Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Laura terbangun malam itu, tenggorokan nya terasa haus. Ia mengambil gelas di atas nakas namun kosong. Ia segera keluar kamar dan turun ke bawah menuju dapur.
Disela-sela langkahnya ia merasa ada seseorang menyelinap dari dalam kamar suaminya.Sekelebat bayangan itu terasa nyata. Namun ia tidak menghiraukan nya. Laura segera mengambil air di dapur.
Prang
Gelas yang baru saja dipegang nya kini lolos dari genggamannya.
"Astaga Anda!" ucap Laura kaget.
"Tetap di sana!" titah Damian.
Laura terdiam. Ia menuruti perintah suaminya itu. Damian mengambil kain pel yang berada di dalam gudang.
"Pakai ini!" titah Damian sambil melepas sandal tidurnya.
"Kau ceroboh sekali!" tambahnya.
Laura hanya menatap Damian yang sedang membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai.
"Biar saya saja" ucap Laura. Damian tak menggubris.
"Kau bisa terluka Laura!".
" Maafkan saya. Saya tidak sengaja "sahut Laura.
Damian mengambil lagi gelas yang sudah ia isi air dan di berikan kepada Laura.
" Minumlah! Apa yang sedang kau pikirkan?"tanya Damian.
Laura segera meminum air itu. Dan ia tidak menjawab pertanyaan suaminya itu. Tanpa aba-aba Damian membawa Laura dengan cara menggendongnya untuk naik atas.
"Turun kan saya! Apa yang anda lakukan?"pekik Laura. Damian tidak menggubris.
Setelah sampai di lantai atas Damian segera menurunkan Laura.
" Kau ini! Kau bisa terluka jika kau berjalan sendiri"tegas Damian.
Laura terdiam dengan alasan yang diberikan suaminya itu.
"Terimakasih!" sahutnya.
Damian berjalan meninggalkan Laura yang masih mematung di sana. Laura menatap punggung suaminya yang semakin menjauh.
"Bodohnya aku!" gumamnya sambil memukul pelan kepalanya.
****
Seperti biasa Laura menyiapkan sarapan dan pergi bersama suaminya mengantar ke sekolah. Waktu berlalu begitu cepat kini pernikahan mereka sudah menginjak 6 bulan tapi belum ada kemajuan apa pun.
Laura masih dengan pendirian nya. Dan Damian masih ingin menata hati untuk membujuk putrinya. Semakin lama semakin dekat hubungan ayah dan anak itu. Laura tampak senang.
Nyonya Laurent merasa lega melihat keharmonisan rumah tangga putranya itu, namun ia tahu Laura belum membuka hati untuk putranya.
"Laura, bagaimana tawaran mama?" tanya nyonya Laurent ketika melihat Laura sibuk dengan usahanya.
Kini Laura telah membuka kedai online nya. Begitu banyak pelanggan yang sudah setia menunggu setiap masakannya.
"Laura sudah cukup dengan ini ma" sahut Laura.
Nyonya Laurent hanya tersenyum simpul ia sadar menantunya itu bukan sosok wanita materialistis seperti istri Damian dahulu.
"Ya sudah kalau begitu mama akan membahas karyawan saja agar kau tidak terlalu lelah" sahut nyonya Laurent.
Laura tak lagi menolak tawaran mertuanya itu. Ia sebenarnya memang kewalahan menghadapi orderan yang tidak ada habisnya.
ting ting ting
Bunga beberapa pesan masuk di ponselnya. Laura menatap nya intens.
"Ma lihatlah orderan besok 100 box ma!" ucapnya kaget sambil memperlihatkannya kepda nyonya Laurent.
"Bagus sekali sayang kau tidak perlu sampai sore kalau begitu" sahut nyonya Laurent.
Laura mengangguk. Ia segera membalas pesan itu.
"Laura akan belanja setalah ini semua selesai ma" ucap nya. Nyonya Laurent hanya mengangguk pelan.
Setelah semua orderan selesai Laura membuat laman Sold out untuk hari ini dan ia menutup orderan untuk esok hari.
Usaha yang di rintisnya telah maju pesat. Masakannya ia buat sendiri memiliki banyak peminat mulai dari kantoran dan rumahan. Semua menyukai masakan nya.
"Kau sudah selesai Laura?" tanya Damian.
"Sudah" sahutnya.
Laura langsung membersihkan tubuhnya. Sementara Damian sibuk dengan ponselnya.
"Besok aku pulang agak telat, kemungkinan aku tidak bisa menjemput Abel di sekolah" ucap Damian ketika Laura sudah selesai berganti pakaian.
"Baiklah aku akan menjemputnya" sahut Laura.
Laura kini sudah tidak bersikap formal lagi. Damian akan marah jika Laura selalu bersikap seperti itu. Tidak mau diperlakukan kasar Laura pun menuruti permintaan suaminya itu.
***
Setelah menyiapkan sarapan Laura segera kembali ke dapur. Ia tak sempat menemani suami dan anak nya sarapan bersama. Hal itu membuat Damian menggeleng.
"Kau ini ada-ada saja! Kenapa kau tak berhenti saja?" ucap Damian.
"Aku menyukai pekerjaan ini. Jadi aku harus bertanggungjawab" sahutnya.
Damian tak lagi berbicara ia lanjut menyelesaikan sarapan bersama putrinya. Selepas itu mereka berangkat bersama.
Laura semakin sibuk dengan pekerjaan nya 100 box yang di pesan dan harus selesai sebelum jam makan siang membuat ia sedikit kerepotan.
Untung saja nyonya Laurent segera menambah karyawan yang akan membantu usaha menantunya itu.
"Laura, kau bisa sakit sayang jika tiap hari begini" ucap nyonya Laurent melihat begitu lincah Laura di dapur.
Laura hanya tersenyum simpul. Ia tahu mertuanya itu sangat mencemaskan nya. Nyonya Laurent pun bangkit dari duduknya dan membantu mengemas.
"Sudah ma, mama duduk saja! Nanti mama kecapean" ucap Laura sedikit melarang mertuanya itu.
Setelah semua selesai dan siap di antar tiba-tiba Laura mendapat telepon dari sekolah.
"Halo ada apa bu?" ucap Laura.
"Apa?!"
Teriakan itu membuat nyonya Laurent kaget.
"Ada apa Laura?" tanya nyonya Laurent.
"Abel jatuh ma!" sahutnya.
Laura melepas apron nya dengan cepat ia meminta pak Dorman menuju ke sekolah putrinya sementara nyonya Laurent meng-handle semua a persiapan pengantaran paket makan siang itu.
"Ayo pak jalan! Kita ke sekolah Abel!" titahnya.
Laura begitu tampak cemas tanpa merapikan dirinya Laura langsung menuju sekolah. Pak Forma melihat kecemasan pada diri Laura sungguh amat terkesan.
"Apa yang terjadi nyonya? " tanya Dorman.
"Abel jatuh pak!" tukasnya.
Sampai di sekolah Abel telah di bawa ke klinik dekat sekolah.
"Sayang kau tidak apa-apa?" ucap Laura begitu melihat Abel yang kini telah duduk di kursi dan kepalanya telah di balut perban.
"Mama!".
" Maafkan kami nyonya Laura. Kami kurang hati-hati "ucap salah seorang guru yang membawa Abel tadi.
" Tak apa bu. Kalau begitu bolehkah saya membawa putri saya pulang?"sahut Laura.
Guru itu mengizinkan Laura membawanya pulang. Mereka kembali ke rumah dan raut wajah cemas terpancar dari dalam ruang itu. Nyonya Laurent menunggu kepulangan mereka.
"Kau tidak apa-apa sayang?" ucap nyonya Laurent begitu melihat merek sampai.
Begitu jg sbalik'y