NovelToon NovelToon
Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: SunflowerDream

Danendra dan Alena sudah hampir lima tahun berumah tangga, akan tetapi sampai detik ini pasangan tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Awalnya mereka mengira memang belum diberi kesempatan namun saat memutuskan memeriksa kesuburan masing-masing, hasil test menyatakan bahwa sang istri tidak memiliki rahim, dia mengalami kelainan genetik.

Putus asa, Alena mengambil langkah yang salah, dia menyarankan agar suaminya melakukan program tanam benih (Inseminasi buatan). Siapa sangka inilah awal kehancuran rumah tangga tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunflowerDream, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tragedi di malam reuni

Seminggu sudah berlalu, hari-hari berlalu seperti biasanya tidak ada yang spesial maupun suatu peristiwa yang mengejutkan. Semuanya masih sama Danen yang semakin sibuk dengan tugasnya, Alena yang semakin aktif dalam segala program amal yang ia geluti.

Seperti biasa setelah mengantar Alena di salah satu panti asuhan milik keluarga Hadikusuma Danen segera melesat menuju rumah sakit tempat ia mengabdi. Panti ini hadiah ulang tahun untuk Alena saat berhasil duduk di sekolah menengah atas, ayahnya yang tau bahwa putri bungsunya memang suka bolak-balik antar panti atau melakukan kegiatan amal lainnya didirikanlah panti ini, tentu Alena penuh semangat dengan begitu ia bisa menolong banyak anak-anak yang kurang beruntung, Alena menyukai tempat ini. Dari pagi hingga sampai suaminya menjemput, seharian waktu Alena ia habiskan di tempat itu. Dia mengajar, merawat, dan membantu apa saja yang diperlukan. Walaupun wanita anggun nan cantik itu pemilik tempat ini tapi ia sama sekali tidak mendominasi Alena membaur bersama anak-anak panti dan para pengurus lainnya.

Alena dari dulu ingin sekali mengadopsi salah satu bayi lucu di tempat ini, tapi ia ragu dia selalu ingat perkataan suaminya, jika mereka mengadopsi anak maka itu sama saja memberi pengumuman bahwa Alena memang tidak bisa memiliki anak dari rahimnya. Alena takut ia khawatir orang-orang terdekatnya terluka dan kecewa perkara kemandulan dirinya.

Maka sampai detik ini mereka menunda itu, pasangan suami-istri itu juga selalu merahasiakan kemandulan Alena. Nanti jika sudah siap pasti mereka akan memberi tahu semuanya tapi nanti lebih baik mereka hidup tenang dulu walaupun terkadang ada saja omongan orang-orang yang menyinggung tentang istana tanpa anak.

“Bu mari makan siang, sudah siap!” Alena mengangguk, dari tadi ia sibuk di ruangan pribadinya menatap monitor memperhatikan dana pengeluaran untuk keperluan anak-anak panti.

Gadis remaja berusia sekitar 18 tahun itu selalu memperlakukan Alena dengan baik, ia sangat menyanyangi wanita bak malaikat itu. Setiap hari gadis yatim piatu itu selalu mendoakan segala kebaikan untuk keluarga pemilik panti.

Biasanya anak-anak panti akan merantau jika sudah lulus sekolah, tapi tidak dengan anak panti yang satu ini. Dia merasa berat hati meninggalkan panti, ia tidak memiliki keluarga di tempat lain selain di sini. Namanya Nadia, dirinya  masih ingat betul saat usianya 7 tahun Alena sendirilah yang memungutnya di jalanan dan merawatnya hingga sebesar ini.

“Nadia kamu kenapa tidak berkuliah?” Tanya Alena di sela makan siang mereka, Alena heran anak pantinya yang satu ini menolak melanjutkan pendidikan padahal sudah dibantu beasiswa  oleh perusahaan pemilik panti.

“Nanti ya Bu. Nadia tidak tega meninggalkan Ibu sendirian mengurus panti, biarkan Nadia membantu.” Alena hanya mengangguk ia tahu gadis itu tulus dan baik sekali, bahkan gadis itu menyatakan siap melakukan apapun untuk membantu dirinya. Dan jika diperhatikan itu hanya alasan Nadia, panti ini tidak kekurangan tenaga pengurus tidak kekurangan apapun semuanya terkendali. Dia hanya memang tidak berniat melanjutkan pendidikan, dalam hati kecilnya merasa tidak enak sudah merepotkan Ibu panti lebih baik sisa hidupnya ia abadikan saja di sini, biarlah adik-adiknya yang akan mengambil jatah beasiswa dirinya.

Sebenarnya Alena sudah memperhatikan gadis-gadis di panti sejak lama. Alena ingin salah satu dari mereka yang akan melahirkan anaknya. Perempuan 28 tahun itu telah menimang  dari semalam ia ingin sekali Nadia yang akan melahirkan anaknya bersama Danen nanti.

Nadia terlihat tulus. Ia wanita yang cantik dan pintar akan sangat menyenangkan jika dari rahimnya Alena bisa memiliki bayi yang lucu, Alena sudah kenal baik anak asuhnya yang satu ini. Tapi dia gadis perawan apa mungkin dia bersedia melakukan program kehamilan ini? Itulah yang menjadi keraguan Alena dia sadar tidak boleh egois jika  memang Nadia menolak maka Alena akan memilih wanita putus asa yang sangat membutuhkan uang, itu lebih masuk akal.

“Nadia kalau kamu bersedia saya ingin membicarakan sesuatu.” Nadia yang sibuk mencuci piring berbalik badan menghadap Ibu panti yang terlihat serius menatapnya, “Sekarang Bu?” Gadis cantik yang rambutnya diikat kuda itu segera mencuci tangannya lalu bersedekap menghadap Alena.

“Nanti saja, jika kamu sudah selesai saya tunggu di ruangan ya!”

*****

Alena tersenyum kecut melepas kepergian suaminya untuk pergi berkumpul ke acara  reuni bersama teman fakultas  kedokterannya dulu, ia ingin ikut tapi Danen tidak mengizinkannya ini acara akan sampai larut malam kasian jika Alena ikut  bisa kelelahan dan bosan.

Walaupun dengan berat hati Danen tetap pergi ke acara ini, sesekali ia juga ingin berkumpul bersama teman tongkrongannya dulu cukup melelahkan melakukan pekerjaannya sebagai dokter bedah ia harus menikmati hari setidaknya malam ini.

Tidak banyak yang hadir hanya setengah dari keseluruhan angkatan mereka, dan yang  lebih mengejutkan semua orang juga duduk sesuai circle masing-masing tidak berbaur seperti seharusnya.

Danen menghampiri kumpulan anak-anak yang memang menjadi teman seperjuangannya dulu, ada beberapa orang termaksud Aleon bersama Meisya kekasihnya. Sebenarnya Aleon tidak satu angkatan dengan mereka Aleon 3 tahun di atas mereka, pria itu ikut bergabung demi menemani kekasih tercintanya ia khawatir Meisya terlalu mabuk dan mengalami sesuatu yang buruk.

Ini bukan acara anak polos, ini acara kumpulan orang-orang dewasa di malam yang larut tentu saja beberapa minuman keras tersaji di meja mereka, di sini mereka bebas berekspresi tanpa tekanan apapun. Aleon sebenarnya tidak menyentuh minuman tersebut tapi semakin lama bergaul dengan Mei ia menjadi tertular, sesekali memang Aleon datang ke perkumpulan seperti ini hingga akhirnya terbiasa tidak canggung sedikit pun, dulu waktu ia tahu ternyata adik iparnya berada di sini Aleon marah tapi lama kelamaan ia memaklumi, lagi pula kegiatan ini sudah menjadi rutinitas tahunan fakultas dokter bedah. Kegiatan ini sudah terjadi bahkan sebelum adik iparnya menikahi Alena.

Ini menjadi alasan mengapa Danen tidak mengizinkan Alena ikut, anak baik seperti itu tidak pantas berada di lingkungan seperti ini.

“Mari kita bersulang akan keberhasilan Aleon menjadi presidir ‘Sunrise Medical’ “ Seru Mei seraya mengangkat tinggi gelas kaca berisi minuman beralkohol.

“Heh! apaan sih Mei kamu alay banget, biar gimanapun Aleon memang akan menjadi presidir di sana orang itu punya bokapnya!” Seru salah satu rekan mereka, Meisya menatap tajam pria itu.

“Bilang aja loe irikan? Jadi gak mau bersulang akan keberhasilan Aleon!”

“Iri? Yang benar aja Mei, gue berhasil jadi dokter bedah terbaik berkat usaha sendiri, bukan campur tangan keluarga. Ngapain iri gue hah?!” Balas pria itu tidak terima, dengan raut wajah yang menantang.

“Biar gimanapun tetap Aleon di atas loe Bima, jangan berbangga diri!”

“Lalu loe bangga? Kita sama, sama-sama orang miskin yang berhasil jadi dokter berkat usaha sendiri, jadi sepatutnya kita harus merayakan itu, bukan Aleon.”

“Muka  lo tebal banget, mentang-mentang lo berhasil jadi dokter di California lo merasa lebih baik dari Aleon, enggak sekali pun enggak!!!”

Dua orang itu memang selalu begitu, mereka teman tapi penuh perdebatan bahkan saat di bangku kuliah dua anak beasiswa itu tidak pernah akur. Mei selalu menyombongkan diri bahwa pacarnya adalah pewaris Sunrise Medicalㅡsalah satu rumah sakit cukup ternama di kota mereka.

Acara malam itu berlangsung cukup lama, sejam dua jam entah sudah jam berapa ini perkumpulan ganca muda tersebut terlalu asik dengan kegiatan mereka hingga tidak menyadari waktu sudah menunjukkan jam satu malam, sebagaian pengunjung telah pergi hanya beberapa orang  saja yang tersisa.

Meisya tersenyum senang melihat kekasihnya Aleon mabuk berat dan sampai pingsan. Tanpa mereka sadari wanita yang satu-satunya ada di circle perkumpulan ini sengaja menukar alkohol mereka dengan minuman alkohol  berdosis tinggi. Tujuannya tentu membuat mereka semua tidak sadarkan diri, 6 pria di sana sudah tidak sadar mereka mabuk berat dan tertidur di tempat itu juga.

Mei melirik kanan-kiri namun semua orang sibuk ia merasa ini waktu yang aman. Wanita itu tidak mabuk sedikit pun ia hanya berpura-pura menyentuh minumannya sambil terus mengisi ulang gelas-gelas teman prianya yang sudah kosong.

Dengan perlahan Mei mengeluarkan dua butir pil biru dari tas hermesnya. Mei memaksa Danen yang tertidur di sampingnya untuk meminum minuman herbal pengurang mabuk lalu setelah itu ia mencecoki Danen dengan dua pil tadi.

“Nikmati ini sayangku!” Mei tersenyum melihat Danen mulai bangun walau masih dengan keadaan setengah mabuk.

Danen tersenyum melihat wanita di sampingnya lalu tanpa diduga ia mencium bibir wanita itu. Mei sedikit kaget dengan reaksi pil tadi, “secepat ini obatnya bekerja?”

“Alena!” Danen bergumam lalu kembali mencicipi bibir manis wanita di sampingnya dengan perlahan. Sekitar 5 menit akhirnya ciuman panas tersebut berhenti. Bola mata Meisya berbinar dia merasakan degup jantungnya menderu deras dan panas saat melihat sendiri benang saliva dirinya dengan Danendra menjuntai indah, menjadi saksi bahwa malam ini akhirnya kedua bibir malang itu bersatu setelah sekian tahun Mei menahan diri.

Wanita itu, dengan mata yang memburam oleh genangan haru, kembali meraih tubuh pria di sisinya seakan takut kehilangan kehangatan yang baru saja berhasil di genggamnya. Tanpa kata, mereka kembali melanjutkan kisah di bawah alam sadar ini dengan geraian yang semakin tidak terkendali.

Air matanya jatuh perlahan, bukan karena luka, melainkan karena beban cinta yang akhirnya menemukan jalan pulangnya. Setiap kecupan yang mendarat lembut di antara mereka diiringi suara lirih dan isak tertahan oleh sang wanita.

Karena keadaan semakin tidak terkendali, Mei segera menarik Danen untuk keluar dari tempat itu dan membawa tubuh mereka berdua masuk ke dalam mobil mewah milik Danen, saat mereka sibuk memadukan bibir mereka, Mei sibuk merogoh saku Danen dan mengambil kunci mobil.

“Kau merindukanku Danen?” Mei berniat ingin mengendarai mobil ini dan pergi ke apartemennya. Tapi belum sempat ia menyalakan mesin pria di sampingnya terus bergerak gelisah menarik-narik tubuhnya dan berusaha memeluk erat tubuh ramping milik sang wanita.

“Tidak kusangka pil itu benar-benar gila!” Meisya takjub sendiri obat penambah gairah yang ia cecoki ke dalam mulut Danen bekerja terlalu hebat, hingga membuat Danen kehilangan kendali.

Ini kesempatan emas. Mei akan membuat skenario yang  menjijikan. Wanita bermata elang itu, tersenyum menang membayangkan rencananya.

Dia akan meladeni Danen yang sudah kepalang tanduk akan nafsunya, Mei menantikan momen ini ia sudah mencintai pria itu sejak lama maka inilah saatnya sudah seharusnya Danendra menjadi miliknya.

Malam semakin larut, telepon seluler milik Danen terus berderingㅡBerdering mengiringi sang empu yang asik dalam  dunianya.

Alena sudah berulang kali menghubungi Danen tapi tidak ada jawaban, wanita itu gelisah sekali sudah jam dua malam tapi suami tercintanya belum pulang. Ia ingin menyusul tapi tidak tahu harus bagaimana ia tidak memiliki kendaraan, selama ini ia selalu bergantung kepada Danen lagi pula ini sudah larut akan sulit menemukan taksi.

“Aakhh Lena!” Danen terus mengerang menyebutkan nama Alena dalam kegiatan penuh dosa yang ia lakukan saat ini bersama calon kakak iparnya. Erangan Danen terus beradu dengan dering selulernya yang menampilkan nama Alena sebagai penelpon.

Danen benar-benar sudah kehilangan kendali akan dirinya. Saat ini dalam bayangan Danen ia sedang bersama sang istri terkasihnya, sungguh menyenangkan bisa bersama orang tercinta dalam menghabiskan malam yang penuh misteri ini.

Sementara Meisya menikmati ini, walaupun sedikit kesal karena selama kegiatan Danen terus menyebut nama wanita lain. Betapa besarnya cinta Danen terhadap Alena bahkan dalam keadaan tidak sadar seperti ini pun hanya ada Alena dalam benaknya.

Bersambung.

1
Rafly Rafly
perempuan bodoh.. udah cacat dalam gampang di kibulin pula..l
Phoenix Ikki
Siapin tisu buat nangis 😭
Oralie
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!