Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Korban Bubur Buatan Mika.
HAPPY READING...
***
Malam hari. Mika benar-benar dituntut untuk menghadapi semua ini. Rehan, suaminya sedang sakit. tubuhnya menggigil dan demam.
Mika sudah menyuruh pria itu untuk meminum pil penurun panas. tapi susuh tubuhnya masih tinggi. bahkan beberapa kali pria itu mengigau.
Tak pernah sekalipun Mika mendapati keadaan seperti ini. mungkin ia pertama kalinya Mika harus melakukan yang terbaik untuk orang yang sakit.
Dengan membawa baskom berisi air dan kain bersih, gadis itu duduk di lantai yang hanya beralaskan karpet bulu.
memeras kain itu dan menempelkan pada kening Rehan. terkadang hal itu sangat membantu untuk bisa menurunkan suhu tubuh seseorang.
"Gghhh...".
Berulang kali hanya itu yang terdengar dari mulut Rehan. mungkin hal yang asing juga bagi Mika. pertama kalinya ia melihat Rehan seperti itu sejak mereka menikah.
Apa yang harus aku lakukan? batin Mika.
Sebelumnya, Mika sudah menelepon sahabatnya. meminta saran tentang apa yang seharusnya dilakukan ketika sakit. dan bukan hanya Karin, Sasa juga menyarankan hal yang sama. Ya.. seperti yang dilakukan Mika saat ini. mengkompres dengan kain bersih yang telah dibasahi oleh air.
Berulang kali Mika mengganti kompres nya. dan rasa kantuk itu benar-benar menggangu. karena seharian Mika juga telah melewati aktivitas yang melelahkan. tapi malam ini juga ia harus terjaga demi menunggu Rehan yang sakit.
entah sampai jam berapa Mika terjaga, hingga tiba-tiba kantuk di matanya kian bergelayut meminta untuk di pejamkan.
Pada akhirnya, Mika menyerah. sambil terduduk, gadis itu memejamkan matanya.
Sinar matahari mulai menerobos masuk melewati celah-celah. membuat Mika seketika terbangun dari tidurnya.
Astagaa... aku ketiduran... batinnya bicara. mengucek mata dan berusaha untuk mengumpulkan nyawa.
Hal pertama yang Mika lakukan adalah mengamati pria yang tertidur di sofa, Rehan.
mengecek suhu tubuh pria itu dengan punggung tangannya. memastikan apakah Rehan sudah melewati masa demamnya atau tidak.
"Masih sedikit hangat..." gumamnya pelan.
Mika bangkit dari duduknya. membawa baskom dan pergi. gadis itu hendak mengganti air di dalamnya untuk mengkompres ulang. dan ketika selesai, Mika kembali menempelkan kain bersih itu di kening Rehan sama seperti yang ia lakukan di malam hari kemarin.
Masih dengan posisi yang duduk, tiba-tiba ponselnga berdering. Mika langsung mengambil benda pipih itu dari dalam tasnya.
"Halo...".
"Kau tidak kuliah?".
Mika menghela nafas. ternyata yang meneleponnya adalah Mika.
"Sepertinya aku tidak masuk hari ini..." ucap Mika yakin. bagaimana ia bisa kuliah hari ini dan meninggalkan Rehan dalam keadaan sakit.
bahkan kemarin saja pria itu terlihat tersiksa sendirian di rumah saat Mika belum pulang. padahal bisa saja Rehan kembali ke rumah orang tuanya, tapi tak dilakukan. pria itu justru pulang ke rumah mereka. entah kenapa hati kecil Mika sedikit terusik.
"Kenapa?".
Mika tak bisa menjawab pertanyaan Karin tentang alasan kenapa dia tidak berangkat kuliah pagi ini.
"Aku sedang tidak enak badan..." bohongnya.
berharap Karin memaklumi alasan Mika barusan.
"Oh iya Rin, aku ingin bertanya padamu..." ucap Mika. karena diantara 2 sahabatbya, hanya Karin lah yang tentu tau akan hal yang ingin Mika tanyakan. karena kalau ia bertanya pada Sasa, tentu gadis itu tak akan paham.
"Apa?".
"Kau tau cara membuat bubur?" tanya Mika sedikit malu. karena pertanyaan tadi benar-benar memalukan bagi gadis dewasa seperti mereka.
bagaimana tidak? Mika tak pernah melakukan hal itu sebelumnya. membuat bubur saat sakit, benar-benar tak pernah terpikirkan. karena sebelum ini, swkau dikerjakan oleh pelayan di rumahnya.
tapi saat ini tidak mungkin kan Mika menunggu pelayan untuk membuat bubur? Rehan bisa mati duluan karena menunggu.
"Apa kau baik-baik saja? kenapa kau sampai berpikir untuk membuat bubur sendiri? dimana pelayan mu?".
Jelas Karin terkejut dengan pertanyaan Mika.
yang ia tau, Mika masih tinggal dengan orang tuanya.
"Sudahlah, ceritanya panjang... apa kau bisa membuatnya?" tanya Mika lagi.
Mika belum siap untuk mengatakan pada sahabatnya kalau saat ini ia telah menikah.
"Bagaimana takarannya?".
Mika mendengarkan intruksi Karin dengan serius. mencatat beberapa bahan yang diperlukan dan stepnya.
"Terimakasih ya Karin.. kau benar-benar sahabatku...". Mika benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti Karin.
dan setelahnya, gadis itu menuju ke dapur untuk mempraktikkan membuat bubur.
Di dapur. Mika memulai paginya. masih kaku untuk melakukan semuanya sendiri. anggap saja ini pertama kalinya Mika menyentuh perabotan dapur seumur hidupnya. berbekal tekad dan keyakinan, Mika mulai membuat bubur untuk Rehan.
Ada beberapa drama yang terjadi. mulai dari beras yang tumpah, panci jatuh dan nyala kompor yang mengejutkan.
semua benar-benar seperti memacu adrenalin. padahal hanya memasak saja.
Dan setelah cukup lama, semangkuk bubur telah tersaji. Mika tak tau bagaimana rasanya. lebih tepatnya lupa untuk mencicipi masakannya sebelum menyajikannya untuk Rehan.
"Bangunlah... makan bubur ini sebelum minum obat..." ucap Mika.
sedangkan pria di depannya itu masih memejamkan mata, seperti tak ada keinginan untuk bangun atau sekedar makan.
"Nanti saja..." gumam Rehan pelan.
pria itu hanya ingin tidur lebih lama dibandingkan bangun dan melakukan sesuatu. karena tubuhnya benar-benar terasa lemah tak berdaya.
"Makanlah bubur ini dulu... nanti tidur lagi..." bujuk Mika.
seperti itulah yang dilakukan Ibu ketika Mika tengah sakit. jadi seperti itu pula Mika membujuk Rehan.
"Sini aku bantu,.." ucap Mika. membantu Rehan untuk bangun dan bersandar di sofa.
"Sudah tidak begitu demam..." ucap Mika setelah menempemenempelkan punggung tangannya untuk mengecek suhu tubuh pria itu.
"Tapi aku masih sakit.." gumam Rehan. berlagak seperti yang paling tersiksa oleh sakitnya. padahal pria itu hanya demam.
Mika mengejek dengan ekor matanya, Lebay...
"Buka mulutmu..." perintah Mika.
dan dengan patuhnya Rehan membuka mulutnya. menerima sesuap bubur pemberian gadis itu.
ekspresi Rehan seketika berubah. sepertinya bubur buatan Mika itu tak perlu lama-lama berada di dalam mulutnya, Rehan langsung menelannya tanpa mengunyah dulu.
"Kenapa?" protes Mika dengan tatapan penasaran. seharusnya tanpa bertanya pun Mika sudah tau bagaimana rasanya dari reaksi yang Rehan tunjukkan saat ini. hanya saja gadis itu penasaran dengan bubur buatannya.
"Kau yakin ini makanan untuk manusia?" protes Rehan. sungguh seharusnya ia tak terlalu berharap lebih pada gadis itu. karena Rehan tau kalau Mika tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di dapur. apalagi memasak. dan saat ini dia telah menjadi tumbal masakan dari istrinya itu.
Ucapan Rehan benar-benar menyakiti hati Mika. bagaimana bisa pria itu mengejek masakan Mika seolah tak pantas disajikan untuk manusia. jahat sekali!
"Kenapa? ada yang salah dengan masakanku?" tanya Mika.
"Apa kau yakin sudah mencicipinya dulu sebelum memberikannya padaku?" selidik Rehan. seharusnya Mika tau rasanya tanpa perlu bertanya padanya.
"Tidak..." jawab Mika enteng.
Rehan syok berat mendengar jawaban gadis itu. Apa? bagaimana bisa Mika tidak mencicipinya dulu dan langsung menyajikannya.
"Coba kau rasakan dulu masakanmu itu..." perintah Rehan. berharap Mika tau apa rasa dari masakan buatannya kali ini.
Mika dengan sendok yang sama, mulai mengambil sesendok kecil bubur buatannya. memasukkannya pada mulut untuk merasai bubur karyanya.
dan ekspresi seperti Rehan seketika nampak di wajahnya. Rehan tersenyum, rasain!
"Bagaimana? enak?" tanya Rehan penuh kebahagiaan. karena Mika juga ikut menjadi korban bubur itu.
"Asin..." jawab Mika dengan ekspresi jenaka. bahkan ia tak sanggup untuk menelan bubur buatannya sendiri.
"Padahal aku sudah meniru sesuai intruksi Karin tadi..." gumamnya pelan.
tapi semua tidak sesuai ekspektasinya. bubur itu keasinan.
"Kau mau membunuhku dengan bubur itu? tidak! aku tidak mau memakannya..." tolak Rehan. ia yakin kalau akan semakin sakit kalau memakan bubur buatan Mika itu.
"Aku akan membuatnya lagi... tunggu..." ucap Mika penuh semangat.
bangkit dari duduknya dan langsung menuju ke dapur.
sedangkan Rehan tersenyum melihat hal itu.
lucu sekali...
***