CINTA IMPIAN ALEYA

"Lagipula kenapa kau sampai mengambil pakaian itu untuk menutupi dirimu? Memangnya kau tidak bisa menggunakan pakaian lain? Dan bukankah mantel tersebut tersimpan cukup dalam? Aku saja bahkan tidak tahu dimana letak posisinya selama ini? Kau mengacak barang-barang yang ada di bagian properti belakang?"

Arivin merasa aneh sendiri mengapa kini Andrew yang jadi memarahinya.

"Memangnya aku ingin semua kesalahan ini terjadi? Apa kau tahu seberapa malunya aku dan bersalahnya aku karena semua kekonyolan ini? Bayangkan! Aku merusak datingku sendiri! Merusaknya?" Arivin langsung terduduk dengan lemas.

Kenyataan ini seolah memukul harga dirinya. Dalam kamus Arivin, kata gagal dalam kencan pertama tidak pernah sekalipun terjadi. Kini semua itu harus bisa ia terima dengan nalar yang ia sendiri bahkan sulit menelaahnya?

Andrew hanya bisa menggeleng dengan tidak percaya dan menatap dengan penuh sikap tidak berdaya. Arivin yang menyadarinya langsung menyindirnya balik.

"Karena itu, segera bersihkan mobil ini dengan benar dan jangan hanya bersantai-santai saja? Bahkan sampah yang sudah tidak ada artinya itu tidak kau buang ke tempat sampah? Kau ingin aku terus menjadi bahan tertawaan?"

Andrew langsung menatapnya tidak percaya.

"Yang benar saja? Kenapa kau jadi malah menyalahkan aku. Salahmu sendiri kau mengacak-acak properti lama. Aku tidak membuangnya karena aku pikir mungkin saja suatu saat kita akan membutuhkannya. Namun aku tidak menyangka bahwa kau akan menggunakan benda-benda yang ada di sana saat ini. Sekarang siapa yang salah?" tanya Andrew balik yang tidak ingin disalahkan.

Arivin hanya terkekeh melihat managernya yang begitu sopan.

"Kau sekarang menyalahkan aku?" tanya Arivin.

Andrew sudah mengangguk dengan yakin.

"Tentu saja. Memangnya tangan siapa yang lancang dan mengambil properti lama sesuka hatinya tanpa bertanya dulu? Bukankah aku sudah pernah mengatakan padamu untuk berhenti membuat ulah? Kau sudah lupa dengan kenekatan apa yang kau lakukan ketika kau mengajukan banding tanpa mengikutsertakan aku? Dan kau malah dengan berani membawa Rina, pesuruhmu yang tidak tahu apapun untuk menggantikan aku?"

Jika Andrew mengingat masa itu kembali, Andrew ingin sekali rasakanya memukul kepala artisnya tersebut.

Dan Arivin langsung dia seribu bahasa. Jika managernya itu sudah mengeluarkan sebuah senjata yang tajam. Arivin hanya bisa terdiam seribu bahasa tanpa bisa membalas karena semua yang dikatakannya adalah benar.

Arivin ketika itu memang telah berulah.

Karena begitu ingin menemui calonnya yang membuatnya begitu penasaran dan tidak sabaran. Arivin dengan sangat sengaja mengajukan banding tanpa persetujuan dari pihak kantornya. Arivin juga meminta Rina yang hanya adalah seorang office girl di agensinya untuk berpura-pura menjadi managernya.

Siapa yang tidak akan tersinggung jika Arivin melakukan hal tersebut pada managernya sendiri?

Karena Arivin tahu betul bahwa Andrew sama sekali tidak akan mengikuti keinginannya dan malah akan menegurnya dengan keras untuk mencegahnya. Kini lihatlah apa yang pria itu sindir kembali?

Dia kembali mengungkit kejadian yang sudah lalu dan selesai ketika hari itu telah lewat?

"Jangan pernah lupa, Arivin. Ibu Vero selalu menyuruhku untuk mengawasimu. Dan tidak luput juga Angeli, sebagai penanggungjawabmu. Dia selalu memintaku untuk menjagamu dengan baik karena kau sering sekali menciptakan skandal. Kau tidak ingin kejadian terdahulu itu sampai terjadi lagi bukan?" ucap Andrew dengan segala peringatannya.

Arivin kini hanya bisa berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Karena dia cukup tahu posisinya. Hingga malas juga untuk mempermasalahkannya karena dia memang tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam agensinya.

Dia hanya menjadi seorang pekerja komersial dan itu cukup membuatnya muak. Menjadi seorang model atau artis tidak seenak apa yang terlihat diluarnya. Arivin kemudian membalas dengan dingin.

"Aku tahu, Andrew. Kau tidak perlu mengingatkanku," ucap Arivin sembari menatap dengan datar.

Arivin kemudian meminta Andrew untuk membawanya pergi dari tempat itu.

Namun Andrew yang bingung, lalu bertanya padanya.

"Kita akan kemana? Bukankah jadwalmu sudah ditunda sampai pukul 5.30 nanti?"

Arivin menjawab dengan asal.

"Apartemenku. Karena aku ingin beristirahat sejenak," jawab Arivin. Andrew kemudian mengangguk mengerti dan mengemudikan mobilnya menuju ke apartemen Arivin.

***

Sementara Aleya yang sudah kembali dari waktu datingnya, langsung membuat Martha terpana dengan tidak percaya. Ketika ia melihat tanda waktu masih menunjuk pukul tiga sore. Dan wanita itu bukannya masih melakukan dating bersama artis negara. Aleya justru sudah berada di kantornya lebih cepat daripada waktu yang sudah ia atur sebelumnya?

Martha kemudian bertanyam amat penasaran.

"Ada apa ini?" tanya Martha meminta penjelasan lebih.

Namun Aleya hanya bersikap cuek. Dan sibuk melenggang dengan santai di depan Martha. Ketika ia memanggil wanita itu untuk ke ruangannya membacakan beberapa jadwalnya kembali.

Setelah menginformasikan beberapa jadwal yang masih menunggunya untuk hadir hingga kerjakan. Martha sibuk menatap Aleya dengan antusias.

"Apa ibumu mendadak berubah pikiran? Atau apa ada sesuatu yang mendadak terjadi sehingga kau bsia langsung cepat kembali?" tanya Martha.

Ia kemudian menambahkan.

"Ayolah, apa kau tidak ingin menceritakan apapun padaku?" tanya Martha sekali lagi.

Aleya hanya menatapnya datar.

"Dating-mu berjalan lebih cepat daripada apa yang sudah ibumu rencanakan. Bukankah kau yang bilang sendiri bahwa kau tidak bisa menolak keinginannya?" tanya Martha terus mengorek informasi yang bisa ia dapatkan.

Aleya biasanya cukup memegang janji yang sudah pernah ia katakan. Namun wanita ini mendadak menarik kata-katanya? Kemungkinan semacam itu mendadak terlintas dalam benak Martha.

Aleya lalu menyerahkan sebuah laporan yang telah berhasil ia tanda tangani pada Martha dan memberikan penjelasan singkat.

"Ada sebuah insiden yang membuatku memutuskan untuk kembali segera sebelum semuanya semakin runyam,"

Mendengar penjelasan ambigu tersebut, Martha langsung menarik alisnya ke atas.

"Apa maksudmu?" tanyanya.

"Artis populer itu hampir saja ketahuan oleh fansnya. Dan kami seperti berada di sebuah labirin ketika bermain kejar-kejaran di taman bermain itu. hingga kemudian karena moodku mendadak buruk, aku memutuskan untuk menyudahinya. Kini karena kejadian tersebut, ibuku tidak akan mungkin menceramahiku bukan?" tanya Aleya yang malah balik bertanya dan mencari pembenaran dari keputusannya yang sudah ia anggap benar.

Martha hanya menatapnya datar.

"Kau bertanya padaku, pertanyaan semacam itu?" tanya Martha tidak percaya dan meragukan pendengarannya sendiri.

"Kau pikir aku berada di dalam situasi yang bisa memberikanmu jawabannya, karena aku tidak pernah tahu apa yang dipikirkan oleh ibumu?"

Aleya secara ajaib mengangguk setuju terhadap jawaban Martha.

Martha kemudian melanjutkannya.

"Namun, aku akui bahwa adalah sebuah kesalahan yang besar bagi pria muda itu jika dia ingin melakukan kencan spesialnya di sebuah taman bermain. Apa dia tidak pernah berpikir bahwa mungkin saja seseorang penggemar atau orang awam mengenalinya?"

Aleya cukup merasa tertarik dengan penjelasan Martha barusan.

"Kau sudah tahu bahwa pria itu sangat terkenal dan amat populer?"