NovelToon NovelToon
SISTEM DEWA NAGA TERKUAT

SISTEM DEWA NAGA TERKUAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Budidaya dan Peningkatan / Dunia Lain
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.

Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.

Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.

Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.

Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12 - Hutan Roh

Di dalam kamarnya, Dimas merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk yang disediakan oleh penginapan VIP Rumah Lelang Seribu Bambu. Udara malam terasa tenang, hanya suara angin lembut yang berbisik dari celah-celah jendela kamar yang terbuka sedikit. Cahaya rembulan menyusup samar ke dalam ruangan, menciptakan bayangan yang menenangkan di dinding. Dimas menutup matanya perlahan, berharap dapat beristirahat setelah hari yang cukup melelahkan baginya. Namun, saat ia hendak benar-benar terlelap, tiba-tiba suara familiar yang sudah ia kenal baik bergema di dalam pikirannya.

Ding!

Sontak Dimas membuka matanya. Ia terkejut, tubuhnya sedikit menegang sebelum akhirnya menarik napas pelan. Suara itu, adalah suara notifikasi dari sistem yang telah menemaninya sejak ia pertama kali terlempar ke dunia ini. Ia sedikit mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya ada apa lagi kali ini. Segera setelah itu, sebuah panel transparan muncul di hadapannya, menampilkan tulisan jelas dari sistem.

> [Misi Utama Terbaru Telah Dibuka!]

Nama Misi: Lindungi Ling Yuan hingga ke reruntuhan kuno dan pastikan keselamatannya!

Deskripsi: Pastikan Ling Yuan tetap hidup sampai mencapai reruntuhan kuno.

Hadiah: Buku Kuno Terlarang.

Dimas membaca dengan seksama. Sesaat setelah membaca nama misinya, Dimas menghela napas pelan dan menatap langit-langit kamarnya yang penuh dengan ukiran khas wilayah kekuasaan Rumah Lelang Seribu Bambu. Ia merasa sistem ini agak terlambat memberinya misi. Ia tersenyum miring, bahkan jika sistem tak memberinya tugas sekalipun, ia tetap akan melindungi Ling Yuan. Wanita itu sudah menawarkan sepuluh ribu koin emas kepadanya, tentu saja ia akan melaksanakan tugasnya secara profesional. Lagipula, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak lagi hidup bergantung pada orang lain, terutama pada Alexa yang selama ini selalu menanggung kebutuhannya.

Namun, setelah melihat hadiahnya, yaitu sebuah Buku Kuno Terlarang, semangatnya langsung meningkat. Ia tak tahu isi dari buku itu seperti apa, namun dari namanya saja sudah cukup membuat rasa penasaran Dimas membuncah. Ia merasa itu akan sangat berguna dalam usahanya menjadi lebih kuat lagi.

“Yah, lebih baik dapat dua keuntungan sekaligus,” gumam Dimas sebelum akhirnya memejamkan matanya kembali, membiarkan dirinya larut dalam lelap.

---

Sementara itu, di kamar lain, Putri Alexa duduk bersila di atas ranjangnya. Matanya terpejam rapat, napasnya teratur. Aura spiritual yang kuat melingkupi tubuhnya, membuat suhu di sekitar ruangan menurun beberapa derajat. Ia sedang berkultivasi dengan sungguh-sungguh, berusaha memperkuat dirinya. Ia tak ingin hanya menjadi beban bagi Dimas. Dalam pikirannya, ia terus mengingat bagaimana Dimas selalu menjadi pelindung baginya, dan sekarang saatnya ia melakukan hal yang sama. Alexa ingin berdiri sejajar dengannya, bukan sekadar diselamatkan.

Di tempat lain, Ling Yuan berdiri di balkon kamarnya. Ia bersandar di pagar kayu yang terukir indah, memandang ke arah bulan yang bersinar terang di langit malam. Angin malam menyapu lembut rambut hitam panjangnya yang terurai bebas, menambah kesan anggun yang dimilikinya. Matanya tampak sayu, dipenuhi oleh rasa rindu yang mendalam. Ia memeluk kedua tangannya sendiri, mencoba menghangatkan dirinya.

Di balik kecantikan dan ketenangannya, tersimpan beban berat di pundaknya. Tujuan utama Ling Yuan pergi ke reruntuhan kuno bukan sekadar mencari harta atau kekuatan, melainkan mencari obat legendaris yang dikabarkan mampu menyembuhkan penyakit apa pun, bahkan menghidupkan kembali orang mati. Ayahnya, pemimpin keluarga Ling, sedang sakit keras. Jika ia mati, keluarga mereka akan hancur, dan Ling Yuan tahu benar banyak pihak yang menunggu kesempatan itu untuk menjatuhkan mereka.

Ia mengepalkan tangannya erat-erat, matanya berkilat penuh tekad. “Ayah, tunggulah aku… Aku akan membawa obat itu kembali,” bisiknya pelan namun tegas.

---

Keesokan paginya, sinar matahari yang hangat menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar Dimas. Pancaran cahayanya menyapu wajah Dimas yang masih terlelap, membuat pria itu perlahan membuka matanya. Ia duduk di atas ranjang, mengusap wajahnya pelan, lalu bangkit dari tempat tidur.

Ia melangkah keluar dari kamarnya dan langsung disambut oleh pemandangan yang cukup membuatnya tercengang. Di ruang utama penginapan VIP itu, Putri Alexa dan Ling Yuan tengah berbincang dengan hangat. Senyum menghiasi wajah keduanya, suara tawa mereka mengalun lembut, menciptakan suasana yang sangat damai. Melihat itu, Dimas terdiam sejenak di ambang pintu. Dua wanita cantik seperti mereka, bercengkerama layaknya saudari kandung, benar-benar pemandangan yang jarang ia lihat.

Alexa yang menyadari tatapan seseorang segera menoleh ke arahnya, diikuti oleh Ling Yuan. Keduanya tersenyum dan melambaikan tangan, memanggil Dimas untuk bergabung.

“Pagi, Dimas,” sapa Alexa ceria.

Dimas membalas dengan senyum tipis. “Pagi.”

Setelah sarapan ringan yang disediakan oleh pelayan penginapan, mereka bertiga bersiap untuk berangkat. Sebuah kereta kuda mewah telah menunggu mereka di depan rumah lelang. Kereta itu besar, dilengkapi dengan lapisan pelindung dari logam khusus yang diperkuat dengan formasi pertahanan, memastikan keamanan para penumpangnya. Pengawal-pengawal bersenjata lengkap mengawal keberangkatan mereka, membentuk barisan di depan dan belakang rombongan.

Dimas, Alexa, Ling Yuan, dan satu orang pria lain naik ke dalam kereta kuda tersebut. Pria itu bernama Dong San. Sejak awal perjalanan, Dong San tampak menunjukkan tatapan sinis kepada Dimas. Matanya yang tajam penuh dengan rasa tidak suka, seolah Dimas adalah batu sandungan dalam perjalanannya. Dimas tak ambil pusing. Ia sudah biasa mendapat tatapan seperti itu. Lagipula, dari aura Dong San yang ia rasakan, pria itu belum mengetahui siapa dirinya sebenarnya.

Dong San mungkin melihat Dimas hanya sebagai orang asing yang mendadak dekat dengan Ling Yuan. Namun, Dimas tahu pasti, Dong San sebenarnya menyimpan rasa kepada wanita itu. Terbukti dari cara Dong San menatap Ling Yuan dengan pandangan kagum, lalu berubah menjadi tatapan tajam penuh kecemburuan saat Ling Yuan menyebut-nyebut kekuatan Dimas dengan penuh rasa hormat.

Dimas hanya diam, tak perlu menanggapi sikap kekanak-kanakan semacam itu. Ia lebih memilih menikmati perjalanan. Sesekali ia berbincang dengan Alexa dan Ling Yuan, membuat Dong San semakin kesal.

---

Perjalanan mereka berlangsung selama dua hari. Pada hari kedua, mereka telah mencapai seperempat perjalanan menuju reruntuhan kuno. Saat itu, rombongan mereka tengah melintasi sebuah hutan yang dikenal dengan nama Hutan Roh. Hutan ini sangat terkenal di seluruh daratan karena keangkerannya. Konon, tempat ini adalah sarang para roh gentayangan yang mati penasaran atau dikutuk di medan perang ribuan tahun yang lalu. Kabarnya, mereka masih menghuni tempat ini dan suka menyesatkan para pelancong yang lewat.

Alexa sempat mengusulkan agar mereka memilih jalur lain yang lebih aman, namun perjalanan akan menjadi lebih lama, bahkan mungkin memakan waktu berminggu-minggu. Ling Yuan, yang waktu itu berada di posisi pemimpin kelompok, memutuskan tetap melewati Hutan Roh. Mereka semua sudah tahu risikonya, tapi tak ada pilihan lain jika ingin mencapai reruntuhan kuno tepat waktu.

Di dalam hutan, kabut putih pekat menyelimuti jalanan. Suasananya sunyi, seolah seluruh suara dunia menghilang. Tidak ada suara burung, tidak ada suara serangga, hanya suara derap kaki kuda dan roda kereta yang berdecit pelan di jalan berbatu.

Dimas menatap ke sekeliling dengan penuh waspada. Ia merasakan hawa dingin yang tidak wajar. Bahkan bagi seseorang sekuat dirinya, aura dalam hutan ini tetap membuat bulu kuduknya berdiri. Alexa duduk di sampingnya, menggenggam gagang pedangnya dengan erat. Ling Yuan juga tampak fokus, tangannya terus-menerus merapal mantra pelindung untuk memperkuat formasi pertahanan mereka.

Dong San, di sisi lain, terus melirik ke arah Dimas dengan tatapan sinis. Namun, Dimas tak peduli. Ia lebih fokus mengawasi kabut yang semakin lama semakin tebal.

Saat mereka sedang berbincang pelan, tiba-tiba kabut di depan rombongan berputar aneh, membentuk pusaran asap yang berputar cepat. Dalam waktu singkat, dari pusaran itu muncul sosok-sosok roh yang menyerupai manusia, namun seluruh tubuhnya berwarna abu-abu pucat. Wajah mereka hampa, hanya dua lubang hitam yang menjadi mata mereka. Mereka melayang pelan di atas tanah, tanpa suara, namun aura dinginnya segera menyebar ke seluruh area.

Jumlah mereka sangat banyak. Dalam hitungan detik, ratusan, bahkan ribuan roh mulai bermunculan dari segala penjuru, mengepung rombongan dari segala arah. Pasukan pengawal segera mengangkat senjata mereka, membentuk formasi bertahan. Namun, rasa takut jelas tergambar di wajah mereka.

Dimas menyipitkan matanya. Ia menghitung cepat jumlah makhluk roh itu. Mungkin ada ribuan. Dalam benaknya, ia tahu ini akan menjadi pertempuran berat bagi mereka semua. Ia memandang Ling Yuan dan Alexa sekilas. Keduanya sudah siap bertarung, mata mereka penuh dengan determinasi.

“Semua bersiap!” seru Ling Yuan tegas, suaranya menggema di tengah suasana mencekam.

Para pengawal serempak mengacungkan tombak dan pedang mereka. Mereka mulai merapal mantra untuk memperkuat senjata masing-masing dengan energi spiritual.

Dimas turun dari kereta, berdiri di depan barisan. Ia mengangkat tangannya pelan, lalu mengepalkan tinjunya. Aura hitam pekat mulai membungkus tubuhnya, kekuatan yang luar biasa terpancar jelas.

“Kalau mereka mau bermain, ayo kita layani,” gumam Dimas pelan, senyum tipis terukir di sudut bibirnya.

Dong San yang melihat perubahan aura Dimas langsung terdiam. Untuk pertama kalinya, pria itu merasakan tekanan luar biasa dari seseorang yang sejak awal ia remehkan. Namun, harga dirinya membuatnya menolak untuk menunjukkan rasa takut.

Pertempuran besar di Hutan Roh pun dimulai.

---

Bersambungg...

1
Rumah Pena
Campur oy
Dean Adam
Ini Kultivator Atau Dunia Fantasy Barat, heran Gue
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!