Fall In Love With You

Hampir semua Siswa-siswi Zenith High School tengah bersuka cita, jam pulang di percepat dikarenakan semua Guru tengah rapat penting bersama para Donatur dan komite Sekolah.

Pulang cepat adalah hal paling menyenangkan di masa Sekolah, para murid yang seharusnya dipusingkan oleh rumus-rumus menyebalkan di Sekolah bisa bersantai, bermesraan dengan kasur dan guling di Rumah.

Hal yang sama ingin Natalie lakukan, membayangkan betapa empuknya buaian lembut ranjang King Size beserta selimut hangatnya.

Tapi kemudian Eila datang merusak impian indahnya itu dan mengubahnya menjadi mimpi buruk.

Gadis itu memaksanya belajar untuk Ulangan Semester yang sebentar lagi akan diadakan!

Tch, demi kacamata setebal impian milik Ketua Kelas mereka, Kevin-- Natalie bersungguh-sungguh tidak ingin membuat otak di kepala Cantiknya itu pusing lagi.

"Ayo, Nat!" Eila mencoba menarik paksa Natalie yang mogok jalan.

Natalie menggeleng tegas. "La, Gue kayaknya ada perlu deh."

Eila melirik sinis. "Jangan banyak alasan, Babi Gendut!" Rupanya Ia tidak terperdaya sedikit pun.

Saat tangannya kembali ditarik oleh Eila, Natalie memeluk erat kusen pintu kelas  Teman-teman kelasnya yang melihat itu hanya bisa geleng kepala.

Tiada hari tanpa perbuatan nyeleneh yang dilakukan ke dua sahabat sehati itu. Meski begitu, seru juga menjadikan mereka tontonan dan dinikmati bersama semangkuk popcorn.

Tindakan tarik-menarik itu terhenti begitu Max yang seperti biasanya menjemput Eila, muncul. Padahal Eila sudah spam Chat tidak bisa pulang bersama.

Tidak ingin dianggap gila, Eila melepaskan tarikannya sedangkan Natalie melepaskan pelukannya dari kusen pintu. 

Natalie yang melihat peluang kebebasannya pun tersenyum lebar. Eila yang melihat itu menyipitkan mata curiga.

"Max, kata Eila, dia mau buatin Lo coklat Valentine, tapi dia malu--" Eila lekas membungkam mulut penyebar hoax itu.

Eila menatap Natalie tajam seakan mengisyaratkan kalau Ia akan menghabisinya setelah ini.

Namun di sisi lain Max justru menganggap ucapan membual Natalie sebagai hal yang serius. Lelaki itu bahkan sudah menunjukkan senyum tipisnya.

"Ayo."

"Hah?" Eila mengernyit tidak mengerti, masih dalam posisi membekap mulut Natalia.

"Ayo, buat coklatnya sekarang."

"Em, ini cuman salah faham, Max."

Ekspresi Lelaki itu dalam sekejap berubah, kembali ke setelan awal. Datar dan terkesan  tanpa ekspresi.

"Beruntung banget ya, Liam. Bisa dapat coklat dari Pacar Gue." Tekan Lelaki itu pada kata akhirnya.

Eila dan Natalie kini dapat merasakan hawa tak nyaman mengelilingi mereka. Meneguk saliva nya susah payah, Natalie menyenggol lengan Eila seolah memberi kode; Turuti saja!

"G-gue duluan ya, bye!" Natalie yang berhasil lepas, lari terbirit-birit meninggalkan ke duanya.

Ditinggal kan berdua dengan kondisi yang jelas merugikan, Eila mengeluarkan sumpah-serapah nya pada Natalie dalam hati.

Sekali lagi, Ia lirik wajah muram Lelaki didepannya ini, dia seperti psikopat yang berencana menghabisi penyebab dirinya terbakarnya api cemburu.

Horor sekali, dia bahkan lebih menyeramkan daripada boneka Chucky.

"O-oke, aku akan membiarkanmu Coklat."

Awan mendung yang semula menyelimutinya hilang seketika berganti dengan datangnya musim semi.

Tanpa membuang waktu, Max menyeret Eila membawanya menuju Parkiran. Eila mengikuti langkah Lelaki itu dengan amat terpaksa, yang benar saja! Ini semua gara-gara Natalie.

Awas saja, Babi Gendut!

Masalah Liam saja belum terselesaikan, mulut lemes Natalie kembali mengeluarkannya kata-kata Hoax nya yang selalu berhasil membuat Ia repot.

"Masuk."

Ia menatap Max bingung, saat Lelaki itu dengan sigap membukakan pintu Mobil jenis Porche 911 berwarna silver mengkilap.

"Eh, ini Mobil siapa? Bukannya tadi pagi Lo pake Motor?"

Bukannya menjawab, Max justru mendorongnya pelan sampai terduduk di kursi samping kemudi dengan salah satu tangannya yang melindungi kepala Eila dari benturan.

Kemudian dia memutari Mobil, membuka pintu, duduk di kursi kemudi.

Max menatapnya, "Motor Gue aman, hari ini cuacanya panas. Lo juga perlu beli bahan-bahan buat bikin Coklat kan?" Jelasnya seakan tau apa yang masih mengganggu Gadis itu.

"Sebenarnya pake Motor juga not problem sih." Eila menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal, bagaimana bisa Lelaki ini bersikap berlebihan begitu.

Baru kali ini Eila menaiki Mobil sport yang Ia tau memiliki harga fantastis. Ia jadi takut kalau sepatunya mengotori Mobil ini.

Memasang wajah yang sulit di artikan, Max mendekatkan wajah membuat Eila reflek bergerak mundur menjaga jarak.

Hembusan nafas hangat menerpa wajahnya membuat Eila merasakan wajahnya memanas, merona bak tomat masak.

"Kenapa?"

"H-hah?" Kikuk Eila, tidak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan tepat di depan bibirnya itu.

"Kenapa Lo lebih suka naik Motor? Biar bisa meluk Gue, iya?"

Eila terbelalak, mendengar betapa percaya dirinya Lelaki yang disebut Kulkas berjalan ini. Bahkan rona wajahnya sampai hilang karena rasa shock nya.

Sekuat tenaga, Eila mendorong mundur bahu tegap Max, beruntungnya berhasil. Eila memalingkan wajahnya dengan pipi menggembung kesal.

"Dasar kepedean!"

Max terkekeh kecil, menggeleng samar lalu kembali mendekat pada Gadisnya yang tengah merajuk itu, memasangkan sabuk pengaman lalu mengacak puncak kepalanya lembut.

"Makasih pujiannya, Nona Ikan Buntal." Tuturnya dengan kekehan geli.

Max menjalankan Mobil itu dengan kecepatan rata-rata keluar dari parkiran VVIP Sekolah, mengabaikan beberapa Siswa dan Siswi yang terperangah juga disusul teriakkan histeris para Gadis yang berpapasan.

Meski dengan kaca gelap yang tertutup, mereka tau siapa pengendara Mobil itu. Siapa lagi kalau bukan dari salah satu Anggota dari Grup Pangeran Sekolah yang memiliki koleksi Mobil mahal.

Perjalanan menuju pusat perbelanjaan memakan waktu selama beberapa puluh menit, cukup singkat dan Eila tidak dapat berhenti mengagumi Mobil ini.

Sangat nyaman juga begitu mulus bahkan dengan kondisi jalanan yang sedikit berlubang, Ia sampai tidak merasa sedang berada didalam Mobil.

Mobil terparkir apik di parkiran bawah tanah, Pusat Perbelanjaan. Max melepas sabuk pengamannya, keluar dari Mobil mendahului Eila.

Eila yang berniat membuka pintu Mobil sudah didahului Lelaki itu, benar-benar image kulkas 20 Pintu berjalan nya sudah tidak ada lagi di mata Eila.

Menurutnya Lelaki itu begitu berlebihan memperlakukannya, tapi sekali lagi ini Max yang memiliki moto hidup; Suka nggak suka, kalo Gue mau, Lo bisa apa.

"Makasih." Ucap Eila, tidak ingin bertindak tidak tahu diri.

Max menjawabnya dengan gumaman singkat, membawa jari-jemari Eila untuk digenggamnya Lelaki itu mulai memasuki kawasan Pusat Perbelanjaan.

Well, ini terasa seperti Kencan Part 2.

Pipi Eila merona memikirkan itu. Tch, murahan sekali pipinya ini!

'Jual mahal, Eila. Ingat, ego mu, kan, setinggi Gunung Everest.' Katanya berulang kali mengucapkannya di dalam hati.

Mereka memasuki area Supermarket, Eila memfokuskan diri mencari bahan-bahan membuat Coklat sedangkan Max mengekori nya dengan troli belanja yang hampir penuh.

Mengekori Gadisnya kemanapun, bahkan ketika Eila lupa diri dan melenggang santai menuju bagian buah-buahan impor. Lelaki itu sudah seperti anak itik penurut yang setia mengikuti induknya tanpa mengeluh pegal.

Sebagai pencinta Buah, melihat visual bagaimana fresh-nya buah-buahan itu, membuat Eila terpikat seolah berada di surga.

Tapi kemudian, mimpi indahnya disadarkan oleh harga yang tertera. Eila membulatkan mata melihat banyaknya angka 0 yang mengikuti angka 4 itu.

Merinding sesaat yang benar saja, ini seharga jatah uang sakunya selama sebulan.

Meletakkannya kembali dengan hati-hati khawatir rusak dan berujung ganti rugi, Eila meninggalkan rak itu.

Namun dengan Ia tidak menyadari, anak Itik yang mengikutinya itu dengan santai melempar beberapa pack buah itu beserta kerabat-kerabatnya ke troli.

Lupakan anak Itik yang penurut! Dia anak Itik yang nakal.