NovelToon NovelToon
Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Trilia Igriss

Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Sisi baik Gita

"Mas. Sejak kapan kamu jadi jahat gini?" Gita tak sedikitpun merubah pandangannya pada Aryan dengan begitu tajam dan menekan. Ia tak menyangka jika suaminya bisa bersikap tak punya hati begini. Melihat Aryan tak membela diri, Gita berlalu ke lantai atas tanpa tahu jika pintu kamar sudah terkunci.

"Mas! Cepat buka!" Titahnya berteriak dari atas. Tak ingin membuat istri pertamanya semakin marah, Aryan memilih menurut dan menyusul Gita ke depan kamarnya bersama Aruna. Aryan menyodorkan kunci pada Gita yang tak meliriknya sedikitpun. "Buka lah sendiri!" Ucapnya masih begitu sinis. Aryan terpaksa membuka kuncian pintu dan Gita mendorong pintu mendahului suaminya. Alangkah terkejutnya melihat Aruna yang tergeletak di samping tempat tidur tak berdaya. Ia berlari memburu adik madunya itu dengan panik.

"Aruna... hei... bangun.. ini ku Gita. Kamu gapapa kan?-" Ia semakin terkejut kala meraih Aruna dan mengangkat bagian kepalanya untuk memangku dan memastikan Aruna tak apa-apa. Namun, Ia kembali dibuat marah dengan apa yang Ia lihat. Sudut bibir Aruna terdapat luka memar beserta darah yang mulai mengering. Bisa dipastikan luka itu sangatlah nyeri. Tatapannya semakin tajam ketika Ia melirik ke arah Aryan yang terlihat tenang tanpa dosa.

"Kamu mukul dia, Mas?" Tanya yang tak terjawab. Aryan memilih diam seakan tak perlu menjawabnya. Gita bangkit lalu menghampiri Aryan dan hampir melayangkan tamparan untuk yang kedua kali. Namun tangannya tertahan ketika menyadari Aryan bergeming. Jangankan bergerak, berkedip saja tidak. Sepertinya suaminya itu sudah siap mendapatkan tindak kekerasan dari istri pertamanya. Sebagai ganti pelampiasan kekesalannya, Gita mengusap wajah lalu membiarkan air matanya berderai begitu saja.

"Kamu gila. Kamu emang gila, Mas." Umpatnya kembali menghampiri Aruna. Ia dapat merasakan bagaimana di posisi Aruna. Sakit tak dianggap istri, dan sakit hanya dimanfaatkan. Gita mengaku salah karena tak bisa menentukan siapa yang akan menjadi adik madunya dulu. Jika tahu Aruna gadis yang baik, mungkin Ia akan menolak saat Sundari hendak melamar Aruna.

"Apa yang buat kamu nangis?" Pertanyaan konyol itu terlontar dari mulut Aryan dan dapat menghentikan tangis Gita dalam sekejap.

"Harusnya kamu dengar penjelasannya, Mas. Jangan main tangan! Gimana kalau ini cuma akal-akalan Rio aja? Kesalahannya gak fatal, Mas."

"Laki-laki yang ada di foto itu suka Aruna, dan Aruna pun terlihat bahagia dengan kedekatannya bersama dia. Apa salah aku memberinya pelajaran?"

"Kamu gak tahu kebenarannya kan?"

"Kesampingkan masalah selingkuh. Sayang, apa kamu tahu hal apa yang paling buat aku marah?" Kali ini, Gita terdiam tak menjawab. Ia memilih menunggu Aryan melanjutkan penuturannya. Namun, Aryan malah memberinya sebuah obat tanpa penjelasan. "Kamu tahu ini obat apa, kan? Kalau ibu tahu, bagaimana jadinya?" Lanjutnya kembali bertanya.

"Kenapa dia minum ini Mas?" Pekik Gita tak percaya.

"Dia tahu rencana aku dengan ibu. Dia berniat tidak hamil agar kami cerai. Mungkin aku senang-senang saja, tapi bagaimana dengan kamu dan Ibu? Kalian pasti akan memaksaku untuk menikah lagi dengan gadis lain."

"Bukan karena Mas cemburu, kan? Mas udah ada rasa sama Aruna, kan?"

"Sayang, kamu ini ngomong apa sih? Aku gak akan pernah punya rasa apapun sama Aruna."

"Terus, kenapa kamu semarah ini?" Gita benar, mengapa Aryan semarah ini mengetahui Aruna sengaja tak hamil demi bisa bercerai dengannya, dan mengapa Aruna begitu bahagia bersama Adnan? Jika bukan cemburu, lantas apa?

...----------------...

"Ugh." Rintih Aruna sesaat setelah Ia membuka mata. Kepalanya terasa berputar, dan sudut bibirnya terasa berdenyut. Terasa sebuah benda hangat menyentuh bagian lukanya dan Ia begitu terkejut mendapati Gita tengah mengobati dirinya.

"Mbak?" Pekiknya berusaha bangkit, namun Gita menahannya untuk tetap diam.

"Jangan banyak gerak dulu ya! Badan kamu hangat. Kamu sakit ya?" Entah malaikat apa yang menjelma di depannya, Aruna terharu dengan kebaikan dan kelembutan Gita terhadapnya. Padahal, banyak alasan dn kesempatan Gita untuk membencinya.

"Mbak sejak kapan di sini?"

"Kmu belum jawab pertanyaan aku loh. Gak baik malah bertanya balik."

"Ma-maaf Mbak. Saya gak sakit. Dan Mbak jawab pertanyaan saya." Gita seketika tersenyum sebelum Ia menjawab penuturan tersebut. Aruna memaksakan diri untuk bangkit dan duduk berhadapan dengan Gita.

"Aku sengaja mampir, tapi malah lihat kamu pingsan. Kamu kepeleset ya?" Selain tak bisa menjawab, Aruna tak bisa menatap mata Gita lebih lama. Ia tak tahu harus menjawab apa. Apa Gita memang tak tahu dirinya bertengkar? Tak sadar, air matanya berderai begitu saja. Tatapan Gita berubah nanar, dan tanpa Ia sadari pula, tubuhnya bergerak sendiri yang tiba-tiba memeluk Aruna dengan lembut.

"Kalau kamu ada masalah, kamu cerita ya! Jangan dipendam sendiri. Apa lagi sampai membahayakan diri. Cerita sama aku." Tangisnya semakin pilu, Aruna membenamkan wajahnya di bahu Gita dan pelukannya terasa semakin erat.

"Maaf Mbak. Maaf...." lirihnya membuat Gita ikut menitikkan air mata. Di situasi seperti ini justru Aruna yang meminta maaf lebih dulu.

"Maaf kenapa?"

"Aku gak bisa penuhi harapan Mbak dan Mas Aryan. Aku sengaja paki kontrasepsi, Mbak. Aku gak mau punya anak. Maaf Mbak maaf...." mendengar pengakuan Aruna, Gita perlahan melepaskan pelukan mereka. Ia menatap dan meraih pipi Aruna seraya menyeka air matanya.

"Kalau itu pilihanmu, gapapa. Aku ngerti kok. Aku dan Mas Aryan yang harusnya minta maaf. Karena keegoisan aku dan Ibu, kamu jadi korbannya."

"Enggak Mbak. Aku yang salah."

"Kalau kamu rasa kamu salah, gimana kalau besok kita jalan berdua. Kita cerita-cerita biar gak ada yang salah faham. Mau?" Secepat mungkin, Aruna menggeleng menanggapi ajakan Gita.

"Maaf aku gak bisa Mbak."

"Kenapa? Kamu beneran sakit? Kita ke dokter ya!"

"Enggak Mbak. Tapi aku gak bis keluar rumah. Mas Aryan larang aku untuk keluar. Soalnya...."

"ARUNA!" Panggil Sundari dari ambang pintu. Tatapannya tajam, langkahnya cepat menghampiri kedua menantunya. Tanpa berucap lagi, Sundari tiba-tiba menampar Aruna yang langsung mematung. Meski tak sekeras Aryan, namun tamparan itu terasa menyakitkan. Pasalnya, Isma saja tak pernah menampar dirinya, dan ini hanya mertua mengapa berani?

"Saya kecewa sama kamu. Kamu dengar harapan saya, tapi kamu hancurkan begitu saja. Ternyata selama ini saya menaruh harap sama kamu, sementara kamu tidak peduli." Sergahnya membuat Gita menutup mulut karena terkejut.

"Bu... Aruna masih--"

"DIAM KAMU!" Sergah Sundari beralih pada Gita. "Lebih baik kamu pulang!" Titah Sundari kemudian.

"Tapi Bu..."

"Kamu ini ngeyel ya!" Karena sudah kehilangan kesabaran, Sundari menarik kasar Gita untuk keluar dari kamar Aruna dan meninggalkan adik madunya sendirian. "Bawa istri kamu pulang. Setelah itu kamu urus Aruna. Ibu udah gak mau lihat muka dia lagi. Kalau perlu, ceraikan dia sekarang juga." Aryan tak menanggapi. Ia membiarkan Sundari mengoceh sendiri, sementara dirinya menarik Gita meski wanita itu meronta untuk tetap tinggal.

Di sisi lain, Aruna memeluk tubuhnya sendiri dengan pilu. Ia berharap kehadiran orang terkasihnya saat Ia tengah terpuruk.

"Mas Athar... jemput aku, Mas. Aku mau ikut sama Mas." Lirihnya ditengah isak tangis yang semakin sendu.

'Prang'! Oma Setya terkejut saat vas bunga kesayangan Aruna yang Ia pegang tiba-tiba terlepas dan pecah berserakan.

"Aduh.... ini kesayangan Una. Bagaimana kalau nanti dia pulang? Apa dia baik-baik di sana? Kenapa aku khawatir? Semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Una" Gumamnya sendiri menerka hal yang terjadi pada Aruna.

...-bersambung...

1
Siti Khoiriah
sakut banget ja aruna😭😭😭😭😭
Jumiah
menjadi istri ke2 bukan menyelesaikan masalah mallh menambah penderitaan .
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!