NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Matahari Terbit

NusaNTara melihat seorang perempuan yang sedang menyapu daun pohon yang rontok didepan rumahnya, di luar pagar.

  "Mbak Tari?" kata Tara.

  "Uwoohhh. Sepertinya matahari terbit mendukung kisah cintaku." seru Tara merasa gembira melihat pujaan hatinya, mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

  "Woi. Ini sore goblk. Kau mengharap bencana besar kah?" ucap Nusa heran dengan perkataan temannya.

  Dia adalah mbak Tari. Seorang wanita yang menjadi orang tua tunggal karena kehilangan suaminya. Saat itu, tepatnya tiga tahun lalu, suaminya mbak Tari pergi menjalankan misi berburu dari Ormas Tukang. Sampai saat ini, dia tidak mendapat kabar dari suaminya. Kini, dia hidup dengan kedua putrinya yang masih balita.

  Sekarang, NusaNTara menjaga mbak Tari dan kedua putrinya. Mereka sering membantu mbak Tari ketika mbak Tari membutuhkan bantuan. Karena suami mbak Tari adalah orang yang mengajarkan NusaNTara berbagai hal. Mereka menjadi merasa berhutang budi dengan suaminya.

  Alasan lainnya karena mbak Tari menjadi idaman para pria, karena parasnya yang cantik, murah senyum dan suaranya yang lembut. Itu menjadi alasan yang kuat bagi NusaNTara untuk selalu menjaga mbak Tari. Apalagi Tara, yang juga menyukai mbak Tari.

  "Selamat sore mbak Tari." sapa Tara ketika jarak mereka sudah cukup dekat.

  Mbak Tari melirik ke arah suara itu berasal. Dia melihat Tara melambaikan tangannya sambil tersenyum, yang sedang berkendara beriringan dengan Nusa.

  "Selamat sore." balas mbak Tari.

  Tara tertegun. Dia merasa sebuah angin hangat menerpa dirinya. Jantungnya berdebar mendengar balasan dari mbak Tari. Hatinya merasa sangat bahagia, seolah dia mendapatkan hadiah dari pujaan hatinya.

  Nusa hanya diam dengan tingkah Tara dan hanya memandang dengan tatapan sinis.

  "Bagaimana kabarmu hari ini? Semuanya baik?" tanya Tara dengan senyum lebar.

  "Iya. Semuanya baik." balas mbak Tari.

  "Hehe, syukurlah." kata Tara dengan hati berbunga-bunga.

  NusaNTara berhenti didekat mbak Tari. Tara mengambil bambu yang terdapat beberapa ikan. Ikan-ikan itu digantung di bambu dengan cara ditusuk dari insang ke mulut ikan. Kemudian Tara menyerahkannnya ke mbak Tari tanpa turun dari kerbaunya.

  "Ini. Ikan segar untuk mbak Tari. Baru diambil dari perangkap." kata Tara, menyerahkan ikan sambil tersenyum.

  Mbak Tari melihat ikan itu. Ikan-ikan itu berukuran cukup besar. Wajahnya tiba-tiba berubah menjadi murung. Di menggigit bibir bawahnya seakan ingin mengatakan sesuatu.

  "Maaf Tara. Aku tidak bisa menerimanya." kata mbak Tari.

  "Kenapa? Apa ikannya kurang banyak? Atau kurang besar?" kata Tara agak bingung.

  "Bukan seperti itu. Aku merasa tidak enak karena kalian selalu membantuku. Aku tidak mau merepotkan kalian." kata mbak Tari merasa bersalah.

  "Oh, ternyata karena itu. Kami tidak merasa keberatan, kok. Kami membantumu karena kami ingin. Lagipula, kami juga sering membantu orang lain, kok. Hehe." jelas Tara mencoba meyakinkan mbak Tari.

  "Ya, kalau orang lain itu cantik. Kalau nenek-nenek bau tanah?" sindir Nusa dalam hati.

  Mbak Tari masih ragu untuk menerimanya. Dia enggan untuk menerimanya kalau dia tidak bisa memberikan balasan.

  Tara melihat mbak Tari masih ragu menerimanya.

  "Kalau begitu, ini adalah hadiah untuk kedua balita imut disana. Hmm?" kata Tara mencoba meyakinkannya dengan cara lain.

  Tara menoleh ke kedua anak mbak Tari sedang bermain di atas tikar di pekarangan rumah.

Rumah mbak Tari terbuat dari pohon beringin yang setinggi tujuh meter. Ukuran rumahnya sekitar tujuh meter lebar depan, tujuh meter panjang kebelakang dan tinggi empat meter. Rumah itu berada tiga meter dari tanah. Ada balkon sekitar tiga kali empat meter di samping kanan rumah yang juga setinggi tiga meter dari tanah. Semua bagian rumahnya terbuat dari kayu pohon beringin yang di susun. Terdapat tangga dan papan seluncuran yang di gunakan untuk menuruni rumah yang juga terbuat dari pohon beringin. Menciptakan pemandangan yang indah dan unik bagi pecinta bonsai.

  Mbak Tari masih terdiam dan enggan untuk menerimanya.

  "Kalau tidak mau terima ikan ini, terima saja lamar.."

  Belum selesai Tara berbicara, mbak Tari langsung merampas ikan itu dan menggantung ikannya di pagar.

  "Terima kasih ikannya." kata mbak Tari sambil tersenyum jengkel.

  "Teruslah berusaha bujang." kata Nusa dalam hati.

  "Sama-sama." balas Tara sambil tersenyum puas.

  "Apakah mbak butuh bantuan lagi?" tanya tara dengan harapan dibutuhkan.

  "Emm, mungkin ada. Bisa tolong carikan pakaian dalamku yang berwarna ungu? Sepertinya seekor burung mencurinya." kata mbak Tari menyindir Tara.

  Tara sedikit tersentak. Dia seperti mendapat hantaman di dadanya.

  "Ah, achoooo! Brrrrr, Sepertinya aku kedinginan karena berenang. Kalau begitu aku pamit dulu mbak Tari. Sampai jumpa. Ayo Barkeo, kita pulang. Berangkat." Tara mencoba menghindari permintaan dari mbak Tari karena dia merasa tersinggung.

  Tara pergi meninggalkan mbak Tari dan Nusa berduaan. Nusa dan mbak Tari hanya menggelengkan kepalanya bersamaan melihat kelakuan temannya. Nusa dan mbak Tari bertatapan. Mata mereka bertemu membuat Nusa tersipu malu. Nusa spontan memalingkan wajahnya. Mbak Tari juga menunjukkan ekspresi yang sama.

  Nusa mengambil sesuatu dari tas yang ada di punggungnya. Itu adalah kutang yang dijadikan penanda oleh Tara. Nusa mengambilnya untuk dikembalikan ke mbak Tari. Nusa menyerahkan kutang itu dengan malu-malu tanpa menatap langsung mbak Tari.

  "Ini. Aku menemukannya di dekat sungai." kata Nusa sembari memalingkan wajahnya.

  Mbak Tari melihat Nusa mengulurkan kutang miliknya. Dia langsung mengambilnya dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

  "Terima kasih." ucap mbak Tari malu-malu dengan wajah kemerahan.

  "Iya. Sama-sama." jawab Nusa. Hatinya berdetak tak karuan.

  Dia belum berani mamandang langsung mbak Tari. Biasanya Nusa berani berbicara langsung dengan mbak Tari, tapi karena Nusa sedang menyerahkan harta Karno milik mbak Tari, dia menjadi gugup.

  Suasana menjadi canggung antara mereka berdua.

  "Oh,ya. Apa kamu besok pergi ke pasar?" ucap mbak Tari mencoba mencairkan suasana.

  Mendengar pertanyaan mbak Tari, Nusa akhirnya memberanikan diri untuk memandang mbak Tari karena ganti topik.

  "Iya." jawab Nusa singkat dengan senyuman.

  "Bisakah kamu menghampiriku besok? Aku juga ingin pergi ke pasar." jelas mbak Tari.

  Nusa memang sering pergi kepasar yang terletak di desa Tentrem, untuk menjual dagangan ibunya berupa anyaman bambu. Dia pergi menggunakan gerobak yang ditarik oleh sang badak. Selain membawa dagangan ibunya, biasanya Nusa juga membawa dagangan orang lain yang dititipkan kepadanya untuk dijual ke pasar. Terkadang ada juga warga yang menumpang untuk pergi ke pasar, salah satunya mbak Tari. Walaupun Nusa selalu di marahi ibunya karena memberi tumpangan ke mbak Tari [biasalah, Women, hahahaha], Nusa tetap membawanya karena alasan balas budi [dan juga,cuan].

  "Boleh. Aku berangkat seperti biasanya." balas Nusa menerima pesanan jasa antar.

  "Oke. Terima kasih." Mbak Tari tersenyum ramah.

  "Sama-sama." Nusa membalas senyuman dengan tulus.

**

Di kejauhan, terlihat Tara sedang meronta-ronta diatas kerbaunya.

**

  Nusa melihat hiasan kepala milik mbak Tari. Hiasan itu terbuat dari akar rotan yang dibentuk sesuai ukuran kepala mbak Tari. Bulu burung berwarna coklat keemasan dengan ujung berwarna biru cerah, dianyam mengelilingi seluruh akar rotan, kecuali akar rotan yang di bagian wajah. Panjang bulu itu hanya sampai kepundak. Bulu itu menutupi sebagian rambut hitam panjang milik mbak Tari.

  Terdapat dua bulu panjang yang ramping seperti tali berwarna hitam, dianyam di setiap ujung bulu coklat, menciptakan ruang antara keduanya, membicarakan bagian wajah terbuka. Di ujungnya ada beberapa helai bulu yang membentuk setengah lingkaran. Panjangnya sama dengan rambut hitam mbak Tari yang sampai ke dada.

  Nusa seperti teringat suatu moment. Dia tersenyum dengan tertunduk sambil menutup mata.

  "Ada apa Nusa?" tanya mbak Tari merasakan perubahan sikap Nusa. Perempuan memang peka soal perasaan.

  "Tid..."

  "Woi, Nusa." Tara berteriak memanggil Nusa sambil mengangkat kepalan tangannya seakan memberi isyarat "Awas kau" kepada Nusa.

  Nusa hanya tersenyum jengkel.

  "Cih, perusak suasana." caci Nusa dalam Hati.

 "Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa besok." Nusa pamit pulang sambil tersenyum.

  "Dah." balas mbak Tari singkat.

Nusa pergi meninggalkan mbak Tari.

Melihat Nusa sudah pergi, mbak Tari meraih beberapa helai bulu hiasan kepalanya. Dia memperhatikan bulu itu lalu menghela napas panjang. Kemudian mbak Tari lanjut menyapu.

Nusa menghampiri Tara. Disana Tara bersama seorang kakek yang membawa rumput bersamanya. Rumput itu diikat di kedua ujung batang bambu dan diangkut oleh kerbau milik Tara.

"Apa yang kau bicarakan dengan mbak Tari? Jangan berani kau menggodanya." Tara memandang dengan tatapan sinis penuh kecurigaan. Dia mendengus menahan amarah.

Nusa hanya menghela nafas melihat kelakuan temannya.

"Mbak Tari ingin ikut pergi kepasar besok." jelas Nusa dengan jujur.

Mendengar hal itu, Tara terpikirkan sesuatu.

"Ya sudah. Aku tidak mempermasalahkannya." Tara seperti memiliki suatu rencana.

"Kau bonceng mbah Mul, biar aku yang bawa rumput." perintah Tara.

"Oke. Mari mbah, naik disini." pinta Nusa pada mbah Mul, tidak memperdulikan omongan Tara.

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!