Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melotot
Amos terpaksa melepaskan pelukannya dan melangkah keluar dari dalam kamar sambil menjawab panggilan telepon. Amos menutup pintu kamar dan menjawab panggilan telepon itu, "Halo?"
Pak Sapto langsung membuka suara tanpa basa-basi, "Ananta sudah aku bereskan tapi ia berhasil kabur. Tugas kamu dan tim kamu adalah mencari keberadaannya Ananta lalu menangkapnya hidup-hidup. Broto Gunawan juga hilang. Kalian cari juga si brengsek tengik itu. Kemungkinan besar dia atau putrinya yang sudah membunuh Angela Gunawan. Istrinya Broto Gunawan ditemukan di ruang makan dan mati tertembak tepat di kening. Kamu cari si Agnes Gunawan itu. Dia kabur bersama anaknya. Aku lihat di rekaman CCTV rumahnya Broto"
"Agnes tidak kabur karena bersalah" Gumam Amos.
"Kenapa kamu berkata seperti itu?" Kening Sapto berkerut di seberang sana.
"Putrinya tidak mungkin membunuh mamanya sendiri" Tambah Amos.
"Kenapa kamu berkata seperti itu, hah?! Jangan bilang kalau kamu sudah menemukan Agnes lalu menyembunyikannya? Kamu nggak mungkin sebodoh itu, kan? Semuanya adalah tersangka dan semuanya harus ditemukan lalu ditangkap untuk diinterogasi. Kau selalu mengingatkan aku soal itu, kan?"
"Agnes tidak saya temukan. Tapi, dia datang mencari saya. Saya percaya dia tidak bersalah dan........"
"Bodoh kau!!!!" Sapto sontak berteriak kencang saking kesalnya.
Amos menjauhkan ponselnya dari telinga guna mengucek lubang telinganya lalu ia tempelkan kembali ponselnya ke telinga guna berkata, "Siap! Saya memang bodoh"
"Kamu membahayakan keluarga kamu kalau kamu memutuskan untuk melindungi anaknya Broto"
"Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi keluarga saya, Agnes, dan Archie"
Sapto menarik napas panjang lalu menyemburkan, "F*CK! Aku lupa kalau kamu itu keras kepala. Tapi elingo yo cah bagus, kowe kuwi dudu Gathotkaca, dudu Dewo Krisno" Sapto beberapa kali menghembuskan napasnya dengan kasar saking kesalnya.
"Saya tahu dan saya yakin kalau saya bisa melindungi semua orang yang saya sayangi dengan sekuat tenaga"
"Hah?!" Sapto sontak berdiri dari kursi kerjanya. "Kau bilang apa?"
"Saya akan melindungi semua orang yang saya sayangi dengan sekuat tenaga"
"Apa itu berarti secara tidak langsung kamu mengakui kalau kamu sayang sama anaknya Broto Gunawan, hah?!"
Amos hanya diam membisu.
Sapto meraup wajahnya dengan kasar lalu berkata dengan suara lelah bercampur kesal, "Rungokno yo cah bagus, Broto Gunawan uwis jahat karo almarhum papamu. Dia dan Ananta bekerja sama menjebak papa kamu dan sudah terkumpul semua buktinya. Lalu......"
"Saya tahu Broto Gunawan adalah papanya Agnes dan dia yang sudah ......"
Prang!!!!!!
"Apa itu?" Tanya Sapto kaget.
"Saya tutup dulu telponnya, Pak. Mama saya memecahkan gelas"
Sapto menjauhkan ponselnya dari telinga saat terdengar suara tut,tut,tut......Sapto mematikan ponsel dengan helaan napas panjang lalu bergumam, "Yeeahhh, kita bicara lagi nanti Amos dan saat itu aku akan jitak kepala kamu cah bagus" Sapto tersenyum tipis.
Amos langsung berlari sambil menyemburkan, "Jangan bergerak ma! Nanti kaki mama kena pecahan beling"
Mamanya Amos mundur selangkah dan meneteskan airmata sambil berkata dengan suara yang terdengar serak, "Apakah benar kalau dia anaknya Broto Gunawan?" Ratna menunjuk ke Agnes yang sudah berdiri di ambang pintu.
Agnes mundur selangkah dan menabrak pintu karena kaget.
Amos yang hendak berjongkok memungut pecahan gelas, berdiri kembali lalu berputar ke belakang dengan cepat.
Agnes meneteskan airmata dan menggelengkan kepala saat Ratna yang masih menunjuk dirinya berteriak dengan derai airmata dan isak tangis, "Papa kamu itu pembunuh! Broto b*j*ng*n!!!!! Dia membuatku kehilangan suami dan membuat anak-anakku kehilangan papa mereka"
Agnes jatuh terduduk di lantai dan terisak menangis dengan kepala yang terus menggeleng.
Amos melangkah pelan mendekati Agnes dan Ratna langsung berteriak, "Jangan dekati dia!"
Namun, Amos mengabaikan mamanya. Ia membantu Agnes berdiri lalu memeluk bahu Agnes agar perempuan itu bisa berdiri kokoh di depan mamanya Amos.
"Ma, Agnes tidak tahu apa-apa. Jangan salahkan Agnes!"
"Lepaskan dia Amos!" Ratna melotot ke Amos saat Agnes menoleh ke Amos dan berbisik, "Jadi semua itu benar?"
Amos menunduk ke wajah perempuan yang sangat ia cintai dan kini penuh dengan airmata. Amos hanya bisa mengangguk perlahan.
Agnes langsung menarik diri dari rangkulannya Amos dan di saat itulah Ratna berteriak, "Pergi kamu! Bawa cucunya Broto pergi dari sini! Aku tidak sudi melihat keturunannya Broto di rumahku. Pergi dan jangan pernah ke sini lagi!!!!!"
"Ma!" Sembur Amos.
Sementara Agnes langsung menangkupkan tangan di depan dada dan setelah berkata, "Terima kasih Bu untuk semua kebaikan Ibu" Agnes melesat pergi meninggalkan Amos dan Ratna.
Amos ikut melesat menyusul Agnes tapi lengannya berhasil dicekal dan ditahan oleh Ratna.
Amos menoleh kaget ke mamanya, "Ma, lepaskan Amos! Agnes dan Archie butuh Amos saat ini"
Ratna mengeraskan gerahamnya dan setelah menghapus airmata dengan punggung tangan, ia berkata tegas, "Kalau kamu menyusul Agnes dan Archie, maka Mama dan Aurora akan menghilang dari hidup kamu"
Amos menghela napas panjang dan hanya bisa bergeming.