Attalea Arasya Veronika Lovandra
Seorang gadis berumur 20 tahun yang sedang kuliah di Universitas terkenal di Bandung. Awalnya kehidupan dikampusnya biasa saja bersama teman-temannya sampai saat dia memasuki semester 6, dia bertemu dengan seorang dosen yang membuat emosinya naik turun ketika mereka selalu bertemu dengan sengaja atau tanpa sengaja.
Muhammad Rafasha Arendra
Seorang dosen yang berumur 24 tahun yang dikenal dengan sifat dingin dan galak tetapi memiliki wajah yang tampan bak pangeran dikerajaan es yang membuat para mahasiswi meleleh dengan ketampanannya. Tetapi hal itu tidak berlaku dengan seorang gadis yang merupakan salah satu mahasiswinya yang dia anggap cerewet dan susah diatur. Bukan hanya itu, gadis itu selalu berani menentang keputusannya dan ia harus banyak bersabar menghadapi perilaku mahasiswinya itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angelia Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertabrak
"Aduh ... gw harus apa ini. Kasian tuh anak, nanti ketabrak gimana?" Ara panik, ia berusaha mencari cara untuk menyelamatkan anak itu.
"Gw harus selamatin anak itu deh. Kayaknya disini tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat."
Saat ingin melangkah, datanglah mobil dengan kecepatan diatas rata-rata yang membuat Ara terkejut dan ia segera melangkah mundur. Tetapi tangan Ara tidak sengaja tergores yang mengakibatkan banyak keluar darah.
Tin tin....
"Awwsss ... benar-benar tu mobil, jalannya cepat banget." Ara kasian ke anak itu, ingin sekali rasanya Ara terbang dan membawa anak itu segera dari jalanan yang begitu ramai. Kalau bisa ia akan menghilang saja seperti pesulap.
Untuk sesaat, ia menatap anak yang menangis itu dengan sendu. "Ya Allah ... tolong selamatkan anak itu," lirih Ara.
Tak jauh dari tempat Ara berdiri, nampak lah Alice yang sedang menangis sambil terduduk di tanah. Keadaannya sekarang benar-benar kacau, matanya yang memerah dan hidungnya yang sembab akibat kelamaan menangis.
Untuk kondisi seperti sekarang, Alice hanya bisa serahkan semuanya kepada Allah.
"Ana ... hiks ... Ya Allah, tolong selamatkan anak hamba ... hiks ... Ana ...."
Orang-orang sekitar merasa kasihan melihat Alice menangis. Mereka hanya diam saja memperhatikan tanpa mau membantu menenangkan atau lainnya. Rania yang melihat keadaan menantunya yang kacau saat ini membuat hatinya teriris. Bayangkan, ibu mana yang tega melihat anaknya dalam bahaya. Apapun pasti akan dilakukan oleh seorang ibu demi anaknya yang ia sayangi, bahkan nyawanya sekalipun.
"Pa ... hiks ... Cucu kita gimana pa ...."
"Sabar Ma, istighfar. Kita serahkan semuanya kepada Allah." Rania pun mengangguk. Benar yang dikatakan suaminya, saat ini hanya Allah yang bisa membantu.
"Astaghfirullahal'aziim ... Ya Allah, selamatkan cucu hamba ... Ana anak yang baik ... Tolong selamatkan Ana, Ya Allah... Tolong kirimkan seseorang untuk menyelamatkannya Ya Allah ...." Rania berdoa dalam hati dengan air mata yang sudah luruh membanjiri wajahnya.
***
"Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus kesana," monolog Ara.
Saat ini, Ara sudah siap-siap ingin melangkah ke jalanan.
Ketika sudah mau melangkah ke jalanan, "Neng!! Jangan nekat, bahaya di sana!" Salah satu ibuk-ibuk didekat Ara tiba-tiba mencengkal tangannya.
"Gak buk, saya harus selamatin anak itu," ucap Ara dengan menunjuk ke jalanan.
"Tapi neng, di sana banyak mobil. Bahaya!"
"Terus saya harus diam saja seperti kalian dan melihat anak itu mati? Begitu?!" protes Ara dengan nada sedikit tegas.
"Bukan begitu, neng—" Tiba-tiba ucapan sang ibuk terpotong ketika mendengar suara heboh orang lain.
Liat!
Aaaa ... Anak itu mau tertabrak!
Gawat!
Astaghfirullah...
TIN TIN.....
TIN TIN.....
Salah satu truk besar melaju ketengah jalan.
Lihat!! Ada truk!!
Truk itu berjalan kearah anak itu. Gawat!!
Ara tidak habis pikir dengan orang-orang yang berdiri ditepi jalan ini. Bukannya menyelamatkan, mereka hanya menonton saja dan menampilkan denganekspresi yang berbagai macam.
Benar-benar pengecut--batin Ara.
"RAFFA!!! ADA TRUK YANGMAU MELAJU KEARAH ANA!!
Raffa yang mendengar teriakan Rania segera melihat ke jalanan. Ternyata benar, memang ada truk besar yang melaju kelanjutan kencang ke arah keponakannya.
"ANA!!" teriak Raffa. Dilihat dari jauh, sepertinya supir truk itu sedang menelpon, bagaimana bisa ia menelpon dengan keadaan menyetir? Bagaimana jika supir truk itu tidak melihat Ana ketika sedang menyetir. Itulah yang dipikirkan oleh Raffa saat ini.
TIN... TIN...
TIN... TIN...
Truk itu terus menyembunyikan klaksonnya entah karena apa. Jika supir itu melihat Ana, harusnya ia berhentikan truknya supaya tidak tertabrak. Atau memang truk itu tidak bisa berhenti?
Ara terus menatap aneh truk yang sedang melaju itu. Kecepatannya melebihi batas normal mobil biasanya.
Nampaknya truk itu sudah hampir mendekati, membuat keadaan sekitar menjadi mencekam.
Seketika Ara teringat sekilas kejadian dimasa lalunya. Kejadian yang hampir sama dengan sekarang. Anak perempuan kecil yang dalam bahaya itu tiba-tiba berubah menjadi anak laki-laki pakai kacamata dalam penglihatan Ara. Sosok yang sangat Ara rindukan.
"Kak Afa," ucap Ara lirih.
"MAMA ... ANA TAKUT."
"Kak Afa ... TIDAK!" Ara berusaha untuk menyelamatkan anak perempuan itu yang ia kira adalah kak Afa yang dia panggil. Langkah Ara untuk menghampiri anak itu terhenti kembali ketika tangannya ditahan oleh ibuk tadi.
"Neng! Jangan neng."
"Lepas!! Saya mau selamatin dia!" Berusaha melepaskan cekalan ditangannya.
TIN...TIN...
"ANA AWAS!"
"ANA!!"
TIN...TIN...
"ANA!!"
Semakin mendekat, dan--
BRAKK!!!
***
To be continued!