Daddy, Mommy Milik Kami!

Hari itu Sabtu cerah, dan langit terlihat bersih dari jendela kamar keluarga kecil itu. Setelah seminggu sibuk dengan rutinitas masing-masing, Maizah dan Arvid memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan bersama dua putra kesayangan mereka, Matthew dan Aidan.

Maizah sudah bersiap sejak pagi, mengenakan blouse krem yang lembut dan celana panjang longgar. Rambutnya ia ikat simpel, namun tetap terlihat anggun.

"Ayo mam kota berangkat sekarang," ucap Aidan bersemangat sambil melompat-lompat di dekat pintu.

Maizah tersenyum sambil menenteng tas kecil. "Ingat, nggak ada beli mainan ya, terutama kamu, Aidan. Kemarin sudah beli truk pemadam kebakaran, ditambah oleh-oleh dari Grandma dan Grandpa."

Aidan cemberut kecil, tapi mengangguk. "Iya, Ma… aku cuma lihat-lihat aja, janji."

"Kalau Matthew?" Matthew menatap ibunya dengan pandangan penuh harap. "Kemarin aku belum dapat mainan apa-apa, kan, Mom?"

Maizah mengangkat alis. "Ada yang kamu inginkan?"

Matthew mengangguk cepat, dan senyum lebar terpancar di wajahnya. "Aku mau beli robot pintar!" katanya penuh semangat.

"Robot pintar?"

Dengan semangat, Matthew menjelaskan, “Iya Mom! Robot yang bisa diajak bicara, bisa jalan sendiri, terus bisa nyanyi juga. Aku lihat di YouTube, namanya xxBot."

“Belum siapa juga?” Suara Arvid terdengar dari arah tangga. Ia memutuskan menyusul karena anak dan istrinya belum juga turun.

“Ini udah mau turun kok,” jawab Maizah sambil tersenyum.

"Mom?" Matthew memanggil Maizah memastikan apakah ia diizinkan atau tidak.

"Iya sayang, boleh. Ayo turun," dengan langkah ringan dan ceria ia pun turun dengan menggenggam tangan Maizah.

Begitu sampai di mall, suasana sudah cukup ramai. Parkiran penuh, orang-orang berlalu-lalang dengan kantong belanjaan dan wajah cerah. Hari Sabtu memang hari keluarga.

Mereka berjalan berdampingan di dalam mall. Maizah diapit Matthew dan Aidan yang masing-masing menggandeng tangannya. Arvid menyusul dari belakang, sambil sesekali mengambil foto candid mereka dari ponselnya.

“Mau ke mana dulu?” tanya Arvid sambil melihat ke sekeliling.

“Toko mainan dulu aja deh, biar anak-anak tenang nanti saat makan siang,” jawab Maizah cepat. Mereka emang datang hampir jam makan siang.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka sampai di toko mainan besar dengan etalase penuh lampu dan display yang menggoda. Begitu masuk, Aidan langsung terpesona oleh rak-rak penuh mobil, pesawat, dan lego. Tapi Matthew fokus menuju sudut robot pintar yang ia incar.

“Ini dia!” serunya, menunjuk ke arah rak yang memamerkan robot xxBot, lengkap dengan video demo kecil di sampingnya.

Sebuah robot putih kecil dengan mata LED yang bisa berubah warna menyapa mereka. “Halo! Aku xxBot! Teman belajarmu!”

Matthew menatapnya seolah bertemu idola. Ia mengambil satu kotak yang masih tersegel dan menunjukkannya ke Arvid. “Pa, ini yang aku maksud! Dia bisa bahasa Indonesia juga loh!”

Maizah mengambil kotaknya, membaca spesifikasi. “Ada fitur AI juga ya? Bisa interaktif sama anak-anak." Maizah mengangguk-angunggukkan kepalanya.

Saat melihat anak bungsunya Maizah terkekeh melihat binar di mata putranya itu. "Kalau Aidan?" Tanya Maizah yang ingin mengetes.

Aidan memandangi xxBot dengan penuh minat, tapi tak meminta apapun. “Boleh main bareng Kak Matthew aja, Ma. Aku kan udah punya mobil pemadam…”

Jawaban itu membuat Maizah tersentuh. Ia mencium pipi Aidan dan berkata, “Anak pintar. Nanti kalian main bareng ya.”

Akhirnya, mereka membeli xxBot, lengkap dengan baterai isi ulang dan buku panduan anak. Matthew memeluk kotak robotnya dengan hati-hati, seolah itu harta karun.

Tapi di balik antusiasme itu, ia sempat melirik ke arah Aidan yang berdiri tak jauh dari sana. Adiknya itu diam, memandangi kotak robot dengan mata penuh keingintahuan.

Begitu mereka berjalan keluar dari toko mainan, Matthew mendekati Aidan. Lalu, tanpa banyak kata, ia menyerahkan kotak robot itu ke tangan adiknya.

“Ada apa, Kak?” tanya Aidan bingung, menatap kakaknya dan robot itu silih berganti.

Matthew tersenyum. “Robot kita bersama, kan? Peganglah. Masa cuma Kakak yang bawa sendiri.”

Sejenak Aidan hanya diam. Lalu perlahan, senyum kecil mulai merekah di wajah bulatnya. Ia menerima box robot itu dan langsung memeluknya erat-erat seolah itu boneka kesayangan.

Maizah dan Arvid yang berjalan di belakang mereka langsung terhenti. Keduanya saling bertukar pandang, lalu tersenyum penuh rasa haru.

Arvid mendekat dan menepuk lembut kepala Matthew. “Good boy. Itu baru laki-laki,” katanya dengan bangga.

Matthew tersenyum lebar dipuji seperti itu oleh Daddy nya.

Mereka pun melanjutkan langkah menuju restoran. Mall mulai padat, pengunjung makin ramai seiring waktu makan siang. Restoran yang mereka tuju adalah restoran Korea.

Mereka segera duduk di meja dekat jendela, menghadap ke taman indoor mall yang hijau dan menenangkan.

“Kalian mau makan apa?” tanya Maizah seraya membuka buku menu yang dihias gambar makanan menggoda.

“Aku mau chicken katsu,” jawab Matthew dengan mantap.

“Aku mau ayam goreng!” seru Aidan bersemangat, bahkan sebelum membaca menu. Semua orang di rumah tahu, Aidan dan ayam goreng adalah sahabat sejati—di mana pun, kapan pun.

Maizah tertawa kecil. “Ayam goreng lagi. Gak bosen?”

“Enggak, Ma. Kan beda bumbu. Ini bumbu Korea,” kata Aidan polos, membuat Maizah terkekeh geli.

Sama dengan Matthew, Arvid memilih chicken katsu dan Maizah memesan bibimbap hangat. Setelah memanggil pelayan dan memesan, mereka duduk santai sambil menunggu makanan datang.

"Boleh buka robotnya?" Tanya Aidan.

Maizah menatap Arvid sebentar, lalu mengangguk. “Tapi hati-hati, jangan sampai berantakan di meja.”

"Ayo!" Seru Matthew.

Keduanya pun membuka box robot itu dengan semangat yang meluap-luap. Di dalamnya, robot pintar itu dibungkus rapi dengan pelindung busa, kabel charger, buku panduan, dan stiker-stiker lucu yang bisa dipasang sesuka hati.

“Wah, matanya kayak lampu LED!” kata Aidan begitu melihat xxBot.

Matthew mengangkat robot itu hati-hati dan meletakkannya di atas meja. “Pa, bantu nyalain, dong.”

Arvid menghubungkan kabel ke power bank-nya, lalu menekan tombol aktivasi.

Sekejap, mata xxBot menyala biru dan terdengar suara lembut dari speaker kecilnya, “Halo, aku xx. Teman barumu yang pintar!”

Aidan ternganga. “Dia ngomong, Mom! Dia ngomong!”

Maizah tersenyum melihat ekspresi anak bungsunya. “Iya, Sayang. Robotnya bisa ngomong. Hebat ya?”

"Kamu ingin memberikannya nama?" Tanya Matthew pada Aidan.

Aidan mengangguk, mengernyit sebentar sambil berpikir. “Hmm… apa ya... Max? Kayaknya keren deh.”

"Boleh. Namamu sekarang adalah Max," ucap Matthew yang memberikan nama pada robot barunya.

"Nama yang bagus, Max! Aku suka itu!"

Prok prok prok.

Aidan dan Matthew bertepuk tangan dengan semangat.

“Max!” seru Aidan sambil tertawa kecil. Ia mengangkat robot itu dan memeluknya. “Mulai sekarang, kamu ikut kita terus ya!”

Maizah dan Arvid tertawa melihat keakraban dua anak mereka dengan robot barunya.

Bersamaan dengan itu, makanan mereka pun datang. "Pesanan Anda: chicken katsu, ayam goreng, bibimbap, dan bulgogi. Selamat menikmati," ucapnya sambil meletakkan makanan di meja mereka satu per satu.

"Wah, wangi banget!" seru Aidan sambil mengendus ayam gorengnya dengan ekspresi puas.

Matthew langsung mengambil sendok dan garpu. “Mom, boleh langsung makan, kan?”

“Boleh. Tapi jangan lupa berdoa dulu,” sahut Maizah sambil membuka sumpitnya.

Tbc.

...Jangan lupa like dan komen ya gesss...