Dikhianati Oleh Orang-Orang Terdekat

Lita menghela napas kecewa, pupus sudah harapannya untuk bisa bebas dari penjara.

"Ya sudah, Dis. Terima kasih karena sudah berusaha membantu saya, mungkin ini sudah takdir saya untuk menjalani hukuman di jeruji besi" ujar Lita putus asa

"Tapi Bu......"

"Kamu silahkan temui mantan suami saya, minta gaji para karyawan padanya. Karena tabungan saya semua di pegang olehnya, kalau dia tak mau bayar kamu ancam aja akan melaporkan ke polisi juga karena uang itu hak kalian" potong Lita dengan cepat

"Saya gak terlalu peduli dengan uang itu, Bu. Saya hanya khawatir dengan keadaan ibu, apa tak ada orang lain lagi yang bisa saya hubungi?" tanya Disa, membuat Lita menggeleng.

"Gak ada, Dis. Kamu tahu kan kalau saya ini yatim-piatu, selama ini hanya Mas Doni yang selalu ada untuk saya" ujar Lita lirih

Disa menatap sang bos dengan iba dan penuh rasa kasihan, andai dirinya punya kenalan orang besar pasti dirinya akan minta tolong agar sang bos di bebaskan.

"Kalau seandainya nanti kamu bertemu Leon dan Daniel, tolong sampaikan salam saya pada mereka. Bilang kalau saya sangat merindukan mereka, sampaikan juga permintaan maaf saya karena tak bisa menjaga mereka" pinta Lita dengan mata berkaca-kaca, Disa mengangguk

"Iya, Bu. Kalau saya bertemu dengan mereka, akan saya foto dan tunjukan pada Ibu"

"Terima kasih, Dis" ucap Lita sembari tersenyum

Tak banyak obrolan antara Disa dan Lita, karena terhalang waktu yang begitu singkat. Setelah itu Lita kembali ke dalam sel tahanan, teman satu tahanannya langsung berjalan menghampiri.

"Gimana, Lit. Ada yang bisa bantu kamu?" tanya Teman satu tahanan Lita dengan antuasias, Lita menggeleng lemah.

"Gak ada, Mbak. Mana mungkin mereka mau membantu secara cuma-cuma" ujar Lita tertunduk sedih

"Memang benar ya kata orang, sifat seseorang akan terlihat jika kita sedang tertimpa masalah" ujar Teman satu tahanan Lita sembari tersenyum kecut

"Sekarang aku tau, mereka mau berteman denganku hanya karena uang" kata Lita

Teman satu tahanannya itu hanya bisa mengusap punggung Lita untuk menguatkan, bahkan teman satu tahanan itu juga memberi Lita nasehat untuk menikmati proses selama disini.

Karena mereka juga tak selamanya berada di dalam jeruji besi, teman satu tahanan Lita itu berjanji jika mereka sama-sama bebas nanti akan membantu menemukan anak-anak Lita.

"Terima kasih, Mbak" sahut Lita terharu

.

.

.

Beberapa hari telah berlalu, tak ada yang bisa membantu Lita keluar dari jeruji besi. Desi mengganti gugatan dari percobaan pemb*nuhan, menjadi penganiayaan anak di bawah umur.

Entah kenapa wanita licik itu merubah gugatannya, meski pun Lita mengatakan jika dirinya tak sengaja tapi tetap saja hakim menjatuhkannya hukuman lima tahun penjara.

Lita hanya pasrah, dirinya tak bisa mengajukan banding karena tak mampu menyewa pengacara. Teman satu tahanan Lita memandangi wajah Lita yang terlihat pucat saat kembali dari persidangan.

"Gimana hasil persidangan, Lit?"

"Aku di jatuhi hukuman lima tahun penjara, Mbak. Gimana nasib anak-anak kalau aku gak ada, Mbak?" ucap Lita dengan mata berkaca-kaca

Lita menakupkan kedua tangannya untuk menutupi wajahnya, dirinya kembali teringat pada tatapan mantan suami dan mantan mertuanya saat di persidangan tadi yang menatapnya dengan hina.

"Kenapa mereka tega sama aku ya, Mbak? Padahal aku selalu patuh dengan mereka, aku gak pernah berpikir untuk mengkhianati mereka semua tapi kenapa mereka setega itu sama aku" gumam Lita terisak

"Itulah manusia, sikapnya lebih buruk dari b*natang" maki Teman satu tahanan Lita dengan geram sembari menepuk-nepuk pundak Lita

"Leon, Daniel. Maafin Mama, Sayang. Maaf kalau Mama gak bisa menjaga kalian lagi, semoga kalian baik-baik saja"

Tangis Lita semakin pecah saat mengingat kedua putranya, sudah lama dirinya tak bertemu keduanya, dirinya benar-benar sangat merindukan kedua putranya saat ini.

"Lima tahun itu sebentar, Lita. Setelah kamu bebas, kamu harus membalas dendam pada mereka yang telah mengkhianati kamu"

"Aku cuma khawatir dengan anak-anakku, Mbak. Aku takut mereka mendapatkan perlakuan yang buruk, apalagi mereka di asuh oleh pelakor" sahut Lita di sela-sela tangisnya

"Kamu tenang saja, Lita. Anak-anakmu ikut ayah kandungnya, pasti mantan suami kamu bisa memperlakukan mereka dengan baik"

"Justru itu yang aku takutkan, Mbak. Mas Doni sudah berubah, dia di butakan oleh cinta sampai tidak ingat pada anak istrinya lagi" sahut Lita

Keesokan harinya ada seseorang yang datang menemui Lita, Lita tak terlalu berharap banyak karena dirinya mengira jika yang mengunjunginya tak lain mungkin adalah Disa.

"Marisa" gumam Lita saat melihat seseorang yang mencarinya

"Lita" ucap Wanita itu berjalan mendekat dan memeluk Lita dengan erat

"Maaf, Lit. Aku telat baca pesan dari kamu, aku gak tau kalau kamu di penjara" ujar Marisa merasa bersalah

"Kamu apa kabar, Ris?" tanya Lita mengurai pelukannya.

"Aku baik, Lit" sahut Marisa menggandeng Lita untuk duduk

"Tolong ceritakan padaku, kenapa kamu bisa masuk penjara? Lalu kemana Kak Doni? Kenapa dia gak menolong kamu?" tanya Marisa beruntun

Lita menghela napas panjang, kemudian menceritakan bahwa dirinya telah bercerai dengan Doni. Doni menceraikannya demi wanita lain, Lita tertunduk sedih setelah bercerita.

"Kak Doni selingkuh? Sama siapa? Bukannya dia sayang banget sama kamu?" tanya Marisa terkejut

Lita kembali menceritakan apa yang telah Doni dan Desi lakukan selama ini, Marisa tak mengenal Desi tapi Marisa mengenal keluarga Doni karena dulu Marisa tinggal tak jauh dari rumah orang tua Doni.

Marisa baru pindah ke kota J setelah menikah dan semua keluarganya pun ikut pindah ke kota J, dari situlah pertemanan Lita dan Marisa kenal akrab karena Marisa tetangga mantan mertua Lita.

"Ya ampun, Kak Doni. Padahal dia terlihat kayak pria soleh dan setia" gumam Marisa tak habis pikir

"Kamu tenang aja, Lit. Aku akan ajukan banding untuk membuktikan kamu tak bersalah" ujar Marisa menggenggam tangan sang sahabat

"Terima kasih, Ris. Tapi kayaknya gak perlu, gak ada yang bisa membuktikan kalau aku gak bersalah. Aku udah ikhlas menjalani hukuman ini" tolak Lita

"Gak, Lit. Aku gak akan menyerah, apapun akan aku lakukan supaya kamu bisa keluar dari sini. Kalau memang tak bisa, aku akan menebusmu berapa pun itu" tegas Marisa

"Tapi, Ris. Aku gak ada uang, semua tabungan aku di bawa Mas Doni"

"Aku gak butuh uang, Lit. Aku ikhlas membantu kamu, karena aku pernah berhutang nyawa sama kamu" sahut Marisa dengan cepat

"Untuk sementara aku akan tinggal disini, sampai aku berhasil mengeluarkan kamu" lanjut Marisa tersenyum