NovelToon NovelToon
Spiritus

Spiritus

Status: tamat
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Tamat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sayakulo

Jam tiga pagi, seorang lelaki dilempar ke kursi taman atas dosa yang bukan salahnya, seorang gadis telah jatuh hati dan sang pengagum iri.

Tinju melayang dan darah mengalir, sang lelaki hampir mati...

Namun!

Muncul iblis. Hitam emas. Sekali pukul dan sang pengagum terjatuh.

Siapakah sosok ini?

*mengandung kekerasan
*update setiap Senin & Kamis (20.00 WIB)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayakulo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kawan Lama di Ujung Hubungan

“Halo, Philip, sori ganggu waktunya nih…”

“Mau minta apa?”

“Dih, galak banget, aku cuma mau minta waktunya bentar.”

“Mau minta ditemenin belanja? Sori, gue nggak mau berdiri tiga jam nunggu lu milih baju tebel padahal lagi musim panas.”

“Nggak—nggak kok, bukan masalah nemenin belanja, tapi… Boleh sih…”

“Kalau lu ngajak, gue tutup nih.”

“Eeh—jangan dong, jangan! Baru juga ngobrol.”

“Udahlah, cepet bilang lu perlu apa.”

“Gue perlu…”

“Dhien.”

“Ya?”

“Lu lagi naik motor ya?”

“Lho… Kok tau?”

“Mesinmu kedengeran.”

“Sekenceng itu ya?”

“Iya.”

“Coba deh gue tes.”

“Oi! Lu jangan ngebut-ngebut!”

“Nggak ngebut kok, cuma tes knalpot aja.”

“Knalpot palamu! Dikira suara anginnya nggak kedengeran apa!?”

“Emangnya gue lagi jalan kecepatan berapa, Lip, kalau dari suara anginnya.”

“Minimal 80.”

“Coba gue liat… kurang dua kilometer per jam.”

“82.”

“78.”

“Lha, terus kurang gimana!?”

“Kan 80 kurang 78 jadinya 2.”

“Tapi kan tadi lu bilang kurang dua, jadi harus ditambah dua dong!”

“Bukannya betul kayak begitu?”

“Ya kalau kecepatan lu 78 berarti gue kelebihan 2.”

“Iya juga sih ya.”

“Ngapa malah bahas begini, cepetan, bilang lu perlu apa.”

“Jadi begini…”

“Nggak usah pakai ‘jadi begini’, ‘jadi’ itu dipakai buat kesimpulan, sedang lu belum ngejelasin apa-apa.”

“Iya apa, perasaan gue nggak diajarin begitu dulu.”

“Iya.”

“Sumbernya?”

“Bapak tua yang nggak pernah ngasih nilai KKM.”

“Guru baru?”

“Udah tua—tua bangka—ketuaan—lebih tua dari kepala sekolah.”

“Agak sesat ya gurunya ini.”

“Maksudnya?”

“Kata ‘jadi’ itu di kamus nggak ada penggunaan buat kesimpulan.”

“Lu ngecek di mana?”

“D*ckD*ckG*.”

“Lu ngecek HP sambil nyetir!?”

“Nggak, ini gue udah minggir. Tenang aja, kayak gini mah gue tertib.”

“Baguslah. Balik lagi kalau begitu, lu perlu apa?”

“Gue minta lu ngecek data CCTV yang ada di suatu tempat, nanti gue share location-nya, deket SMA Ngoko yang jelas.”

“Ooh, deket SMA lu yang baru.”

“Iya.”

“Agendanya apa?”

“Temen gue dipukulin di sana, gue perlu bukti.”

“Tumben, biasanya lu diem-diem anaknya.”

“Ini kan waktunya ‘gue yang baru’ di SMA, gitu lho.”

“Hmm… Oke-oke.”

“By the way, kalau lu nemu, lu bakal liat hal yang menarik.”

“Menarik, gimana?”

“Yang dipukulinnya anak yatim piatu, tinggal sama kakek neneknya, sedang yang mukulin ada tiga orang; anak TNI bintang dua, namanya Indra, anak Bareskrim, Raider, sama anak artis namanya Kasa.”

“Kasa—Kasa yang ibunya main di film Spiritus kah?”

“Lha, kok lu tau—gue aja nggak.”

“Gue masih keluar sesekali, Dhien, nggak kayak lu.”

“Ih, gue rajin keluar lho.”

“Sekalinya lu keluar, lu keluar cuma sama motor lu itu aja.”

“Ya yang penting keluar kan?”

“Sekali-kali keluar sama orang lain gitu, jangan sendirian, gabung komunitas atau gimana…”

“Kalau kayak gitu gue kurang sreg.”

“Apa salahnya?”

“Malah jadi ajang pamer, sama mentalitas kelompok; suka ilang akalnya kalau begitu—mending sendiri jadinya.”

“Oke. Selain itu ada yang lain? Mau gue tutup ini.”

“…”

“Dhien?”

“…Mohon maap, tadi gue lagi belok. Ada, Lip.”

“Apa?”

“Coba cari tentang Godai Hasairin—itu temen gue yang dipukulin.”

“Godai—aneh.”

“Kenapa?”

“Lu yakin itu bukan salah ketik kata ‘Gada’ atau gimana?”

“Nggak kok, Godai Hasairin, nanti gue kirimin juga deh kartu siswanya.”

“Oke, itu aja ya?”

“Satu lagi.”

“Apalagi?”

“Kita jadi kan ya nanti ketemuan?”

“Iya, jadi, sesuai jadwal kan?”

“Iya.”

“Kalau gitu gue ke JRA dulu deh.”

“Lu emang rencana mau naik apa?”

“Z900 lah, emangnya mau naik apa lagi?”

“Nggak bawa mobil?”

“Males, nggak bisa kiri-kanan nyalip.”

“Serius lu mau bawa motor ke sini, ada tol lho.”

“Bisa sih.”

“Lebih cepet juga dibanding motor.”

“Iya sih… Yaudah deh gue bawa mobil aja, nanti gue pinjem motor lu ya di sana.”

“Iya.”

“Yang R1 boleh ya.”

“Lagi di bengkel.”

“Lah, kalau gitu lu keliling naik apa?”

“Masih ada cadangan.”

“Buset, motor 600 jeti masih ada cadangannya, minimal 1,2M itu, Alphard dapet.”

“Hais, cadangannya Nmax.”

“Nmax cadangan lho, emang beda ya. Masuk akal sih trader crypto begini, cuan berapa nih? 2M ada lah ya.”

“Halah, terus temen lu yang dipukulin itu gimana?”

“Maksudnya ‘gimana’ gimana?”

“Masuk rumah sakit kah?”

“Nggak.”

“Lho…”

“Justru yang mukulin yang masuk rumah sakit.”

“Lha, kok bisa?”

“Katanya Godai ini dulunya menang lomba bela diri, dan dulu sempet dirampok katanya.”

“Dirampok?”

“Iya, ini dulu sebelum dia dipukulin, jelas, tapi dulu dia sempet latihan malem, dan dia diserang 5 orang, dia ngelawan dan lima-limanya mati semua.”

“Terus dia gimana?”

“Dilepas karena dia juga ketusuk, ditambah dia anak kecil juga.”

“Anak kecil? Ini waktu dia masih SD atau gimana?”

“Entah, kayaknya SMP sih, waktu dia belum menang lomba bela diri.”

“Orangnya gede atau gimana itu?”

“Kecil. Lebih kecil dari gue.”

“Mmm… Oke.”

“Tapi kecil-kecil gitu dia bisa mecahin meja yang atasnya akrilik.”

“Kalau dia pernah menang lomba provinsi bela diri, gue nggak heran sih, Dhien.”

“Dia juga motoran.”

“Motornya apa?”

“Suzuki, Gixxer 250 SF.”

“Dua lima puluh, tapi Suzuki, lumayan lah ya.”

“Ngingetin gue sama dia.”

“…”

“…”

“Kok tiba-tiba diem, belum mati kan? Halo? Philip?”

“Iya-iya, belum kok.”

“Oke, lanjut, tapi masalahnya begini, dia nggak mau pake helm. Masa bawa motor cuma pake topi, kaos polos, sama celana kargo pendek, mana pake sendal pula. Itu kalo jatoh gimana coba—ya gue tau dia kuat, tapi dia sama aspal lebih kuatan mana si?”

“Udah lu ingetin?”

“Udah—tapi dia bilangnya lupa, mana ada lupa.”

“Mungkin dia buru-buru kali?”

“Buru-buru dari mana, orang itu hari libur, dan gue minta siang kok—oh ya, tadi lu juga lagi buru-buru ya?”

“Udah nggak.”

“Ooh, udah selesai urusannya?”

“Iya.”

“Di toilet ya?”

“Ngaco.”

“Terus tadi suara ‘cemplung’ masuk air itu apa?”

“Bukan apa-apa itu, gue cuma lagi nyuci piring.”

“Piring, tapi gue nggak denger suara air ngalir.”

“Karena gue pake dishwasher.”

“Emang di tempat lu ada dishwasher?”

“Ada, namanya ART.”

“Eeh… parah… orang lu anggep benda mati…”

“Jadi ini udah kan, kalau udah gue betul tutup nih.”

“Iya, udah sih… Itu aja paling.”

“Oke, lu udah di rumah, Dhien?”

“Udah kok, ini baru masuk garasi.”

“Oke, nanti gue kabari ya kalau udah dapet.”

“Iya, makasih ya Philip, sori ganggu waktunya.”

“Iya, sama-sama.”

Jangan lupa cebo—

1
laesposadehoseok💅
Terperangkap di dalamnya
87K: betul kak, dianya ditelan sama tiang listrik.

Makanya kata mama, jangan main keluar di jam tiga pagi(⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠).
total 1 replies
Nurqaireen Zayani
Makin penasaran! 🤔
87K: Makasih kak, semoga kakak makin kepo sama ceritanya(⁠・⁠∀⁠・⁠)
total 1 replies
∠?oq╄uetry┆
Ngakak parah!
87K: Halo kakk, semoga kakak terhibur, kalau boleh tau bagian mana ya yang bikin kakak ngakak◉⁠‿⁠◉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!