ia mulai memahami sosok Neo melalui buku harian dan kenangan yang tertinggal di rumah itu.
Namun, misteri menyelimuti alasan Neo koma. Kecelakaan itu bukan kebetulan, dan Jesslyn mulai menemukan fakta yang menakutkan tentang keluarga yang telah mengikat hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan-Jangan Aku Jatuh Cinta Padanya
Jonathan, Neo, Jesslyn, dan Rui menoleh serempak ke arah Jessica yang baru saja masuk bersama Rui. Tapi yang mengejutkan adalah kata-kata yang keluar dari mulut Jessica.
"Kakak?" gumam Jesslyn bingung sambil menatap Jessica.
Jessica tidak segera menjawab. Dia mendekati Jesslyn dengan langkah cepat lalu berhenti tepat di depannya, dia memerhatikan wajah Jesslyn dengan detail. Tangannya sempat terangkat untuk ingin menyentuh pipi Jesslyn, tapi dia menariknya kembali.
"Jessica, apa maksudmu?" tanya Jonathan dengan bingung, matanya beralih dari Jessica ke Jesslyn dengan tatapan bingung.
Jessica menghela napas panjang, lalu menoleh ke Jonathan. "Masa kau tidak mengenalinya? Dia memiliki wajah yang sama dengan kita. Matanya, hidungnya, bahkan tahi lalat kecil di pipinya. Itu seperti cerminan wajah Mama."
Rui yang berdiri di belakang Jessica menatap Neo sambil tersenyum nakal. "Wah, Neo. Jangan-jangan istrimu itu anggota keluarga Valerie. Kalau benar, berarti kau menikahi seorang putri bangsawan!"
Neo mendengus. "Rui, diamlah sebentar."
"Tunggu sebentar," katanya sambil mengangkat tangannya. "Apa yang sebenarnya kalian bicarakan? Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan kalian selain Neo."
Jonathan menatap Jesslyn dengan tatapan serius. "Kalau begitu, ada satu cara untuk memastikan. Tes DNA. Kita bisa langsung melakukannya."
Jesslyn tertegun. "Tes DNA? Untuk apa? Bahkan aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan."
Jessica menyela dengan nada penuh emosi. "Karena aku yakin kau adalah kakakku! Kakak kembarku yang hilang bertahun-tahun lalu."
Ruang VIP itu hening untuk beberapa saat. Neo menatap Jesslyn yang terlihat bingung. Dia memahami situasi ini. "Sepertinya hari ini akan menjadi lebih menarik dari yang aku duga." katanya dengan seringai tipis dibibirnya.
Jesslyn mengalihkan pandangannya ke Neo dengan tatapan kesal. "Maksudmu apa bicara seperti itu?"
Neo mengangkat bahunya. "Bukan apa-apa. Hanya saja, akan ada cerita yang menarik dan sayang untuk di lewatkan. Dan jika terbukti kau adalah putri keluarga Valerie yang asli, pasti akan sangat menggemparkan dunia."
Rui tertawa kecil, tapi segera berhenti saat Jessica melayangkan tatapan tajam padanya.Dia segera menunduk, Rui mirip anak ayam yang ketahuan mencuri makanan.
Jesslyn menarik napas panjang. "Baiklah. Kalau tes DNA bisa menjawab semuanya, aku akan melakukannya. Tapi, apapun hasilnya, aku harap kalian tidak pernah menyesalinya."
"Kalau begitu, ayo kita atur jadwalnya," kata Jonathan menimpali. "Aku sendiri sangat penasaran dengan hasilnya."
Jessica memeluk lengan Jesslyn. "Aku benar-benar berharap kau adalah saudari kembarku yang hilang. Sejak wanita itu datang ke keluarga kami dengan identitas putri yang hilang, aku langsung tahu jika ia bukanlah dia."
"Jadi, sebenarnya kalian sudah menemukan putri yang hilang itu? Lalu kenapa kau sangat yakin aku adalah saudari kembarmu yang hilang?" Jesslyn menatap Jessica dengan bingung.
Jessica menggeleng. "Tapi masalahnya dia bukan kakakku yang hilang. Di dalam keluarga Valerie, hanya Mama yang percaya padanya. Sementara aku, Papa dan Jonathan, tidak ada yang percaya," jawabnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Neo menatap kakak adik itu dengan bingung, dia membutuhkan sebuah penjelasan.
Akhirnya Jessica menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka bertiga. Saat Jessica mengungkit nama Andien. Jesslyn tampak terkejut, tapi dia mencoba untuk berpikir positif, karena nama itu tidak hanya ada satu di dunia. Mungkin masih hanya kebetulan sama.
"Begitulah ceritanya. Tiba-tiba Mama membawa pulang seorang wanita yang mengaku-ngaku sebagai putri keluarga Valerie yang hilang, dia membawa kalung milik kakakku, dan itu yang membuat Mama percaya," jelas Jessica. "Kalau tidak salah, namanya Andien,"
Jesslyn tampak terkejut. "Andien?"
"Kenapa? Kau terkejut, sepertinya kau mengenal orang ini?" tanya Neo.
Jesslyn menggeleng. "Aku tidak yakin. Tapi nama itu sama dengan temanku."
"Benarkah? Bukankah ini sebuah kebetulan," kata Rui menimpali.
Jessica mengeluarkan kalungnya dan menunjukkannya pada Jesslyn. "Kalungnya seperti ini, bentuk dan warnanya sama persis."
"Jess, kalung ini sama persis dengan kalungmu yang hilang," seru Neo. Dia langsung mengenali kalung itu, karena kalung itu sama persis dengan milik istrinya yang hilang.
Jessica dan Jonathan terkejut. "Jadi, kau juga memiliki kalung yang sama dengan yang dimiliki oleh, Jessica?" tanyanya. Jesslyn mengangguk.
"Ya, tapi kalung itu hilang. Tapi aku tidak ingat di mana menjatuhkannya," jawabnya.
Jessica langsung memeluknya. "Tidak salah lagi, Kau benar-benar kakakku yang hilang. Setelah bertahun-tahun, akhirnya kami menemukanmu juga," katanya dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi kita tetap harus melakukan tes DNA, untuk memperkuat dugaan dan bukti." kata Neo yang kemudian disetujui oleh semua orang yang ada di ruangan itu, termasuk Jesslyn.
"Tentu saja, karena itu satu-satunya cara."
Neo meraih tangan Jesslyn dan menggenggamnya. "Tapi kita harus pergi sekarang, aku masih ada pertemuan penting setengah jam lagi." katanya dan dibalas anggukan oleh Jesslyn.
Jessica dan Jesslyn berpelukan sebelum mereka berpisah. "Secepatnya, kita pasti akan bertemu lagi," kata Jessica dan dibalas anggukan oleh Jesslyn. Kemudian keduanya meninggalkan ruangan tersebut.
.
.
Begitu tiba di mobil. Neo langsung mendorong Jesslyn dan menyerangnya, membuat mereka wanita itu terkejut atas tindakan tiba-tiba Neo. "Neo, Apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan panik.
"Aku belum mendapatkan jatahku sama sekali, untuk itu aku akan mengambilnya sekarang." katanya dan mencium bibir Jesslyn tanpa peringatan.
Neo menci-um bi-bir Jesslyn dengan brutal dan kasar, memagut dan melu-matnya, atas dan bawah bergantian. Tangannya mencegah pergelangan tangan wanita itu, dan kakinya mengunci kaki Jesslyn agar dia tidak banyak bergerak, apalagi berusaha untuk kabur.
Awalnya dia memang terkejut dan berusaha melarikan diri, tapi akhirnya dia parah dan menerima ciuman itu dengan senang hati. Tangannya memeluk leher pria itu.
"Neo, kau gila, apa kau sengaja Ingin membuatku mati karena kehabisan nafas?" Jesslyn berhenti, napasnya terengah-engah.
Neo memandangnya dengan penuh gai-rah, lalu terkekeh pelan. Tapi kau menikmatinya bukan? Bibirmu sangat manis dan mengairahkan, aku menyukainya." ucapnya sambil menghapus sisa liur di sudut bibirnya.
Jesslyn mendengus. Rasanya dia ingin sekali memasukkan Neo ke dalam karung, agar dia tidak seenaknya lagi. Tapi dia tetap tidak bisa menyembunyikan senyum tipis dibibirnya.
"Benahi penampilanmu, dan pakai sabuk pengamanmu," Jesslyn mengangguk.
Mobil melaju kembali, Jesslyn dan Neo diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing dan perasaan mereka yang berkecambuk. Jesslyn merasakan jantungnya berdegup kencang, perasaannya tak karuan.
"Sial!! Jangan-jangan Aku jatuh cinta padanya?"
***
Bersambung