Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Dibawah Hujan
Rasa sakit itu sedikit terobati atas sikapnya. Namun tetap rasa sakit ku belum sembuh sempurna. Akhirnya kita putuskan sore ini untuk mencari kalung berliontin R. Kulihat wajahnya begitu bahagia, senyumnya terus terpancar, aku bersamanya mengitari pasar untuk sampai di toko kalung. Aku seperti tak ingin ada untuknya pada hari ini, karna senyumku dihadapannya adalah palsu.
Aku seperti menginginkan hari ini tak ada, supaya aku tak merasakan sakit ini. Saat tiba ditoko perhiasan , dicarinya kalung itu. dan ternyata dengan mudah ia mendapatkannya, dan ia melingkarkan kalung itu dileher ku untuk sekedar mencoba. Betapa bahagianya aku jika kalung itu memang benar untukku. Dia tersenyum senang tanpa mengetahui perasaanku.
Setelah selesai dengan apa yang dicarinya, dia mengantar ku pulang. Sesampainya di gerbang rumahku, aku tak berkata apapun padanya. Sekedar untuk pamit pun, tidak. Aku lebih memilih untuk langsung berlari meninggalkannya.
Ku buka pintu kamarku yang tak terkunci dan langsung terbaring memeluk boneka beruang berwarna pink berukuran besar pemberian darinya saat ulang tahunku. Akupun menangis dalam pelukku. Air mataku tumpah tak terkira, sesak didadaku masih saja terasa. Aku memeluk boneka itu erat, masih saja aku menangis hingga aku tertidur dengan sendirinya.
Malamnya aku menemukannya tepat dipinggir kasurku, sedang duduk membangunkanku. Aku masih
terbaring dengan seragam sekolahku sambil memeluk boneka pemberiannya. Entah bagaimana dia bisa berada dikamarku, mungkin Bibi Ronah yang menyuruhnya masuk dan membangunkanku. Dia terus menepuk pelan lenganku sambil berkata “ges , bangun ges .. udah malem .. geges bangun ayo makan.”
Sempat sedikit tersadar mendengar ucapannya hingga aku berusaha membuka mataku perlahan.
“gegeess banguun .. “ Ucapnya sambil memainkan boneka kecil yang menutupi wajahnya.
“iih apa si ..” Sahutku sambil melempar boneka berukuran besar kepadanya.
Akupun duduk bersandar sambil menatapnya.
“ih kenapa coba ? kenapa tuh matanya ?” Tanyanya.
Akupun teringat kalau tadi aku menangis, akupun langsung turun dari kasur tanpa menjawab tanyanya. Aku berlari ke kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaianku.
“mandi .. mandi .. abis itu kita makan.” Teriaknya dari dalam kamarku.
Aku tak memperdulikan ucapannya, rasanya hatiku kesal dan tak ingin bersamanya untuk malam ini. Tapi mau bagaimana, dia sudah berada dikamarku dan menunggu- ku. Aku berusaha mengendalikan rasa kesalku. Dengan menggunakan baju mandi, ku langkahkan kakiku keluar kamar mandi untuk mengambil pakaian dilemari. Kutemui dia sedang berbaring dikasur sambil bermain game di handphone- nya. Aku kembali ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Aku hanya menggunakan celana jeans dan kaos polos yang akan aku lapisi dengan jaket merah yang sama dengan yang dikenakan Reska. Ya, kami memang membelinya bersama dan mengingin- kan model yang sama.
Setelah selesai aku hanya duduk dipinggir kasur sambil mengumpatkan tanganku di saku jaket, aku tak menyapanya atau berbicara padanya. Akhirnya kita keluar dengan berjalan kaki dipinggir trotoar, tak begitu jauh dari rumahku. Aku masih tetap diam dengan meng- gantungkan tanganku disaku jaket dan dia masih asik dengan game di handphone-nya.
Tak lama dia menyudahi permainannya dan mulai mengeluarkan suara untuk bertanya padaku. Sudah ku tebak dia masih akan bertanya tentang mataku yang terlihat seperti habis menangis.
“kenapa sih ?” Tanyanya.
“kita mau makan apa ?” Tanyaku.
"hey.. Gue kan nanya. Lo kenapa ? Lo nangis kenapa ?" Tanyanya lagi.
"gue ngga akan jawab. Gue sama sekali ngga mau ngebahas ini." Jelasku.
"okey. Tapi nanti kalo udah tenang, cerita ya." pintanya.
Aku tetap tak berkata jujur padanya, sampai akhirnya kita berhenti di salah satu gerobak dipinggir jalan, yaitu gerobak ketoprak. Yaa .. malam ini kita makan ketoprak di pinggir jalan yang tak jauh dari perumahanku. Disitu aku masih tetap terdiam, menikmati makan malam ku meski tak senikmat malam-malam yang lalu.
Tiba-tiba saja langit menggelap, mendung dan terdengar suara gemuruh, kilat juga mulai menyambar. Dia mengajakku pulang. Dengan berlari pelan, aku dan dia menutupi kepala dengan jaket miliknya karena rintik hujan mulai turun. Sementara hujan semakin deras, kita memutuskan untuk meneduh dibawah pohon dengan tetap melindungi kepala dengan jaket. Aku memeluk tubuhku yang terasa dingin, Reska tetap memegangi jaket untuk menutupi kepala.
“ges .. lepas jaket lo deh..” ucapnya yang membuatku menatapnya, dan dia pun menatapku.
Aku merasa kalau dirinya juga merasa dingin dan aku menurutinya. Dia menaruh jaketnya di punggungnya dan mengambil jaketku untuk dipakaikan dikepalaku.
“lo tunggu sini ya .. gue tinggal sebentar. Inget ! tunggu! Jangan ngilang.” Ucapnya padaku dan langsung berlari ketengah jalan.
Aku melihanya, dia berlari menghampiri perempuan di seberang jalan yang juga sedang berteduh sambil memegang kantong plastik hitam. Saat berjalan untuk mengantar perempuan itu, Reska sempat melihat ke arahku dan aku hanya membalasnya dengan tatapanku. Aku mengenal perempuan itu, dialah pujaan hati
Reska yang belum sempat saja Reska mengungkap- kannya.
Seolah hujan dimalam ini mewakili perasaanku. Sambil menatap kepergiaannya, perlahan ku langkahkan kaki. Jaket yang kupegang terlepas dan jatuh kejalan. Diriku basah dengan air hujan. Sambil tersenyum sinis aku meneteskan air mata. Air mata yang tak terlihat karna menyatu dengan hujan. Sama seperti sakit yang aku rasa, karna hatiku yang terluka dan tak pernah terlihat olehnya.
Sangat sangat sakit terasa, aku tersungkur sambil menutupi wajahku sampai puas ku menangis dan kuputuskan untuk menginggalkan jaketku dijalan itu. Aku berjalan kembali kerumah, kembali memasuki kamar kecilku, kembali terbaring di tempat tidurku sambil memeluk boneka terbesarku, tanpa mengganti pakaianku yang basah karena hujan.
Flashback off
Saat ini aku masih duduk ditepi danau sambil memainkan gitarku dan bernyanyi.
“lihat aku disini , Kau lukai hati dan perasaan ini , tapi entah mengapa aku bisa memberikan maaf padamu .. Mungkin karena , Cinta .. Kepadamu tulus dari dasar hatiku, Mungkin karena , Aku.. Berharap kau dapat mengerti cintaku .. Lihat aku di sini , bertahan walau kau sering menyakiti , hingga air mataku Tak dapat menetes dan habis terurai .. Meski kau terus sakiti aku cinta ini akan selalu memaafkan .. dan aku percaya nanti engkau mengerti bila cintaku takkan mati ..” Laury sing. (song : rama_Bertahan)
Lagu itu seperti menggambarkan diriku, aku tak kuasa menahan air mataku hingga ia pun menetes membasahi pipi ku. Hanya dia yang kini ada dalam fikiranku, sedang apa ? dimana dan bersama dengan siapa ?. Mengapa ia berubah dan tak lagi temaniku disini , ada rasa cemburu dalam hatiku. Kenapa aku yang telah lama mengenalnya kini tersingkirkan oleh orang lain yang baru dikenalnya.
Hari sudah larut, aku putuskan untuk menutup hari ini dengan mimpi indah dalam tidurku. Ku langkahkan kaki ku menuju rumah dengan membawa gitar tua yang setia menemaniku.
.
.
.
Bersambung . . .
Amanda Rawles as Laury / Geges