NovelToon NovelToon
To Be Your Mistress

To Be Your Mistress

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Pelakor / Angst / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: moonwul

Ketika ketertarikan yang dihiasi kebencian meledak menjadi satu malam yang tak terlupakan, sang duke mengusulkan solusi kepada seorang gadis yang pastinya tidak akan direstui untuk ia jadikan istri itu, menjadi wanita simpanannya.

Tampan, dingin, dan cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai penerus gelar Duke of Ainsworth juga grup perusahaan keluarganya, Simon Dominic-Ainsworth belum pernah bertemu dengan seorang wanita yang tidak mengaguminya–kecuali Olivia Poetri Aditomo.

Si cantik berambut coklat itu telah menjadi duri di sisinya sejak mereka bertemu, tetapi hanya dia yang dapat mengonsumsi pikirannya, yang tidak pernah dilakukan seorang wanita pun sebelumnya.

Jika Duke Simon membuat perasaannya salah diungkapkan menjadi sebuah obsesi dan hanya membuat Olivia menderita. Apakah pada akhirnya sang duke akan belajar cara mencinta atau sebelum datangnya saat itu, akankah Olivia melarikan diri darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonwul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20: Kamu Mengakui Kami Sebagai Pasangan

Lampu yang padam, suara bisikan dari para tamu mulai terdengar mempertanyakan apa yang tengah terjadi.

Olivia mengambil langkah mundur untuk melepaskan pelukan Paul. Memanfaatkan keadaan yang gelap, ia buru-buru menghapus air matanya.

"Olivia? Kamu ada di sana?" tanya Paul. Penglihatan semua orang benar-benar hitam pekat karena pemadam setiap cahaya yang ada di ballroom.

Olivia masih sibuk menghapus jejak tangisan di wajahnya dengan tangan kosong yang tentu saja membuatnya kesusahan.

"Olivia?" panggil Paul sekali lagi.

Olivia yang berada beberapa langkah dari pria itu hendak menjawabnya, namun kehadiran seseorang tepat di belakangnya membuat tubuh serasa membeku.

"Olivia..." bisik Simon tepat di telinganya. Sensasi udara hangat yang menyapu lembut sisi wajahnya membuat Olivia refleks menoleh.

Sungguh sebuah kesalahan karena gerakannya itu membuat bibir Simon menyentuh ujung hidungnya. Ia memudahkan rencana sang duke dengan membuat pria itu tidak sengaja mencium hidungnya.

Seakan terkena sengatan listrik, Olivia merasakan tubuhnya menjadi gemetar, dan jarak yang setipis helai rambut itu membuatnya dapat merasakan helaan napas Simon saat pria itu menarik bibirnya tuk tersenyum.

Masih dalam keadaan gelap gulita, dan Olivia pun tidak dapat melihat dengan jelas, namun entah bagaimana ia bisa membayangkan bagaimana wajah dan raut sang duke.

Dadanya naik turun dengan penuh antisipasi akan tindakan gila lain yang bisa saja dilakukan Simon.

Namun, setelah beberapa saat ia malah merasakan sosok pria itu meninggalkannya.

Tidak berselang lama dari itu, lampu-lampu pun kembali menyala. Ballroom yang sangat luas mulai terang kembali.

"Olivia! Aku kira kamu ke mana tadi." Paul bergegas menghampiri Olivia.

"Ah, benarkah?" tanya Olivia tergagap. Paul yang masih mengkhawatirkan dirinya berada tepat di hadapannya, namun tatapannya tertuju pada punggung tegap yang berjalan melewati para tamu yang memberi hormat dan salam padanya.

Ini sangat tidak adil. Dia telah menciumku, membuat waktuku seakan berhenti saat itu. Tapi, hatinya bukan milikku. Dia tidak akan pernah bisa menjadi milikku.

Olivia menghela samar. "Sudahlah, lupakan saja semuanya."

"Apa?" tanya Paul akibat suara gadis itu sangat kecil bak sebuah bisikan dari kejauhan.

Olivia menggeleng kecil dan tersenyum. "Memangnya aku bilang apa? Eh, ayo cari tempat strategis di depan, pestanya akan segera dimulai."

♧♧♧

Lantunan musik indah dari band orkestra yang biasa menjadi musik latar di setiap pesta yang keluarga Ainsworth gelar, kini berganti dengan band biasa.

Charlotte yang membuatnya begitu. Namun, band itu masih memiliki beberapa alat musik untuk melantunkan lagu-lagu klasik untuk berdansa.

Cara sang empunya pesta, yang berulang tahun, yang menyandang gelar wanita tunangan sang Duke of Ainsworth sangatlah meriah.

Sejak wanita cantik itu pertama kali menunjukkan dirinya ke pesta, gaun yang ia kenakan adalah pencuri perhatian yang paling hangat dibicarakan oleh para tamu.

"Charlotte, selamat ulang tahun, ya! Kamu cantik sekali, terutama gaunmu ini. Seksi tapi tetap berkelas, loh." Pujian lainnya dari salah seorang tamu yang datang menyapa.

Charlotte memberikan senyuman cantiknya pada orang itu dan membalas pujiannya dengan ucapan terima kasih.

Mini dress yang ia gunakan akan terlalu seksi untuk kalangan bangsawan, terutama karena tunangannya adalah salah seorang duke di Inggris.

Maka Charlotte pun meminta para desainer untuk menambahkan kain tule putih yang diatur sedemikian rupa untuk menutupi tubuhnya dengan tetap memiliki kesan transparan.

Charlotte berbalik dan menoleh pada sosok Simon yang tengah berbincang dengan seorang pimpinan salah salah satu perusahaan merek jam tangan termewah, ia menarik kedua sudut bibirnya tersenyum tipis dan berjalan menghampiri pria itu.

"Permisi, Tuan-Tuan. Saya pinjam tunangan saya sebentar, ya." Charlotte tersenyum pada ketiga orang yang juga bersama sang duke.

Mereka lantas tertawa dan mengatakan bahwa Simon memanglah miliknya jadi tidak perlu permisi.

Simon tertawa kecil dan berpamitan dengan ketiganya untuk mengikuti langkah Charlotte sedikit memisahkan diri dari para tamu.

"Kamu akan terus begini sepanjang malam?" tanya Charlotte serius.

Simon hanya menaikkan alisnya sebagai sebuah respons. Hal itu hanya membuat Charlotte emosi. Ia meraih kerah kemeja pria itu sehingga tampak oleh para tamu bahwa mereka tengah bermesraan, padahal sebaliknya.

Charlotte menatap Simon dengan tekad di kedua mata birunya. "Jadilah sebagaimana kamu biasanya, Simon. Bersikap profesional. Pertunangan kita memang hanya sebatas kesepakatan, tapi tidak seorang pun boleh mengetahuinya."

Simon menghela samar. "Baiklah. Kamu ingin saya melakukan apa?" tanyanya lembut.

"Entahlah. Kamu yang lebih tahu apa yang akan dilakukan pria yang dimabuk cinta." Suara Charlotte sedikit bergetar karena tersipu. "Pokoknya jangan mempermalukanku. Apalagi di pesta ulang tahunku sendiri."

Charlotte lantas berbalik dan berjalan pergi untuk kembali ke tengah ballroom dan melanjutkan rancangan pesta lainnya.

Simon mengikuti sang tunangan dan ketika mereka hampir berada di tengah-tengah sorotan utama lampu, ia menahan pergelangan tangan wanita itu dan menariknya mendekat.

Ia mencium bibir Charlotte di hadapan ratusan tamu undangan.

Hanya sebuah ciuman singkat namun berhasil membuat para tamu bersorak bahagia.

"Wah... mereka berdua terlihat mesra," komentar Paul. "Kapan kita bisa menyapa Charlotte kalau mereka akan terus bermesraan begitu?"

"Tunggu saja. Sebentar lagi kita sudah bisa menghadap mereka."

Paul menoleh pada Olivia sedikit kebingungan. "Begitu?"

"Hn. Nah, itu, mereka sudah tidak berdekatan lagi." Olivia menunjuk ke arah mereka dengan gerakan kecil dari dagunya.

Paul diam sebentar lalu mengangguk kecil. "Hm, ayo." Ia menawarkan lengannya untuk digandeng Olivia. Gadis itu menerimanya dan mereka berjalan dengan senyuman di wajah masing-masing.

Charlotte menyadari kedatangan keduanya. Ia menyeringai untuk saat yang sangat singkat sebelum tersenyum lebar. "Wah, Paul Song! Aku tidak menyangka kamu benar-benar datang."

Paul tersenyum pada teman satu almamaternya itu. "Sebenarnya aku juga tidak menyangka bakal datang ke sini, sih. Tapi, apapun itu, selamat ya."

Charlotte tertawa. "Selamat untuk apa nih?"

Paul menggerakkan bahunya pelan, ia melirik ke arah Simon yang berada satu langkah di belakang Charlotte. "Untuk ulang tahun juga pertunanganmu tentu saja."

"Terima kasih, Paul." Charlotte berucap namun tatapannya tertuju pada Olivia yang hanya tersenyum canggung meski tengah bergandengan dengan Paul.

"Olivia?" panggil Charlotte.

Simon menaikkan alisnya, merasa tertarik akan perbincangan begitu nama gadis itu dipanggil oleh tunangannya.

"Iya?" tanya Olivia sedikit kebingungan.

Charlotte mengernyit. "Bukankah kamu akan memberi selamat padaku juga? Ini tujuan kamu datang ke sini, kan? Kamu mengakui bahwa aku dan Simon adalah pasangan yang akan melanjutkan sampai jenjang pernikahan."

...♧♧♧...

1
R. Danish D
..... Tetap Paul, persetan /Sob//Sob//Sob/
R. Danish D
heh mau apa lu, SIALAN!
R. Danish D
Thor, udh jadi 20 bab Terbaik belum?/Left Bah!/
R. Danish D
Begitulah bangsawan bukan? Jika harta kekayaan menjadi sesuatu hal yang tampak tak lagi menggugah selera maka menginjak-injak harga diri sesama manusia adalah jalan pintasnya.
R. Danish D
sengaja, sungguh sangat disengaja wahai nona biadab
R. Danish D
kenapa Charlotte yang emosi? jiir
R. Danish D
Dua insan, Olivia dan Paul bagiku dicerita ini seperti ditakdirkan bersama, mereka sama-sama berjuang dari penindasan Duke yang semena-mena, aku berharap ada scene cerita dimana mereka berdua saling menguatkan, saling merangkul dan berpelukan menghadapi cobaan yang Duke berikan, aku cuman mau Tindakan Duke menjadi batu loncatan bagi Paul supaya dia bisa menjadi lebih intim ke Olivia. Maksudku, Paul meski sebagai Second Lead, dia berhak mendapatkan akhir bahagia yang dia inginkan kan? Mungkin bakalan ada yang kontra sama aku, Olivia pasti pada akhirnya bakalan berada dalam rengkuhan Simon.

Tapi aku juga mau Paul berhak mendapatkan kehidupan yang adil, dan biarkan Simon yang menanggung karma atas perbuatan nya, contohnya seperti 'rencananya untuk memisahkan Olip dan Paul justru menjadi pedang yang telah ia tempah susah payah namun dia gunakan untuk menggorok lehernya sendiri'
R. Danish D: (3)

Sejauh ini, aku menikmati ceritanya, sejauh ini pula aku suka pembawaan ceritanya yang perlahan-lahan terbakar 🔥 Banyak misteri yang belum terungkap, terutama latar belakang keluarga Paul yang pelan2 terkuak dan apa alasan dia terus menahan diri dan ragu mengungkapkan perasaannya ke Olivia, sebenarnya dia tidak ragu menyatakan cinta hanya saja dia takut untuk membawa wanita itu di sisinya kan... jadi ya aku suka, aku suka cerita ini.

Terutama pembawaan cara penulis merangkai kata-kata yang menggelitik, semuanya disusun dengan alur yang meski tempo lambat tapi kita tetap menikmati itu dengan cara yang elegan, sesuai dengan tema kerajaan nya wkwk.

Tema kayak gini emg paling enak tempo lambat sih, jadi ikut terbawa suasana bagaimana suasana istana dan riuh rendah bangsawan yang saling bercengkrama.
R. Danish D: (2)

Simon berhak mendapatkan hukuman, Paul berhak mendapatkan kebahagiaan dan Olivia berhak mendapatkan kebebasan.

simpel kan, Thor? persetan dengan pembaca yang kubu si Simon, aku tetap second lead Paul. Pria yang benar-benar menenggelamkan rasa nafsu dan hasratnya, sekian tahun lamanya, disisi Olivia, hanya pria itu yang mampu memupuk semua rasa egois nya untuk menjadikan Olivia sebagai miliknya sedangkan Simon? oh pria itu baru saja pergi 1 tahun lebih, jarang bertemu dan berbincang namun sudah bersikap cabul dan bertindak sesukanya.

Cara Paul yang begitu berhati-hati memperlakukan Olivia, seakan wanita itu bagai permata yang begitu mudah rapuh kalau tak diperlakukan sedemikian rupa, cara Paul yang ingin menyatakan perasaannya dengan cara yang tulus, murni bentuk rasa cinta bukan hanya nafsu semata deserve seorang wanita seperti Olivia yang bukan sesosok yang bakalan bersujud dibawah kaki Simon dan menjilat sepatu pria itu.
total 2 replies
R. Danish D
huekkkkkkkk
R. Danish D
persetan, gw ga restuin elu sma Olip!
ga peduli guwaa!!!
R. Danish D
hanya dia seorang yang boleh melakukan hal itu, bermain-main, bersenang-senang. ~
R. Danish D
boleh ga sih, aku berharap ending cerita ini Olivia bersama Paul saja, begitu logika ku saat ini. Kalau mau aku beritahu alasannya, panjang banget.. cuman aku berharap Simon dijadikan figur pesan moral aja. /Grimace//Grimace//Grimace/
R. Danish D
olip hahahh 😭😭😭😭😭👍👍👍👍
R. Danish D
duke jancok wkkwkwwkkwk aku JUNGKIR NI HAAAAA
R. Danish D
Charlotte kan juga bangsawan, tapi rada lebay yaa dapat kasur empuk gitu emg selama ini tidur beralaskan kardus wkkwk
R. Danish D
mau jual diri kah mbak charlo(n)tte?
R. Danish D
PANIK GA LU, PANIK GAAAAA!!!!
R. Danish D
Gentle man?
Jeez, of course she just sarcastic, my dear
R. Danish D
tunggu, ini sudut pandang siapa
ahh pake tanda sesuatu donggt/Grimace/
R. Danish D
/Silent//Silent//Silent//Silent/
R. Danish D
mabuk ya pak?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!