Siapakah gadis kampung bernama Lily ini, sehingga Eko Barata memberikan syarat kepada tiga puteranya? Untuk mendapatkan hak waris kekayaan Barata, salah satu dari mereka harus berhasil menikahi Lily.
"Ingat! Papa tidak akan memberikan kalian warisan jika salah satu dari kalian tidak bisa menikahi Lily, camkan itu!" kata Eko Barata tegas.
Syarat yang diberikan Eko Barata terdengar konyol bagi banyak orang. Mereka menganggap Lily tidak pantas menjadi menantu keluarga Barata. Namun, ketika satu per satu kemampuan hebat Lily terungkap, dia berhasil membungkam semua mulut yang menyepelekannya.
Siapa sebenarnya Lily, dan apa rahasia di balik kehebatannya? Temukan jawabannya dalam "Lily: Rahasia Gadis Kampung".
Selamat membaca ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Bagas tersenyum sinis, mengusap wajahnya, dan dengan nada penuh ejekan, berkata, "Ha ha ha, Agam... Agam, semakin aku melihatmu, semakin penasaran aku dengan seperti apa rasanya wanita secantik dia jika menjadi milikku, duduk di atas pangkuanku, pasti dia..."
BBBUUGGHH
BBBUUUGGGHHH
BBBUUUGHH
Keadaan semakin tegang, dengan konflik yang semakin memuncak antara mereka.
Pukulan bertubi-tubi di berikan Agam kepada Bagas, hingga darah bercucuran di wajah Bagas. Beberapa yang melihat itu segera berlari dan melerai mereka.
"Jaga ucapanmu dan Jangan pernah bermimpi!!" ucap Agam kemudian menarik tangan Lily meninggalkan tempat tersebut.
Lily mengikuti langkah Agam, dia meraih ponselnya dan meminta Ferdi menyiapkan pemakaman Nenek Ina di kampung halamannya.
Bagas melihat itu tersenyum devil. Tapi ada satu hal yang membuatnya bingung. Kematian Nenek Ina sangat mencurigakan, dia tidak tahu siapa yang berani memberikan dosis obat yang tinggi untuknya, pasien yang baru saja telah menjalani operasi.
Kejadian itu benar, bukan Bagas yang melakukannya.
"Apa mungkin...."
...----------------...
Di kediaman Barata.
Tiga Hari masa berkabung atas kematian Nenek Ina dan hanya Lily dan Agam yang mengetahui hal tersebut. Keluarga Barata hanya tahu Lily sedang sibuk bersama Agam tapi yang benarnya adalah, mereka mengurus pemakaman Nenek Ina di kampung. Walau Agam tidak bisa mengantar Lily ke kampung halamannya karena hal mendesak di perusahaan, Lily merasa tenang ada Agam yang peduli dengannya.
Esok hari, Lily bersama Agam memasuki kediaman Barata sepulang kerja. Langkah mereka berdua terhenti karena mendengar suara tawa Sera dan Nyonya Helsi saat ini sedang berbincang. Agam memegang pundak Lily untuk tidak peduli. Agam meminta Lily segera kembali ke kamarnya tapi Nyonya Helsi melihat mereka dari jauh memanggil Agam terlebih dulu, lalu meminta pelayan memanggil nama Lily untuk ikut bergabung.
Sera datang dengan gaun yang sederhana bahkan saat ini Sera terlihat begitu menyedihkan. Dia menjelaskan bahwa Sera sadar dengan kejahatannya selama ini dan akhirnya dia bersama dengan keluarganya sudah menerima akibatnya. Hidup mereka miskin karena krisis perusahaan yang terjadi beberapa hari yang lalu, karena ulah perusahaan QWERTY.
"Agam, sini duduk di dekat mama," ucap Nyonya Helsi.
Lily mendengar itu ingin meninggalkan ruangan tapi Sera mulai berusaha membuat Lily tetap berada di ruangan untuk melancarkan rencananya. Sera menggunakan sikap lemah, lembut dan tidak berdaya kali ini untuk membuat mereka kasian kepadanya.
"Lily, aku tahu, aku salah. Karena itu aku minta maaf..."
"Kalau kau pergi saat ini, sama saja kau tidak menghargai kudapan buatan Bibi," jelas Sera kembali dengan menatap Nyonya Helsi sendu.
Nyonya Helsi menjelaskan jika Lily memang tidak memiliki tata krama yang bagus, karena dia sudah susah payah membuat kudapan saat itu, dia tidak ingin mencicipinya bahkan dia ingin pergi begitu saja. Lily masih terdiam, tapi dalam keadaan terpaksa dia kemudian ikut duduk bersebelahan dengan Agam membuat Sera mengumpat di dalam hati.
"Untuk apa kau datang?" tanya Agam datar.
"Agam, aku hanya ingin bertemu Bibi, aku ingin berkunjung karena merindukannya, kau tahu sendiri kalau Bibi itu sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri," jelas Sera dengan wajah yang menyedihkan.
Nyonya Helsi kemudian mengusap tangan Sera dan menjelaskan jika Sera bebas datang berkunjung di kediaman Barata karena dia sudah dianggap sebagai keluarga Barata sendiri. Nyonya Helsi menjelaskan jika saat ini suaminya Eko Barata sedang berada di negara lain untuk bisnisnya, Bagas sibuk dan Daren juga sedang sibuk, dia merasa sendiri, hanya Sera satu-satunya yang bisa bersama dengan Helsi untuk saling berbagi dan menghibur.
Sera tersenyum, dia kemudian meletakkan makanan di hadapan Helsi, dan memintanya untuk mencicipinya karena jika kudapan dingin, sudah terasa tidak nikmat lagi.
"Kau memang pengertian," ucap Helsi.
Lily melihat itu sangat merasa mual, dia tidak mengerti semua orang masih belum bisa melihat kedok yang di perlihatkan Sera.
"Gam, apakah kau tidak ingin mempertimbangkan untuk menjalin hubungan dengan Sera? Dia sangat baik dan mama menyukainya," jelas Helsi dengan tersenyum.
"Bibi, apa yang Bibi katakan," ucap Sera dengan tersenyum malu dengan suara yang manja.
"Sera, sejak kecil Bibi sudah menjodohkanmu dengan Agam, kalian terlihat serasi, bagaimana mungkin Agam tidak menyukaimu setelah kalian bersama selama ini, sejak kecil," jelas Helsi.
Lily memutar bola matanya malas, dia hanya memainkan ponselnya. Tiba-tiba Agam menghembuskan nafasnya berat.
"Aku sudah menyukai wanita lain," ucap Agam.
"Jangan bilang kau menyukai Lily," tanya Helsi sengit.
Agam mendengar itu pun kemudian menggenggam tangan Lily. Dia tersenyum dan membenarkan jika wanita yang disukainya adalah Lily. Wanita yang berada di hatinya.
"Agam! Kau tidak boleh menyukainya!" ucap Helsi dengan penuh amarah.
"Kenapa, Ma?"
"Kalau Mama bilang tidak boleh, Ya tidak boleh!!!"
"Kalau kau tidak suka Sera, kau juga tidak harus menyukai Lily," timpal Nyonya Helsi kembali dengan penuh amarah.
Lily sudah tidak tahan lagi dengan keadaan itu, dia segera meninggalkan ruangan dan disusul oleh Agam yang mengejarnya, dia berusaha untuk membuat Lily mengerti jika Helsi masih butuh waktu untuk ditaklukkan tapi dia yakin, nantinya Helsi akan menerima Lily, saat dia tahu bahwa Lily adalah wanita yang baik-baik.
Malam hari, Agam bersiap untuk tertidur, tiba-tiba Nyonya Helsi masuk ke dalam kamar Agam dengan membawa sebuah nampan yang berisi kudapan dan juga susu untuk Agam.
Dia tersenyum seperti biasa dan kembali mengingatkan jika diantara ketiga anaknya Agam yang sering sendiri, karena itu Nyonya Helsi mendekatinya di waktu malam sebelum tidur untuk bercerita, mendengarkan keluh kesahnya, sambil minum susu dan makan kudapan buatan Helsi.
"Iya Ma, itu dulu. Saat ini Agam sudah dewasa, tidak butuh seperti ini lagi, mama bisa berdiskusi apapun kecuali tentang rencana Mama menjodohkan aku dengan Sera," ucap Agam.
"Agam, kenapa kau tidak mengerti?"
"Apakah kau pernah melihat Mama marah seperti ini jika membahas Lily? Sebelum dia hadir aku benar-benar bisa menerima apapun perlakuan kalian, keinginan kalian tanpa pernah protes tapi Lily berbeda, karena..."
"Karena?"
Dengan penuh amarah, Helsi menjelaskan jika dulu Eko Barata memiliki cinta pertama dan cinta pertama dalam hidupnya adalah ibunya Lily. Bahkan Helsi mengatakan jika dia merasa curiga Lily adalah adik tiri dari Agam.
"Mama, apa yang Mama katakan?!" tanya Agam dengan sedikit syok mendengar ucapan itu.
Helsi menangis sesegukan dengan amarah yang sangat membara.
"Kenapa tidak mungkin Gam? Kau bisa lihat keras kepala Lily mirip dengan keras kepala Papa mu. Saat itu Mama sedang mengandung Daren, dan Papa mu menghilang selama enam bulan, selama itu tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya Papa mu lakukan di luar sana."
"Tapi Ma. Itu tidak bisa menjadi bukti bahwa Lily adalah adik tiriku."