NovelToon NovelToon
Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:33.9k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

"Patah hati yang menyakitkan itu, ketika kita menunggu ketidakpastian."

(Sinta Putri Adam)

---------------------------------------------------------------------------

Tidak ada cinta. Namun, anehnya ku sematkan dia di setiap doa ku.
Lucu bukan? tapi itulah kenyataannya.

Enam tahun, ku jaga hati untuk dia yang dulu datang dengan janji manis. Memberikan sepucuk surat cinta dan cincin sebagai tanda ikatan. Hingga hari, di mana berjalan dengan cepat, kami bertemu. Namun, enam jam aku menunggu seperti orang bodoh, dia tidak datang. Jika sudah begini kemana harapan itu pergi. Aku kecewa, sakit, dan merasa bodoh.

"Aku membenci mu Muhamad Farel Al-hakim."

"Aku membencimu."

Ikutin kisahnya yuk hu...

IG: Rahma Qolayuby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Manja

Semenjak kembali dari taman. Wajah Farel tak bersahabat. Bahkan Farel hanya diam saja dengan wajah muram. Farel masih kesal dengan kejadian tadi. Ternyata benar apa yang pernah di dengar Farel. Jika Sinta dekat dengan seseorang.

"Ternyata dokter, itu?"

Batin Farel sebal. Mengingat dokter Rafael juga sangat tampan. Terkesan dewasa dan juga sopan. Tak bisa menjabarkan bagaimana kekesalan Farel sat ini. Mood nya benar-benar hancur sekarang.

Sinta sendiri bingung harus bersikap seperti apa. Sejak kejadian di taman Farel banyak diam. Sinta jadi bingung sendiri. Apalagi Farel tak mengatakan apapun.

"Apa dia, marah?"

Gumam Sinta mengerutkan kening, berpikir. Jika di ingat-ingat perasaan Sinta tak melakukan kesalahan apapun. Wajar bukan apa yang Sinta lakukan ketika bertemu seniornya sendiri.

Lebih baik Sinta meninggalkan Farel istirahat saja dari pada membuat mood Farel semakin buruk. Sudah membereskan alat-alat Sinta menghampiri Farel.

"Anda istirahat lah, saya akan keluar dulu."

"Kamu mau menemui dokter, itu?"

Tuding Farel membuat Sinta heran dengan apa yang Farel katakan.

"Maksud anda, apa? Menemui siapa?"

"Dokter tadi."

"Oh, maksud nya dokter Raf--"

"Jangan sebut namanya. Saya tak suka."

Ketus Farel membuat Sinta melongo. Sinta mereka heran kenapa Farel bertingkah jadi aneh. Perasaan tadi baik-baik saja. Farel membaringkan tubuhnya membelakangi Sinta .

"Jangan kemana-mana. Tetap di Sini. Saya tak ridho kamu keluar dari ruangan saya."

Ujar Farel membuat Sinta tercengang. Bahkan mulut Sinta menganga menatap punggung Farel heran. Ingin membantah tapi Sinta tak tahu harus bicara apa. Sinta cukup terkejut dan heran dengan apa yang Farel lakukan.

Bahkan melarang Sinta keluar. Tadi bilang apa ' tak ridho' Sinta menggelengkan kepala tak mengerti. Emang siapa Farel bilang tak Ridho'. Sinta seperti seorang istri yang di hukum.

"Apa masalahnya, kenapa dia jadi marah-marah."

Gumam Sinta menghela nafas pelan. Sinta kembali duduk di sofa sana. Sambil melipat kedua tangan di dada. Sinta menatap punggung Farel datar. Sinta terpaksa duduk kembali karena takut Farel berbuat sesuatu. Jika Farel marah, suka aneh-aneh.

Walau kesal, Sinta tetap diam menemani Farel istirahat.

Entah bodoh atau bagaimana? Sinta tak bisa mendeskripsikan sikap Farel. Bagi Sinta, Farel sangat aneh. Farel nyatanya cemburu. Ya, cemburu dengan interaksi Sinta dan dokter Rafael. Interaksi mereka seperti orang yang sangat dekat. Tak ada rasa canggung dan kaku.

"Tuan?"

Panggil Sinta, tapi tak ada respon sama sekali. Sinta bangkit dari duduknya mendekat pada Farel.

"Ternyata sudah tidur."

Gumam Sinta melihat Farel sudah tidur. Padahal tadi ngomel-ngomel tak jelas. Sinta dengan penuh perhatian menarik selimut sampai dada Farel agar Farel merasa nyaman dalam tidurnya.

Sinta kembali duduk di sofa sana. Kenapa juga Sinta harus menurut.

Tanpa Sinta sadari, Farel nyatanya belum sepenuhnya tidur. Farel tersenyum akan perhatian Sinta yang menyelimutinya. Bahkan Farel sangat bahagia tatkala Sinta mau menunggunya . Farel pikir Sinta tak peduli dan meninggalkannya. Farel merasa jika Sinta masih peduli padanya.

Kali ini, Farel benar-benar terlelap merasa hatinya tenang.

..

Sore harinya, perawat Fitri masuk membawakan makanan untuk Farel.

"Suttt!"

Isyarat Farel agar perawat Fitri tidak bicara sama sekali. Perawat Fitri merasa heran dengan tingkah Farel. Hingga perawat Fitri mengikuti arah pandang Farel.

Deg!

Perawat Fitri terkejut mendapati dokter Sinta yang sedang tertidur dengan buku catatan di tangannya. Perawat Fitri terheran kenapa bisa Sinta tidur di sini bahkan Farel sendiri tak masalah. Namun, yang menjadi masalah adalah sikap aneh Farel terhadap Sinta. Farel terlihat senyum, sungguh sangat menakutkan di mata Perawat Fitri.

Jika orang lain mungkin akan terpesona oleh senyuman Farel. Tidak dengan perawat Fitri yang malah bergidik ngeri. Bagi perawat Fitri senyuman Farel sangat menakutkan.

"Tu--"

"Letakan di situ, kau cepat keluar."

Usir Farel dengan nada ketus seperti biasanya. Membuat perawat Fitri kesal. Perawat Fitri benar-benar tak menyukai sikap Farel. Jika ingin memilih, perawat Fitri tidak mau mengurusi Farel tapi dokter Marsel memilih perawat Fitri membantu dokter Sinta.

Dengan jengkel, perawat Fitri pergi sambil hati menggerutu akan sikap Farel. Walau sejujurnya perawan Fitri penasaran dengan hubungan mereka. Semenjak dokter Sinta merawat Farel. Tuan tempramen itu tidak banyak marah-marah. Bahkan terkesan penurut.

Setelah perawat Fitri keluar Farel merasa lega. Farel tak ingin kehadiran perawat Fitri menggangu tidur Sinta.

Farel sebenarnya dari siang tidak tidur. Farel hanya pura-pura tidur saja. Tapi, siapa sangka. Malah Sinta yang ketiduran. Pekerjaan mungkin membuat Sinta kelelahan.

Farel masih menikmati wajah tenang Sinta yang terlelap. Bahkan membiarkan makanan yang perawan Fitri bawa. Bagi Farel wajah Sinta sayang jika di biarkan.

Farel bahkan senyum-senyum sendiri bak orang gila. Namun, senyum Farel seketika pudar berganti menegang melihat Sinta akan jatuh. Hampir saja Farel akan turun dari ranjang. Namun, ia sadar jika kakinya sakit.

Perlahan mata Sinta mengerjap. Membuka kedua matanya. Sinta sedikit pusing. Buru-buru Farel pura-pura tertidur.

Sinta menatap Farel yang masih tertidur. Dengan cepat Sinta bergegas ke kamar mandi guna mencuci mukanya agar kembali segar.

"Kapan perawat Fitri datang? kenapa tidak membangunkan saya?"

Gumam Sinta melihat sudah ada makanan di atas nakas. Tatapan Sinta beralih pada Farel yang memejamkan mata.

"Harusnya, dia sudah bangun. Waktunya makan dan minum obat."

Tapi Sinta tak berani membangunkan Farel. Sinta pikir Farel kecapean dan butuh istirahat banyak. Karena tak mau menggangu Farel. Sinta kembali duduk di sofa sana.

Belum juga Sinta mendaratkan bokongnya di atas sofa. Sinta kembali berdiri tatkala mendengar lenguhan Farel.

Nyatanya Farel pura-pura bangun tidur. Mengucek kedua matanya berusaha bangun.

"Anda sudah bangun?"

Farel pura-pura terkejut namun tetap diam saat Sinta membantunya duduk.

"Waktu nya makan dan minum obat."

Sinta mengambil makanan yang di bawa perawat Fitri. Memindahkannya ke meja makan khusus pasien.

"Tidak mau."

"Anda harus makan, jangan membantah."

"Saya bosan makan itu terus. Rasanya perut saya mual melihatnya saja."

Sinta menghela nafas berat. Farel mulai lagi bertingkah menjengkelkan. Seperti nya Sinta harus ekstra sabar.

"Baiklah, saya akan pergi mengganti makanan ini. Tapi harus di makan ya?"

"Tidak boleh. Kamu tetap di sini."

Sinta mulai geram pada Farel. Apa sebenarnya mau Farel. Di tinggal tidur gak boleh. Sekarang di tinggal mau mengganti makan juga gak boleh. Lama-lama Sinta pusing sendiri. Sinta bukan istri Farel yang harus terus berada di ruangan Farel.

"Jika saya tetap di sini. Berarti anda harus makan makanan ini."

"Gak mau."

"Ya sudah, saya pergi--"

"Ya .. Ya ... saya makan."

Akhirnya Farel mengalah karena tak mau Sinta pergi.

"Suapin?"

Perintah Farel tak tahu malu. Sinta tercengang di buatnya. Sinta benar-benar heran dengan sikap Farel yang jadi manja.

Aaa ...

Mau tak mau Sinta menyuapi Farel. Walau hatinya kesal. Seharian ini Farel benar-benar menjengkelkan. Sinta seperti babu saja kalau begini.

Namun, mengingat tugasnya lagi. Sinta hanya bisa pasrah dan sabar. Yang penting Farel mau makan dan minum obat. Ini sudah keputusan Sinta yang akan menjaga Farel saat kedua orang tua Farel tak ada.

Sabar ... Sabar Sinta. Mukanya saja yang datar tapi sikapnya sangat manja.

Batin Sinta mencoba bersabar dengan segala tingkah Farel.

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

1
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
waah ...selamat ea . akhirnya nikah juga 🤗🤗
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak.🥰
total 1 replies
RithaMartinE
mampir kak 😊
Rahma Qolayuby: terimakasih kak, semoga suka sama ceritanya ya🥰
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
nama anak2nya sama dengan nama anak2 q, anak pertama q juga bernama Hanifa dan kedua Habiba
Yayuk Bunda Idza: aamiin ya rabbal aalamiin
Rahma Qolayuby: wah kebetulan sekali bunda🥰🥰 semoga jadi anak Sholehah, yang bikin bunda bangga
total 2 replies
Sumar Sutinah
Luar biasa
Sumar Sutinah
srmangat farel, dn bangkitlah mingkin takdirmu sekarang d pertemukan lg
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Sumar Sutinah
knp keluarga farrl g ada yg datang untuk sekedar minta maaf
Erni Fitriana
mampir
el- nick
ceritanya menarik
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak🥰🥰
total 1 replies
Jumi Saddah
bagus👍👍👍👍👍
Rahma Qolayuby
Hahaha ..🤫🤫
Jumi Saddah
setelah ini nda lgi drama2 an ya,,,
Jumi Saddah
baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,
nis_ma: kak maaf, ini kisahnya sambung-menyambung kah?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!