Terpaksa Menikahimu

tepatnya sabtu siang, Hangga memutuskan untuk pergi berkunjung kerumah rani.

Dan sampailah dia disana dengan meminjam mobil papanya.

Sesungguhnya ia sedikit takut bertemu Yudi, karena terakhir kali mereka bertemu Hangga mendapatkan pukulan yang tidak hanya sekali dan lumayan keras.

" Apa kabar mas.." tanya Hangga setelah di persilahkan duduk.

" Sehat, apa keperluan apa kau kesini?" tanya Yudi langsung tanpa basa basi.

" Saya ingin bertemu rani,"

" rani? Kau tau Rani disini?" tanya Yudi pura pura tidak tau.

" kemarin kami naik bis bersama,"

mendengar itu Yudi hanya menghela nafas, ia tau bahwa ada sesuatu yang terkait diantara Hangga dan adiknya sedari dulu, tapi ia menutup mata demi ketenangan adiknya.

" Rani sedang keluar,"

" kemana mas?"

" belanja dengan putrinya, putriku yang dia rawat maksudnya," hampir saja yudi keceplosan.

" Oh begitu mas.. Apakah sudah lama? Bolehkah saya menunggu mereka pulang?" Hangga meminta ijin.

" mereka sudah dua jam pergi, aku tidak tau akan lama atau tidak.. Tapi silahkan jika kau mau menunggu.." Yudi mempersilahkan jika Hangga ingin menunggu.

" Boleh ku tau, kenapa setelah beberapa tahun kau kembali lagi kesini? Apakah pukulanku yang terakhir kurang keras?" ujar Yudi sembari tersenyum, namun hanya senyum formalitas.

Mendengar itu hangga mengangguk,

" cukup keras mas.. Sehingga membuat saya sadar bahwa saya sudah melakukan keputusan yang salah..

tapi sampean tidak mengijinkan saya untuk memperbaiki kesalahan saya.." hangga berkata sesopan dan sehalus mungkin, ia mengambil resiko mungkin saja ia akan di pukul lagi.

" Aku hanya melaksanakan tugasku sebagai kakak, melindungi dia dari keluarga kalian yang semena mena," tegas yudi tenang.

" Di sembunyikan dimanapun, kalau jalan nya Tuhan mempertemukan kami, pada akhirnya kami bertemu juga mas.."

" benarkah? Kalau begitu tuhan masih memberimu kesempatan menebus dosamu?"

" mas benar.. Tuhan sungguh baik.. Meski waktu telah lama berlalu, saya tetap di ijinkan untuk menebus kesalahan saya di masa lalu..

karena itulah saya ada disini sekarang.."

Yudi mengangguk angguk mendengar itu,

" Jadi kau ingin memilikinya kembali?"

Hangga mengangguk,

" saya akan berjuang lebih keras, dan tidak akan lemah seperti dulu," terdengar kepastian dari kalimat Hangga.

" Namun sayang sekali.." ujar Yudi tiba tiba,

" Sepertinya langkahmu kurang cepat, sudah ada yang menemani Rani sekarang.." imbuh Yudi, entah ide dari mana yang tiba tiba muncul, Yudi merasa sayang sekali jika hangga tidak di beri percikan percikan api.

" Apa maksud mas dengan yang menemani? Dia belum bersuami lagi kan mas?" tanya Hangga dengan raut wajah tidak nyaman.

" memang belum, tapi mereka akan sampai ke tahap itu,

anakku yang sudah diambil anak oleh Rani bahkan sudah nempel kemana mana dengan laki laki ini.."

Deg..

Hangga terdiam, cukup lama, tangannya terkepal cemas.

" Apa laki laki itu ada di malang?" tanya hangga dengan suara pelan,

" tidak, dia disini, bertetangga dengan kami..

sekarang saja mereka sedang keluar bersama.." Yudi tersenyum dalam hati, puas melihat raut Hangga yang tiba tiba berantakan itu.

" Jadi.. Apa kau masih akan menunggunya?" tanya Yudi,

" yah, saya akan tetap menunggu." jawab Hangga menenangkan diri.

Setelah hampir empat puluh menit menunggu, akhirnya terdengar suara Motor berhenti di depan rumah.

Rani terlihat masuk dengan barang bawaannya, beberapa tas kresek berukuran besar.

melihat Hangga duduk di ruang tamu kakaknya tentu saja Rani heran, ia berpikir mobil yang terparkir di depan adalah tamu tetangga.

" Taruh dulu barang barangmu sana.." suara Yudi membuat Rani tersadar dari keheranannya akan kehadiran Hangga.

Mendengar itu Rani patuh, ia masuk ke dalam untuk menaruh bawaannya.

Sementara, seorang laki laki tiba tiba masuk, dengan seorang gadis kecil di gendongannya,

gadis itu tampak lelah, tertidur lelap di bahu Danu.

" Tidur dan?" tanya Yudi,

" iya mas, capek berkeliling.." jawab Danu.

" Ya sudah, tidurkan di kamar kasihan.." suruh Yudi.

Danu melewati Hangga begitu saja ,sementara hangga terus menatap kepala kecil yang bersandar di bahu laki laki yang sedang berjalan masuk ke dalam ruang tengah itu, namun sayangnya wajah gadis kecil itu tidak terlihat dengan jelas.

Melihat apa yang baru saja melewatinya, hati Hangga tiba tiba saja kembali tidak tenang.

" Apa yang di katakan mas Yudi benar, apa dirinya sudah terlambat? Apa Rani bersikap ketus karena sudah memiliki laki laki itu?" cemasnya dalam hati, namun bukan hangga namanya jika tidak bisa menjaga ketenangannya, ia tetap duduk seperti semua, dan meminum kopinya dengan tenang sampai Rani keluar.