NovelToon NovelToon
Yes ! Pak Suami

Yes ! Pak Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal / Bapak rumah tangga
Popularitas:924
Nilai: 5
Nama Author: PenaBucin

Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.

Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.

Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.

Ini bukan cerita tentang orang ketiga.

Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alaska Sebagai Pahlawan

Dionna melenguh , masih sangat mengantuk saat bunyi alarm yang disetelnya berisik didekat telinga. Namun sedetik kemudian wanita itu tersentak, langsung bangun. Dionna harus bangun pagi dan memenuhi semua kebutuhan Alaska mulai hari ini. Soal memasak, Dionna menyerah dia tidak ingin meracuni Alaska.

Mencuci muka, menggosok gigi , Dionna bergegas turun kebawah. Dia tahu Alaska pasti sudah bangun, dan benar sosok tegap dengan kaos putih dan joger berwarna hitam sedang memasak didapur. Kharisma seorang Alaska Krisan pagi ini berhasil membuat mata Dionna berbinar.

Menyadari bukan waktunya terpesona, Dionna menghampiri Alaska. Pria itu ternyata sedang membuat omelet, itu terlihat enak.

"Pagi" Sapa Dionna sok ramah. Alaska tidak menghiraukannya. ia menyiapkan dua buah piring dan membagi rata omelet yang sudah matang. Sementara itu roti panggangnya sudah lebih dulu matang.

Setelah itu Alaska meletakkan dua piring itu dimeja makan. Ia juga menuangkan jus untuknya dan susu putih untuk Dionna. Dionna sampai bingung harus berbuat apalagi, ia tidak kebagian satupun tugas yang sudah direncanakannya semalam. Dionna menggaruk alisnya yang tidak gatal, ia bingung, gugup dan merasa canggung. Berkali-kali membuka mulutnya ingin bicara , tapi berkali-kali pula ia kembali mengatupkan bibirnya.

"Pagi ini aku akan kekantor." Alaska membuka perbincangan.

"Aku tidak takut hantu. Tenang saja kau bisa meninggalkanku disini."

"Aku tidak peduli kamu takut hantu atau tidak. Yang aku takutkan meninggalkan rumahku padamu." cetusnya sangat amat-amat pahit, nyelekit, dan membuat Dionna terhimpit

"Aku tidak akan menjual rumah kesayanganmu ini."

"Pilih--mau kerumah Mamamu atau Mamaku?" Alaska memberi dua pilihan dan langsung ditolak Dionna. Tidak mungkin dia berkunjung kerumah orangtuanya disaat ia baru saja membuat masalah, kupingnya tidak ingin mendengar omelan tujuh hari tujuh malam Mamanya.

"Aku mau kerumah, Jenava saja."

Bibir Dionna masih merengut. Mobil Alaska sudah meninggalkan rumah Jenava. Dan suaminya itu, tidak meninggalkan satu kecupan pun didahinya atau bibirnya atau pipinya.

Berbeda dengan Dionna, Jenava malah mengagumi Alaska. Tak terhitung sudah berapa kali Jenava memuji suaminya saat ini.

"Jen, apa kau bisa membantuku menemukan kontak wanita itu untukku ?"

"Tenang Dionna"

Wajar Dionna naik darah, karena ulah wanita itu perusahaan Alaska kena getahnya.

"Aku benar-benar akan membunuhnya" Dionna benar-benar kesal dengan Vanesa terbukti dengan beef steak yang ditusuk-tusuk begitu kejam dengan pisau. Jenava juga tak menyangka kejadian itu menjadi lebih rumit dari yang ia kira.

Dionna menyuap sepotong beef steak besar kedalam mulutnya lalu mengunyah sambil berpikir.

"Kamu harus menahan emosimu sampai masalah ini reda." Ujar Jenava pelan, berniat menenangkan hati Dionna.

"Mentang-mentang Ayahnya seorang Mentri , mereka berlaku seenaknya memboikot perusahaan orang."

Jenava tersenyum ngeri, Dionna malah menodongnya secara tiba-tiba dengan garpunya. Jenavapun mendorong tangan Dionna agar menjauh dari wajahnya.

"Alih-alih merencakan balas dendam yang tidak berguna , bagaimana kalau kamu mencoba menjadi istri yang berguna untuk suamimu ? Kamu tidak boleh menyia-nyiakan suami idaman seperti Alaska."

Dionna memicingkan matanya "Bukankah waktu itu katamu aku harus menjaga jarak dari Alaska ? kenapa sekarang kau menyuruhku menjadi istri yang berguna ?"

"Setelah belajar dari kejadian kemarin, aku sadar suamimu itu bukanlah jelmaan setan seperti yang kita pikirkan." Terang Jenava. "Dia sosok yang bertanggung jawab, membelamu ditengah kerumunan yang menyudutkanmu bahkan dia tenang-tenang saja saat perusahaannya mengalami kerugian akibat ulahmu, dia tidak menyalahkanmu kan ?.

Dionna mengangguk , jadi ikut berpikir Apa yang dikatakan Jenava sepenuhnya benar. Dalam sekejap Alaska berubah bak seorang pahlawan bagi Dionna.

"Lalu aku harus melakukan apa ? Dari kemarin otakku tidak bisa berpikir." Keluh Dionna

"Kamu harus tahu diri untuk membalas kebaikan suamimu. Manjakan dia, perlakukan dia dengan baik kalau bisa luluhkan juga hatinya."

"Kalau dia jadinya tidak tahu diri bagaimana ?"

"Setidaknya, cobalah dulu untuk luluhkan hati suamimu."

•••••

Mengikuti saran Jenava, mulai saat ini Dionna akan memperlakukan Alaska dengan baik. Turun dari mobil, Dionna segera menghampiri Alaska lalu mengambil alih tas kerjanya. Lelaki itu mengernyit kebingungan lalu mengambil kembali tas kerjaannya. Namun Dionna menariknya kembali. Terjadilah tarik menarik tas didepan mobil.

"Kamu kenapa ? Kerasukan ?"

"Aku cuma mau bantu kamu." gerutu Dionna, lalu ia menarik lagi tas Alaska, tetapi lelaki itu malah memukul pelan punggung tangan Dionna.

"Tidak. Jangan sentuh apapun. " Peringat Alaska dengan tatapan tajam.

Dionna mengekori Alaska masuk kedalam, hingga tidak sengaja menubruk punggung tegap lelaki itu. Dionna mengaduh, sementara Alaska mendesah kasar.

"Kenapa berhenti tiba-tiba ?" protes Dionna sembari menggosok dahinya.

"Kamu kenapa terus mengekoriku seperti anak bebek?"

"Kamu sudah makan ?" Bukannya menjawab pertanyaan Alaska, Dionna malah balik bertanya.

"Dionna kamu kenapa ?!" Bukannya bahagia diperhatikan, Alaska malah memandang Dionna dengan tatapan horor. Bagaimanapun ia merasa aneh dengan sikap Dionna yang seperti ini.

"Kamu mau makan apa ?" Pertanyaan berikutnya benar-benar membuat Alaska mengernyit.

"Makanan kesukaan kamu apa biar aku pesan online. Kamu pasti belum makankan ?" Melihat senyum Dionna, Alaska sedikit bergidik.

"Aku sudah makan." Jiwa Dionna teriris padahal ia sengaja belum makan agar bisa makan bersama Alaska.

"Lagi pula, aku tidak suka makan makanan luar, aku lebih suka makanan buatan sendiri. Aku lelah , mau tidur."

Dionna hanya menatap punggung Alaska yang perlahan menjauh menaiki tangga. Ia tidak ikut naik keatas melainkan berbaring disofa empuk ruang tamu. Ia menghidupkan televisi, tidak lupa menyetel suaranya agar tidak berisik dan mengganggu tidur Alaska.

Dionna semakin dongkol saat menonton tayangan tv isinya hampir semua siaran menayangkan drama romansa. Akhirnya, Dionna memilih bermain dengan ponselnya dan mematikan tv.

Dengan ragu iapun mencoba membuka sosial medianya untuk mengetahui perkembangan kasusnya. Betapa terkejutnya Dionna akun instagramnya dibanjiri ratusan notifikasi dan dm . Followersnya juga meningkat seperti bendungan yang hampir jebol. Akun media sosialnya diserbu akun-akun anonim yang menyerangnya dengan berbagai kata hinaan dan cemooh. Identitas dirinya sebagai istri Alaska Krisan kini telah diketahui publik.

Dionna membuang ponselnya kesofa, lalu memeluk kedua kakinya. Membaca komentar-komentar itu ternyata menyakitkan. Jari tangan yang mengetik komentar-komentar disetiap postingannya begitu jahat. Dionna menyesal telah membuka akun media sosialnya.

•••••

Suara desingan dari dapur mengganggu tidur Dionna. Ketika matanya terbuka Dionna sadar ia tertidur disofa, ia menyadaari ada sesuatu yang menutupi tubuhnya. Seingatnya, semalam ia tertidur disofa tanpa ada selimut disana. Namun, pagi ini benda itu menghangatkan tubuhnya. Siapa lagi kalau bukan Alaska ?

"Jangan perbiasakan tidur disofa. Kalau mau tidur jangan lupa kakinya dicuci dulu, aku tidak mau sofaku kotor karena kaki kamu."

"Aku---"

"Dan ponsel kamu, kalau sudah tidak digunakan sebaiknya diletakkan diatas meja bukannya diperut kamu. Paparan radiasinya itu tidak bagus buat tubuh kamu. Lebih bagusnya lagi kalau sudah malam jangan gunakan ponsel ." Baru saja membuka mata, kuping Dionna sudah disambut omelan Alaska.

"Maaf" tenaga Dionna belum sepenuhnya terkumpul untuk membalas omelan Alaska, jadi ucapannya sama sekali tak bertenaga.

Alaska ingin mengomel lebih lanjut tapi bunyi bel mengintrupsinya, mau tak mau ia melangkah kepintu dan membukanya.

"Selamat Pagi Pak. Apa keadaan rumah Pak Alaska baik-baik saja?" Satpam kompleks perumahan yang ditempati Alaska tiba-tiba saja datang berkunjung.

"Iya , rumah saya baik-baik saja Pak. Ada apa ya Pak ?" Alaska bertanya lebih lanjut

"Tadi ada beberapa orang tidak dikenal bertanya dimana letak rumah Pak Alaska serta saya selidiki ternyata mereka sekelompok wartawan. Apa Pak Alaska benar mengundang wartawan ? Saya hanya memastikan untuk mejaga privasi warga yang tinggal dikompleks sini."

"Terima kasih Pak, saya tidak pernah mengundang siapapun selain keluarga saya ."

Dari dalam Dionna mendengar jelas permbicaraan Alaska dan satpam itu.

"Aku sudah buat sarapan. Jangan lupa kamu bagian cuci piring." Pintu sudah tertutup kembali Alska kembali menghampiri Dionna.

"Iya." Kemudian Dionna beranjak dari sofa melewati Alaska menuju dapur. Dia segera mencuci piring dan peralatan bekas Alaska memasak tadi tanpa ada drama.

"Mau kemana ? Kamu tidak sarapan ?" Alaska yang bersedekap dada sedari tadi mengawasi Dionna, bersuara saat Dionna hendak meninggalkan dapur.

"Aku belum lapar"

"Sarapan Dionna."

Patuh tanpa perlawanan, Dionna mulai memasukkan beberapa sayuran kemulutnya. Belum selesai mengunyah, Dionna sudah memasukkan lagi suapan sendoknya. Tak ada unsur menikmati sampai makanan yang dibuat Alaska habis tak tersisa. Kening Alaska berkerut.

Dionna terlihat lesu. Alaska meletakkan punggung tangannya didahi Dionna, untungnya wanita itu tidak menghindar.

"Tidak demam." gumam Alaska.

Dionna mengambil tangan Alaska dari dahinya "Aku memang tidak demam" ucap Dionna dengan nada lemah lalu beranjak dari dapur naik keatas menuju kamarnya.

Jika bukan karena rasa manusiawi, Alaska tidak akan masuk kekamar Dionna. Namun dia harus memeriksa keadaan wanita itu. Sebelum mengetuk kamar Dionna, Alaska menarik napas panjang , ia harus menyiapkan mentalnya untuk menghadapi penampakan kamar Dionna yang tentunya pastinya membuatnya tak nyaman.

Beberapa kali Alaska mengetuk pintu tidak ada sahutan dari dalam, akhirnya pria itu memberanikan menerobos masuk tanpa izin yang untungnya pintunya tidak dikunci.

"Dionna" panggil Alaska lagi saat kakinya melangkah masuk kedalam

"Ada apa ?" Suara wanita itu sedikit teredam karena saat ini Dionna sedang berbaring dalam kungkungan selimut yang membalut tubuhnya.

Alaska menghembuskan napas pelan. "Bangun dulu aku mau bicara."

"Nanti saja, aku mau tidur." Dionna ingin berbaring lagi tapi Alaska menahannya.

"Kamu kenapa ?"

"Apanya ? Aku baik-baik saja." Dionna tidak mau menatap Alaska saat bicara

"Tapi sikapmu berkata sebaliknya." Dionna menekukkan wajahnya.

"Bukan apa-apa , aku hanya lelah."

"Angkat wajahmu Dionna dan lihat aku kalau sedang bicara." Dionna mengalihkan pandangannya kearah lain tidak mengindahkan ucapan Alaska

Sebenarnya Alaska tidak mau merecoki Dionna, diamnya wanita itu seharusnya membuat hidupnya tenang tapi sekarang Alaska malah frustasi.

"Apa yang mengganggu pikiranmu?" Dionna menggeleng lemah, masih enggan terbuka pada Alaska.

Alaska menarik kursi rias lalu menempatkannya didekat ranjang untuk ia duduki. "Kamu boleh cerita padaku apapun itu, jangan menyimpannya sendirian."

Dionna kira masalah itu bisa selesai dalam satu hari, tapi ternyata tidak semudah itu. Wanita itu malah melayangkan tuntutan penganiayaan dan banyak netizen yang mendukungnya dan menghujat Dionna.

"Akun instagramku diserang orang-orang, mereka mengataiku dan menuduhku yang tidak-tidak."

Bibir Dionna bergetar, jari-jari tangannya saling meremas.

"Kamu mencemaskan itu ?" Dionna mengangguk

"Jangan khawatir. Kamu tidak perlu mencemaskan apa yang orang lain katakan padamu, mereka tidak mengenalmu dan kamu juga tidak mengenal mereka. Kamu hanya perlu menutup mata dan telingamu untuk orang-orang seperti itu."

Dionna tidak tahu lagi cara mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Alaska , jadi ia tiba-tiba memeluk Alaska .

"Terima kasih Al" Ucap Dionna sambil memejamkan matanya, perasaan lega perlahan mulai mejalar.

"Dionna, siapa yang menginjinkanmu untuk memelukku ?!" Alaska benar-benar menghacurkan suasana.

1
Mamimi Samejima
Jangan biarkan kami terlalu lama menunggu next chapter 🥺
Sindi S Mahulauw'Riry
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!