30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Teguran
Karena Angga adiknya yang merusak mobil membuat Nafisha harus menggunakan bus untuk kekantor. Nafisha tidak masalah sama sekali, hanya saja dia sudah terlambat dan pasti sangat kesal dengan apa yang terjadi. Akhirnya Nafisha sampai juga kantor.
"Astagfirullah ini sudah terlambat," Nafisha yang semakin panik yang berlari kencang.
"Angga kamu benar-benar hanya menyusahkan saja," umpatnya dengan kesal yang terus berlari sebelum semakin terlambat.
Brukkkk
Karena saking terburu-burunya Nafisha harus bertabrakan dengan seorang pria dan akibat ulahnya Dokument di bawah pria itu berantakan sehingga jatuh kelantai dengan berserakan.
"Astagfirullah maaf," Nafisha yang merasa bersalah langsung mengutip semua Dokument itu.
Nafisha mengumpulkan seluruh Dokumen tersebut menjadi satu dan kemudian mengangkat kepalanya. Nafisha kaget dengan kesulitan menelan ludah.
"Ma, maaf. Pak!" ucapnya yang gugup saat melihat pria yang menatapnya begitu dingin tersebut dengan kedua tangannya diletakkan di saku celananya.
Nafisha langsung berdiri sembari merapikan pakaiannya dengan menundukkan kepala.
"Saya sekali lagi benar-benar minta maaf. Pak," ucapnya lagi yang tampak takut.
"Ini kantor dan bukan taman bermain," ucap pria itu dengan suara dingin yang terdengar sama dengan wajahnya.
"Kamu karyawan di sini bukan?" tanya pria itu yang melihat Id card yang menggantung di leher Nafisha.
"Ini sudah jam berapa? kamu sering datang terlambat kekantor?" tanya pria itu.
"Tidak. Pak, saya baru kali ini saja terlambat dan sungguh saya benar-benar minta maaf," jawab Nafisha berusaha untuk membela diri.
Pria tersebut menghela nafas mengambil dokumen tersebut dengan tangan Nafisha dan kemudian langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Nafisha membuang nafas perlahan ke depan.
"Semoga saja setelah ini aku tidak akan mendapatkan masalah. Nafisha kamu benar-benar ceroboh sampai berurusan dengan Bos," ucapnya yang menepuk jidatnya.
***
Di waktu jam istirahat yang hanya 2 jam Nafisha menggunakan waktunya untuk makan siang bersama teman akrabnya Nadien.
"Aku pikir setelah berurusan dengan, Pak Arthur, aku akan dipanggil ke ruangannya untung saja tidak," ucap Nafisha sembari mengunyah makanannya itu.
"Kamu sih, pakai lari-lari segala, untung saja kamu menabrak beliau dengan tangan kosong dan coba saja kamu membawa makanan atau apapun itu dan mengenai beliau, jasnya kotor dan apa beliau tidak akan marah," ucap Nadine.
"Memang di sinetron yang menabrak seorang pria dengan membawa satu cup kopi," sahut Nafisha dengan sewot.
"Ya sudah, anggap aja ini sebagai pelajaran, lain kali hati-hati. Kamu tidak pernah berurusan dengan bos dan begitu juga dengan aku. Tetapi kamu harus tahu jika anak-anak kantor ada berurusan dengan beliau, maka bisa dikatakan hari terakhir orang tersebut berada di kantor. Jadi harus hati-hati dengan bos," ucap Nadien mengingatkan.
"Iya-iya. Lagi pula semua ini gara-gara Angga, aku jadi telat ke kantor," ucap Nafisha masih kesal jika mengingat kelakuan adiknya.
"Sekarang mobil kamu dalam masalah yang artinya kamu harus harus bangun dari pagi lagi agar bisa naik bus tepat waktu dan kejadian tadi tidak terulang lagi," ucap Nadien yang mengingatkan temannya itu.
"Itu sudah pasti," jawabnya yang kembali melanjutkan makannya.
****
"Assalamualaikum!" sapa Nafisha sore hari sudah sampai rumahnya dan langsung menuju dapur.
"Walaikum salam," sahut Umi yang terlihat sedang mencuci piring.
Nafisha mengambil gelas dan menuangkan air putih yang kemudian meneguknya.
"Banyak sekali cucian piringnya, kaya dari pagi saja," ucap Nafisha.
"Namnya di rumah ada orang ada yang makan dan pasti ada yang kotor," jawab Saras.
"Memang Umi tidak pernah menyuruh Kak Della untuk mencuci piring setelah selesai makan. Apa salahnya setelah makan langsung dicuci dan tidak numpuk seperti ini," ucap Nafisha baru saja pulang kerja dan sudah terlihat kesal.
"Kamu ini bisa tidak jangan marah-marah terus," sahut Saras.
"Habisnya orang-orang yang ada di rumah ini seperti ratu, seperti anak orang kaya yang tidak bisa melakukan apapun," oceh Nafisha.
Saras hanya diam saja yang tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Nafisha mau ke kamar dulu," ucapnya.
"Nafisha jangan lupa ya," Nafisha yang tidak jadi pergi terlihat bingung dengan mengerutkan dahi.
"Jangan lupa apa?" tanyanya.
"Bayar listrik dan kebutuhan kulkas sudah kosong," jawab Saras terlihat begitu santai.
"Kenapa harus Nafisha?" tanyanya.
"Kamu bukannya baru gajian dan biasanya juga bayar listrik kamu yang bayar," ucap Saras mengingatkan kewajiban putrinya itu.
"Ya, tapi tidak Nafisha terus yang harus membayar semua kebutuhan di rumah ini. Nafisha juga banyak keperluan dan lihatlah mobil Nafisha juga sudah dirusak oleh Angga dan biayanya bukan murah," emosinya semakin naik ketika dituntut tentang masalah ekonomi dengan keluarganya.
"Membagi rezeki dengan keluarga tidak akan membuat kamu miskin dan rezeki kamu akan mengalir terus. Itu sebabnya karir kamu terus naik, karena kamu tidak melupakan kewajiban kamu di rumah ini," ucap Saras.
"Tetapi ini bukan tanggung jawab Nafisha dan Nafisha bukan anak satu-satunya. Kak Della juga sudah besar dan Angga juga sudah kerja!" ucapnya dengan tegas yang semakin lelah.
"Jangan-jangan, ini yang membuat Umi mencuci piring sampai sebanyak itu dan biasanya juga piring ini akan ditinggalkan dan ujung-ujungnya Nafisha akan mengerjakannya, karena apa? karena Nafisha baru saja gajian," ucapnya langsung meninggalkan ibunya itu.
Mungkin sesuai dengan dugaan Nafisha, Saras harus mengambil hati putrinya itu, karena Nafisha yang lelah bekerja seharian pasti akan semakin capek kalau melihat tumpukkan piring di wastafel.
***
Nafisha sudah selesai mandi terlihat keramas. Nafisha duduk di meja rias dengan mengambil tasnya dan mengambil amplop putih.
Benar, hari ini tanggal muda yang mana kantor tempatnya bekerja mengeluarkan gaji. Gaji di Perusahaan itu diberikan dengan bentuk cas pasti sesuai dengan jabatan masing-masing di Perusahaan tersebut.
Nafisha terlihat menghitung gajinya yang pasti gaji sebesar yang dia dapatkan tidak mudah, Nafisha bekerja di perusahaan sudah hampir 8 tahun dengan kegigihannya dan akhirnya mendapatkan jabatan yang lumayan di kantornya.
Nafisha menghitung beberapa lembar uang yang kemudian memasukkan kembali ke dalam atau putih dan keluar dari kamarnya.
Tok-tok-tok.
Nafisa yang membuka pintu kamar dan Saras baru saja menyelesaikan shalat magrib.
"Umi sudah selesai sholat?" tanya Nafisha memasuki kamar uminya
"Sudah kamu sendiri bagaimana, apa sudah selesai sholat atau belum shalat?" tanya Saras.
"Lagi datang bulan," jawabnya terlihat begitu lesu duduk di atas ranjang.
"Ini!" Nafisha memberikan amplop yang sudah diisi dengan uang. Saras tersenyum yang mengambil amplop tersebut.
"Bayar listrik dan kebutuhan bahan di rumah. Umi juga tabung kalau masih sisa," ucapnya.
Walau terkadang tertekan dengan tuntutan keluarganya dan juga seolah menjadi kewajibannya memenuhi kebutuhan di rumah itu. Tetapi Nafisha tetap saja mengeluarkan uangnya walau terkadang marah.
"Makasih Nafisha, semoga rezeki kamu semakin lancar," ucap Saras yang membuka amplop tersebut dan jumlahnya memang pasti sangat cukup untuk kebutuhan di rumah selama 1 bulan dan tergantung bagaimana umumnya membagi-bagi uang tersebut.
"Kamu pasti menganggap jika Umi memoroti kamu, ya," ucap Saras.
"Tidak! Nafisha terkadang hanya kesal saja, lagi pula Nafisha juga masih banyak kebutuhan dan juga harus memperbaiki mobil. Nafisha tidak pernah perhitungan dengan keluarga ini," jawabnya dengan raut wajahnya yang sedih.
Bersambung.....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa