Menceritakan tentang Rere yang hidup nya menjadi gelap karena di ceraikan setelah malam pertama nya.
Di saat itu Rere yang di ceraikan dan di buang ke rumah pelacuran tak sengaja di hadapkan dengan Edward salah satu VIP yang membayar nya dengan mahal.
Dengan gila nya Rere menawarkan kesepakatan kepada Edward.
"Bawa aku keluar dari tempat ini, aku janji akan menjadi apapun yang kamu mau"
Mampukah Rere menaklukan Edward yang sangat dingin dan galak? penasaran lanjutan nya langsung baca ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilam nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20. Perasaan yang semakin hadir.
Edward kembali dan Rere yang melihat Edward langsung memeluk pria itu tanpa mengatakan apapun.
Mendapatkan pelukan Edward tentu saja kaget, dan tak hanya itu dia mendengar suara isakkan tangis Rere.
"Apa kau menangis karena mengingat mereka? Jika iya aku minta maaf karena telah mengingatkan luka masa lalu mu" Kata Edward membuka suaranya.
Rere tak menjawab dan hanya diam, hingga tiba-tiba Edward melepaskan pelukan nya.
"Sudah sangat malam, pergilah ke kamar mu" Ucap Edward.
Rere menatap mata Edward lalu di berbalik berniat pergi, tapi belum sampai dia pergi Rere tiba-tiba menghentikan langkah kaki nya.
"Makasih" Ucap Rere melirik ke arah Edward.
"Tidurlah" Balas Edward yang langsung melengos pergi.
Rere melihat Edward yang naik tangga, Melihat itu seutas senyum nampak terukir di wajah Rere.
Kini Rere rasa pemikiran nya tentang Edward tidak lah benar, Edward tidak jahat karena di balik sikap dingin nya dan hanya menjadikan nya teman ranjang Edward memiliki sikap perhatian tersembunyi.
Rere pun akhirnya kembali ke kamar nya, dan saat di kamar Rere yang semula menangis dia melihat di cermin dimana wajah nya sembab karena banyak menangis.
"Aku tidak boleh lemah, aku harus bisa bangkit dari masa lalu ku" Gumam Rere sambil melihat wajahnya.
Dan setelah itu Rere pun akhirnya memilih ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, lalu berbaring dan mulai tidur karena malam sudah semakin larut.
Pagi harinya..
Rere bangun pagi-pagi sekali, dia membantu Bibi memasak makanan untuk sarapan pagi ini.
"Tuan sudah bangun bi?" Tanya Rere.
"Seperti nya belum non, coba non cek aja takut nya tuan kesiangan" Balas Bibi lagi.
Rere mengangguk, dia rasa tak ada salahnya jika dia membangunkan Edward.
Rere berjalan ke arah tangga, dan saat sampai di depan pintu kamar Edward Rere langsung mengetuk pintu.
Tok..tok..
"Tuan" Panggil Rere.
Tapi tak ada jawaban, Rere yang baru menunggu beberapa menit kembali mengetuk pintu lagi.
Dan kembali tak mendapatkan jawaban dari dalam kamar, membuat Rere terpikir untuk membuka pintu saja.
Ceklek..
"Ternyata pintu nya nggak di kunci " Gumam Rere yang mengintip ke dalam kamar.
Dan saat Rere baru masuk tiba-tiba saja Rere melihat pintu kamar mandi terbuka, dan terlihat Edward yang keluar dari kamar mandi dengan pinggang yang terlilit handuk.
Rere menundukkan wajahnya melihat itu, jantung nya berdebar karena melihat pemandangan yang membuat nya salah tingkah.
"Ada apa?" Tanya Edward.
"Maaf tuan, saya sudah lancang masuk ke kamar anda, saya hanya ingin membangunkan tuan" Jelas Rere dengan wajah yang masih menunduk.
Melihat itu Edward menaikan sebelah alisnya dan melihat ke arah Rere.
Rere yang semakin gugup berniat pergi saja, tapi di tahan oleh suara Edward.
"Ambilkan aku baju kerja" Kata Edward.
"Warna apa tuan?" Tanya Rere gugup.
"Terserah" Balas Edward yang malah duduk dan mengecek ponsel nya.
Rere semakin tak karuan saat melihat pria itu duduk, Rere rasa si joni mungkin sedang terjepit oleh kedua paha.
"Astaga Rere, apa yang kamu pikirkan" Batin Rere dalam hatinya berusaha membuang jauh pemikiran kotor nya.
Dia memilih bergegas memilihkan pakaian kerja untuk Edward, dan setelah itu Rere pun menyimpan di atas ranjang.
"Sudah tuan" Ucap Rere.
"Boxer nya?" Tanya Edward.
Wajah Rere memerah mendengar kain yang biasanya di pakai untuk menutupi bagian sensitif pria.
Mau tak mau Rere pun akhirnya memilihkan dan Rere memilih boxer loreng macan untuk Edward.
"Sudah tuan, kalau begitu saya akan kembali ke bawah dulu" Rere kembali berniat pergi.
Tapi lagi-lagi Edward menahan nya lagi.
"Kenapa buru-buru sekali, tunggu di sini pekerjaan mu masih banyak" Ucap Edward sambil memakai boxer dan celana nya di depan Rere.
Hal itu tentu saja membuat Rere semakin salah tingkah, Rere bahkan sampai membuang wajahnya ke samping karena malu.
Tapi tidak dengan Edward yang memang sengaja memakai pakaian di depan Rere.
"Bantu aku" Lanjut Edward lagi.
Rere pun mendekat dengan perasaan gugup nya, padahal ini bukan pertama kalinya Rere melihat Edward berpakaian.
"Apa yang harus saya lakukan tuan?" Tanya Rere tanpa melihat ke wajah Edward.
"Bantu aku mengancingkan kemeja ku" Ucap Edward.
Rere tak menjawab tapi dia langsung menuruti permintaan Edward.
Mata Edward nampak melihat ke arah Rere yang sibuk mengancingkan baju nya, hingga akhirnya Rere mendongak dan..
Awww!
Edward memegang hidung nya yang terasa sakit karena kepala Rere.
"Maaf tuan, maaf" Rere memegang hidung Edward dan melihat hidung pria itu yang memerah.
Wajah cemas Rere sontak menjadi sorotan Edward sekarang, pria itu nampak menghangat melihat perhatian Rere padanya.
Rere nampak masih cemas karena itu ulah nya, lain dengan Edward yang salah fokus dengan bibir Rere yang terlihat menggemaskan saat khawatir seperti ini.
Tanpa aba-aba Edward tiba-tiba langsung mencium bibir Rere.
Hemph..
Keduanya berciuman untuk beberapa saat hingga akhirnya Rere kehabisan oksigen dan mendorong gada Edward.
"Sudah siang, tuan" Ucap Rere malu.
"Hem, pergilah jangan lupa kamu harus menemani ku sarapan" Kata Edward.
Rere hanya mengangguk lalu pergi keluar dari kamar Edward dengan jantung yang berdebar-debar.
"Oh jantung ku, aku rasa sudah benar-benar jatuh cinta. apakah secepat itu aku mencintai nya?" Gumam Rere bertanya-tanya.
Tapi semakin Rere bertanya-tanya semakin dia meyakini jika perasaan nya bukan hanya sekedar suka atau kagum, tapi ini adalah cinta yang tulus dari nya.
****
Di sisi lain Andre nampak sedang pergi ke salah satu restoran untuk bertemu dengan wanita nya.
Sesampainya di restoran Andre langsung keluar dan mencari tempat duduk yang pas untuk pertemuan nya dengan Zeck.
"Kau dimana?" Tanya Andre.
"Aku ada di belakang mu" Balas Zeck.
Dan benar saja saat Andre melihat ke belakang dia melihat Zeck dan seorang wanita cantik, yaitu Vanes.
Vanes yang pertama kali bertemu Andre nampak malas, dia kini tahu wajah pria bajingggan yang telah menjual teman nya.
"Aneh, kenapa juga Rere bisa tergoda dengan pria seperti ini aku bahkan ragu jika dia adalah pria sejati, tampilan nya saja terlihat seperti cupu" Batin Vanes yang mengejek Andre di dalam hatinya.
Menurutnya Zeck jauh lebih segalanya dari Andre, bahkan rudal nya pun tak akan kalah jauh lebih besar dari Andre.
"Hihi pasti sangat mungil dan imut" Batin Vanes lagi tertawa geli.
Andre melihat Vanes yang terlihat sepeti mengamatinya, dia tahu pesona nya begitu tampan sampai wanita Zeck pun terpesona dengan nya.
"Ada apa?" Tanya Zeck to the point.
"Seusai yang aku katakan, aku butuh bantuan mu" Kata Andre menjelaskan.
"Bantuan? Kau tahu aku bukan?" Zeck melirik dingin.
Andre mengeluarkan cek sebesar 1M dan membuat Vanes yang melihat itu sedikit membuka bibirnya karena melihat cek dengan nominal yang besar.
Zeck melihat nominal nya, lalu menyalakan roko nya dengan santai.
"Ini tidak seberapa, kau ingin aku membunuh seseorang dan bayaran mu hanya ini?" Zeck nampak menyepelekan bayaran yang Andre tawarkan padanya.
Andre menggertakan giginya menahan kesal dan mencoba tersenyum sinis.
"Aku juga akan memberikan barang bagus untuk bisnis mu, tiga wanita cantik bagaimana?" Andre memberikan penawaran lagi.
"Deal" Tanpa berpikir panjang Zeck langsung setuju.
Zeck akan membangun bisnisnya lagi, dia tidak akan stop dalam bisnis ini karena menurutnya sangat menguntungkan.
Dan di saat keduanya sedang membicarakan rencana pembunuhan tanpa keduanya sadari Vanes yang sedari tadi menyimak nampak merekam semua nya.
Dia akan menjadikan semua percakapan itu sebagai barang bukti untuk melengkapi bukti kejahatan Zeck dan Andre yang telah dia kumpulkan sebelumnya.
Setelah lama mengobrol mereka langsung makan, dan selama makan Andre nampak tertarik dengan Vanes yang menurutnya cantik.
"Apa aku boleh bermain dengan wanita mu?" Tanya Andre tiba-tiba.
"Sayang" Vanes yang bergelayut manja pada Zeck sontak memberikan respon cepat jika dia tidak mau.
Tapi lain dengan Zeck yang malah mendorong Vanes ke pelukan Andre.
"Pakai lah, tubuhnya sangat sexy dan dia pandai membuat pria puas" Kata Zeck dengan mata yang melihat kearah Vanes.
"Sayang, aku nggak mau" Vanes merengek berharap pria yang dia cintai itu tak akan tega padanya.
Tapi tentu saja Zeck adalah Zeck, dan tidak akan ada kata sayang untuk Zeck terhadap wanita manapun termasuk Vanes yang selalu dia anggap emas.
Baginya semuanya sama meski dia sedikit memberikan perhatian besar pada Vanes yang lebih paham cara memuaskan pria, dan pelayanan Vanes yang terbaik di antara yang lain.
"Ayo sayang, kita pesta sexxx seharian" Ucap Andre sambil mencium Vanes di depan Zeck.
❤❤❤ ❤❤❤❤
jd miris punya suami yg gk punya perasaan gt😭😭