"Kamu tahu arti namaku?" Ucap Acel saat mereka duduk di pinggir pantai menikmati matahari tenggelam sore itu sembilan tahun yang lalu.
"Langit senja. Akash berarti langit yang menggambarkan keindahan langit senja." jawab Zea yang membuat Acel terkejut tak menyangka kekasihnya itu tahu arti namanya.
"Secinta itukah kamu padaku, sampai sampai kamu mencari arti namaku?"
"Hmm."
Acel tersenyum senang, menyentuh wajah lembut itu dan membelai rambut panjangnya. "Terimakasih karena sudah mencintaiku, sayang. Perjuanganku untuk membuat kamu mencintaiku tidak sia sia."
Air mata menetes dari pelupuk mata Zea kala mengingat kembali masa masa indah itu. Masa yang tidak akan pernah terulang lagi. Masa yang kini hanya menjadi kenangan yang mungkin hanya dirinya sendiri yang mengingatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan muda Akash Ceilo Sandrio
Tidak ingin terus berlarut dalam kekecewaan, Acel bergegas mendatangi kediaman Tiger seorang pimpinan Mafia yang sudah malang melintang puluhan tahun menjalankan bisnis kotornya. Acel datang bersama Lui saja kali ini, sementara Mike mengambil jalan lain untuk lebih mudah meretas sistem keamanan jaringan istana Tiger. Sedangkan Boby sendiri, ditugaskan untuk terus mengawasi pergerakan Dandi.
"Saya datang untuk menemui Tiger!" Seru Acel saat beberapa pengawal menodongkan senjata kerahnya tepat didepan gerbang mansion megah itu.
"Siapa anda? Apakah Anda sudah membuat janji dengan Tiger?!" Tanya salah seorang kapten dari para pengawal pengawal tersebut.
"Saya Akash Ceilo Sandrio. Beritahu tahu saja tua bangka itu."
Mendengar betapa tidak sopannya Acel menyebut boss mereka dengan sebutan 'tua bangka', membuat sang kapten segera menghubungi bagian dalam mansion. Tidak berselang lama, dia pun memberi perintah pada pengawal lainnya untuk memberi jalan masuk pada tamu Tiger.
"Jaga kepala anda dengan baik, Tuan. Tiger tidak pernah bermain main dengan manusia yang memiliki mulut tidak sopan seperti anda!"
"Terimakasih untuk sarannya, tapi saya tidak akan pernah membiarkan Tiger menyentuh sehelai rambut tuan muda Akash." jawab Lui menatap sinis lawan bicaranya yang tak kalah sinisnya dengan tatapannya.
Acel dan Lui pun diantar untuk menemui Tiger.
"Tuan muda Akash!" Sapa pria tua itu dengan ramah begitu melihat kedatangan Acel.
"Mari duduk. Saya merasa sangat tersentuh dengan kehadiran anak muda seperti anda tuan muda Akash."
"Anda yakin merasa tersentuh dengan kedatangan saya?!"
"Tentu, itu tentu pasti. Saya sudah sejak lama memperhatikan pergerakan anak muda seperti anda di dunia bisnis. Anda bahkan salah satu yang menginspirasi saya dalam mengembangkan dunia bisnis."
"Benarkah?"
"Ya, itu benar, tuan muda Akash."
Keduanya saling menatap tajam, mencoba menemukan sesuatu dari saling pandang itu. Namun, pada akhirnya tua bangkalah yang lebih dulu mengalah. Dia tidak mampu membalas tatapan penuh kecurigaan Acel padanya.
"Saya dengar anda bahkan belum pernah kalah dalam permainan tatap mata. Lalu, mengapa anda mengalah pada saya, Tiger?!"
"Oh ayolah, Tuan muda. Saya sudah tua, tatapan tajam anda sangat menakutkan." Ucapnya berlagak ketakutan.
"Anda takut dengan tatapan saya, atau anda takut saya menemukan sesuatu dari saling bertatapan?!"
Tua bangka itu tersenyum saja menanggapi betapa cerdasnya seorang Akash. Anak ingusan yang dua belas tahun lalu masih selalu berada dibawah ketiak ayahnya, kini tumbuh menjadi pria yang pemberani, tegas dan sulit ditebak.
"Baiklah, saya menyerah. Jadi, ada keperluan apa Tuan muda menemui saya?"
"Berhenti mengganggu wilayah kekuasaanku, atau kalian akan mendekam dipenjara seumur hidup!"
"Wow, tenang Tuan muda. Jangan buru buru, semuanya masih bisa dirundingkan."
"Tidak ada perundingan sama sekali sejak awal anda dan anak anak buah anda melakukan transaksi gelap itu dibawah perlindungan Sky grup."
"Saya menyesal atas kejadian itu. So, sepertinya kita bisa memulai kesepakatan hari ini. Bagaimana, Tuan muda?!"
"Tidak akan pernah ada kesepakatan apapun. Berhenti berlindung dibawah Sky grup, atau akan saya hancurkan kerajaan anda Tiger!" Tegasnya memperingatkan.
Tiger diam beberapa saat. Sebenarnya tidak mudah untuk berhenti menjadikan Sky grup sebagai naungan perlindungan. Mengapa demikian? Tentu karena Sky grup dua dari sepuluh perusahaan terbersih di Negara ini. Hal itu yang menjanjikan keamanan untuk menjalankan bisnis gelapnya.
"Ada baiknya tuan muda Akash tetap diam, jika tidak ingin berakhir seperti Tuan David." Bisiknya yang membuatnya mendapat tatapan melotot dari Acel.
"Apa?!"
Mendengar pernyataan itu Acel kehilangan kendali, ditariknya kerah baju tua bangka itu sehingga membuat puluhan senjata api dari pengawal mengarah padanya dan Lui.
"Jadi, kau terlibat dengan pembunuhan Papa?!"
"Tenang Tuan muda, saya bisa menjelaskan..." Ucapnya terbata karena lehernya dicekal erat oleh Acel.
"Saya tidak terlibat sama sekali, tapi saya bisa memberi bantuan untuk mencari tahu siapa pelaku sebenarnya." dia mengatakan itu susah payah.
"Tidak perlu. Karena saya sudah tahu siapa pelakunya."
Tiger tersenyum mengejek, "Rupanya Dandi benar, Kau bukan anak ingusan yang mudah ditaklukan, Tuan muda." bisiknya yang membuat Acel akhirnya melepas cekalannya dileher tua bangka itu yang terjatuh kelantai sambil terbatuk batuk. Anak anak buahnya membatunya untuk kembali berdiri di kursinya sementara beberapa pengawal masih mengarahkan senjata api mereka pada Acel dan Lui.
"Apa yang kau rencanakan dengan om Dandi, Tiger?"
"Dia meminta saya melenyapkan anda, Tuan muda." jawabnya sambil mengatur kembali duduknya.
"Imbalan apa yang dia janjikan jika berhasil melenyapkan saya?"
"Sky grup."
Acel tertawa geli mendengar itu, "Coba saja rebut Sky grup dariku jika anda bisa tua bangka sialan!" Bisik Acel sebelum akhirnya dia keluar dari mansion itu dengan puluhan senjata api mengarah padanya.