NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 20 RENATHA (KEANGKUHAN DAN AMARAH) VS DAFFA (KESAHAJAAN DAN KESABARAN)

Begitu Bu Kartika sudah raib di balik pintu keluar, Renatha yang sudah dibakar oleh amarahnya sejak tadi, segera mengambil uang seratusan sekitar belasan lembar dari dalam dompetnya.

Sedangkan Michella, begitu wali kelas cantik tadi sudah keluar, dia langsung membaca buku pelajaran. Jadi, gadis cantik itu belum tahu gelagat Renatha hendak melakukan sesuatu yang fantastis kepada Daffa, sang siswa baru.

Ketika ekor matanya melihat Renatha berdiri dengan gusar, baru dia menoleh pada gadis berambut shaggy itu.

Namun gadis taekwondo tapi bergaya feminim itu sudah melangkah dengan cepat sembari sesekali melirik buas pada siswa baru yang tengah berbincang-bincang dengan siswa-siswi yang berada di dekat sekitar mejanya.

"Ren, lu mau ke mana?" tanya Michella belum memahami perbuatan Renatha sambil berdiri dan juga ikut melangkah.

"Gue mau ngelabrak siswa baru culun itu!" sahut Renatha penuh emosi, tanpa hentikan langkah, tanpa menoleh pada Michella.

"Masalahnya apa?" Michella masih belum mengerti. "Dia baru masuk, Rena. Terus lu mau ngelabrak. Lu kenal ama cowok itu, dan punya masalah ama dia?"

"Lu tau nggak? Cowok itu yang bikin gue BT!" sahut Renatha makin mempercepat langkahnya.

Mendengar ucapan gusar Renatha barusan, Michella langsung menyadari akan sesuatu yang berkenaan dengan curhatan gadis itu tadi. Maka segera terpikirkan olehnya kalau sebentar lagi bakal terjadi keributan di kelas ini kalau Renatha tidak dicegah.

"Tunggu, Rena!"

Maka Michella segera mempercepat langkahnya pula menyusul Renatha.

Begitu Renatha lewat di depan Arabella yang memandangnya, langsung heran melihat sikap gadis itu yang begitu gusar.

Dan ketika melihat Michella yang juga mengikuti Renatha, Arabella langsung mencegatnya, terus bertanya heran.

"Rena napa, La?"

"Dia mau ngelabrak siswa baru itu," ungkap Michella bernada cemas. Terus melangkah lagi dengan cepat menyusul Renatha yang sudah duluan.

"Gawat!" kejut Arabella seraya ikut berdiri dan sudah bersiap hendak menyusul.

Clarissa yang mendengar perkataan Michella barusan jadi ikut heran juga. Apalagi melihat perubahan sikap Arabella yang seperti cemas begitu, tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Emangnya ada masalah apa sih, Bel?"

"Lu ikut gue juga! Nanti gue beri tau!"

Karena sudah berdiri, Arabella langsung melangkah cepat menyusul Renatha dan Michella. Clarissa yang belum mengerti apa-apa dengan terpaksa mengikuti Arabella pula.

Sementara Aurellia dan Jovanka yang duduk di deretan meja ke 2 nomor 4 ikut heran pula begitu melihat Renatha melangkah sambil menenteng kemarahan yang sangat. Ditambah lagi melihat Michella yang menyusulnya dengan wajah yang begitu cemas.

Ditambah lagi melihat Arabella dan Clarissa yang menyusul kedua gadis itu, membuat mereka tambah heran. Akhirnya Aurellia bergegas berdiri dan langsung menyusul. Mau tak mau Jovanka pun ikut pula.

Sedangkan Floulla dan Keysha yang duduk sebangku di deretan meja terakhir, meja ke 5 nomor 2, begitu melihat Renatha melintas di samping mereka dengan wajah penuh kegusaran, mereka saling bertatapan heran. Lalu sama-sama mengikuti Renatha dengan pandangan mata mereka.

Sementara itu Reynold, pemuda urakan yang sebenarnya tergila-gila dengan Renatha, ternyata sudah berada di jalur lintas gadis itu.

Pemuda angkuh itu juga tadi bersama gengnya yang duduk di bangku yang tidak berjauhan sempat melihat Renatha yang tampak begitu marah dan gusar.

Setelah berkasak-kusuk dengan anggota gengnya, Reynold memutuskan mengambil inisiatif untuk menjadi pahlawan bagi Renatha yang sepertinya lagi ada masalah dengan seseorang yang entah siapa.

Makanya dia sudah berdiri di tempatnya saat ini menanti Renatha tiba. Dan begitu gadis pujaan hatinya sudah dekat dengannya, dia langsung bertanya sok perduli.

"Ren, ada apa?"

"Gue mau ngasi pelajaran siswa baru tuh!" dengus Renatha sambil terus melangkah, tanpa menoleh pada Reynold yang sudah memasang wajah peduli yang menyebalkan.

"O..., lu punya masalah ama cowok culun itu," geram Reynold dengan suara di rahang. Terus melangkah cepat, bahkan mendahului Renatha.

★☆★☆

Begitu Reynold hampir sampai di bangku Daffa, beberapa siswa yang berbincang-bincang dengan siswa baru itu langsung buyar, kembali ke tempat duduk masing-masing dengan diselimuti rasa takut.

Jelas mereka tidak mau berurusan dengan pemuda bengis yang angkuh itu. Meski mereka tahu gelagat kalau Reynold hendak mencari gara-gara dengan siswa baru, namun jelas mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Sedangkan Daffa kembali pada mode tenangnya. Tidak ada lagi siswa yang mengajaknya bicara, pemuda bersahaja itu langsung kembali diam bagai awan, tenang bagai telaga.

Ekor matanya cuma sedikit mengerling kedatangan Reynold yang disusul oleh Renatha yang ada di belakangnya.

Entah tahu atau pura-pura tidak tahu gelagat Reynold mendatanginya, Daffa seperti tidak bergeming. Tetap diam saja, tetap tenang saja sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Entah lupa pada orangnya atau sengaja tidak menggubris, Daffa tidak menunjukkan reaksi apa-apa ketika melihat Renatha.

Atau mungkin dia tidak suka mengingat-ingat cewek yang angkuh meski cantik.

Ketika Reynold sampai di dekat Daffa, pemuda bersahaja itu masih tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Atau bisa saja dia belum sempat mereaksi apa-apa karena kedatangan Reynold seperti begitu cepat.

Apalagi pemuda angkuh itu langsung mencengkeram rompi Daffa yang berwarna biru tua, lalu menariknya dengan kuat dan kasar. Sehingga Daffa ikut tertarik keluar dari kursinya mengikuti arah tarikan Reynold.

Sedangkan Daffa menunjukkan ekspresi terkejut saat kedua tangan kotor Reynold menganiayanya.

"Hei hei, ada apa nih, Bro?" ucapnya seolah mereaksi tindakan Reynold, tapi dengan nada kalem dan santai sambil tersenyum tenang.

"Lu anak culun, baru datang udah buat masalah!" geram Reynold dengan suara rahang setelah menyandarkan Daffa ke tembok dengan kasar dan cukup keras.

Kedua matanya yang culas dan keji menatap tajam pada Daffa penuh permusuhan seolah hendak menelan pemuda berpembawaan tenang itu.

Sedangkan Renatha yang berada di samping kiri Reynold mendiamkan saja seakan menyetujui tindakan pemuda kasar itu. Dia hanya menatap Daffa dengan penuh dendam dan kebencian.

Tapi dia heran juga dengan pemuda itu. Perlakuan kasar Reynold sama sekali tidak membawa pengaruh pada dirinya. Ekspresi wajahnya, tidak ada rasa takut sedikitpun di situ. Atau mungkin marah dan tersinggung.

Wajah bersahaja dan tenang itu tetap saja tenang dan santai. Kedua matanya pun tetap menyorot kalem dan tetap tersenyum kecil.

"Sabar, Bro! Gue ada masalah apa ama lu?" malah Daffa menanggapi tindakan keji Reynold dengan santai. "Kenal aja nggak 'kan?"

"Lu emang nggak ada masalah ama gue," dengus Reynold makin menggeram marah, "tapi lu udah ngebuat Rena marah! Di situ masalahnya, culun brengsek!"

Selesai berucap demikian, Nathan yang sudah bermata gelap segera melayangkan kepalan kanannya dengan cepat, hendak menghantam wajah Daffa. Begitu cepat tinju itu melayang,sehingga....

Bughk!

Demikian telak, kuat, dan keras bogem mentah Reynold menghantam wajah Daffa, eh... bukan, bukan wajah Daffa.

Pukulan Reynold ternyata cuma menghantam tembok, karena Daffa lebih cepat lagi menghindar dengan memiringkan kepalanya ke kiri. Sehingga tinju Reynold menghantam tembok cukup keras, menimbulkan bunyi yang mendebarkan.

Sepertinya Reynold merasakan sakit pada tangan kanannya itu, meski sedikit, tapi rasa penasaran karena pukulannya dapat dihindari dengan mudah lebih mempengaruhi pikirannya.

Maka dia segera menarik tangannya ke belakang dengan tangan yang sudah terkepal, hendak mengulangi pukulannya yang gagal tadi. Namun....

"Hentikan, Rey!"

★☆★☆

Terdengar Arabella berseru cukup keras, mencegat tindakan anarkis Reynold yang menyebabkan kepalan pemuda urakan itu cuma mengambang di udara, tidak jadi diluncurkan ke wajah Daffa.

Sementara Daffa tidak menunjukkan reaksi apa-apa selain tetap tenang saja menyikapi keadaan. Namun tentu saja hatinya bertanya-tanya, sebenarnya ada apa?

Bersamaan dengan seruan Arabella itu, gadis itu, Clarissa, Aurellia, dan Jovanka sampai di TKP. Sementara Floulla dan Keysha yang melihat situasi sepertinya mulai serius, akhirnya menuju ke TKP.

Sedangkan Reynold langsung melepaskan cekalannya pada rompi Daffa begitu tahu kalau personil geng Red-Blue Girls 8 pada berdatangan ke mari. Apalagi semua gadis yang baru datang itu memandang sinis kepadanya.

"Lu apa-apaan main mukul orang segala, Rey?" tegur Arabella langsung bernada ketus, tidak senang.

"Cowok culun brengsek ini bikin masalah ama Rena," kilah Reynold bernada santai.

"Lu tau nggak masalahnya apa?" ketus Arabella makin kesal.

"Ya..., nggak sih," sahut Reynold santai, tidak merasa bersalah. "Gue cuma ngebantu Rena nyelesaiin masalahnya."

"Huh, cowok pecundang kayak lu memang selalu aja nyelesaiin masalah dengan kekerasan," celetuk Aurellia bernada sinis sekaligus mengejek. "Keren ya?"

Reynold cuma bisa mengkertakkan rahang menahan geram mendengar ucapan Aurellia barusan. Dia cuma bisa menatap dingin pada gadis berambut ikal itu.

Tetapi dia tidak bisa dan tidak ingin melakukan apa-apa. Bukan dia takut pada geng Red-Blue Girls 8. Hanya saja sedapat mungkin dia dan rekan-rekannya menghindari masalah dengan mereka.

"Sebaiknya lu minggat aja dari sini," ketus Clarissa jelas mengusir. "Lu nggak tau juga masalahnya apa 'kan? Lagian bukan urusan lu juga."

Reynold hanya bisa mendengus kesal mendengar pengusiran itu. Namun memang dia harus pergi dari situ jika tak ingin mencari masalah terang-terangan dengan geng Red-Blue Girls 8.

Setelah menatap tajam penuh ancaman pada Daffa yang ternyata sudah duduk di bangkunya, tanpa berkata apa-apa, Reynold tinggalkan TKP, kembali ke bangkunya dengan melompati meja.

Siswa yang mejanya dianiaya oleh Reynold, jelas tidak berani dan tidak punya keberanian berbuat apa-apa selain hanya diam dalam ketakutannya.

Sedangkan Renatha, sepeninggal Reynold, seketika amarahnya bangkit lagi. Dirogohnya beberapa uang seratusan dari dalam saku rompinya yang tadi diambil dari dompetnya.

Lalu tanpa babibu dilemparkan uang tersebut ke wajah Daffa dengan kasar penuh penghinaan. Maka lembaran-lembaran uang seratus itu menampar wajah Daffa dengan sadis dan miris. Disaksikan sekian banyak mata yang terkejut heran.

Terkejut tidak percaya kalau Renatha melakukan penghinaan begitu rupa pada anak baru.

Sebagian mereka jelas tidak tahu masalahnya apa. Namun tidak ikut campur dalam masalah geng Red-Blue Girls 8, itu yang harus mereka tahu. Meski mereka tidak suka dengan perbuatan Renatha itu.

Apalagi berurusan dengan Renatha, gadis sombong yang terkadang bertindak arogan dan sesuka hati.

Gadis itu kalau tenang dan santai akan terlihat feminim dan anggun. Namun kalau sudah marah, bagai singa betina yang mengamuk.

Sementara Daffa, sesabar-sabarnya pemuda itu, tetaplah dia manusia biasa. Diperlakukan kasar sedemikian rupa, dihina dan direndahkan harga dirinya begitu, tentu pasti merasa tersinggung juga.

Tetapi pemuda unik itu sepertinya sudah memiliki kesabaran tingkat tinggi. Hatinya memang tersinggung, jelas, namun tidak tampak di luaran.

Dia cuma menatap Renatha dengan kalem, tapi bukan berarti lembut. Sikapnya tetap tenang dan santai.

Wajah tampannya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa selain kesahajaan dan ketenangan. Bahkan bibirnya tetap saja tersenyum kecil yang sarat akan kesabaran.

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!