NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam / Tamat
Popularitas:14.9k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nomor Tak di Kenal

Setelah sedikit berbasa-basi, Arif mulai bertanya-tanya pada lelaki dewasa itu. Arif menceritakan kronologi nya dan di sambut oleh keterkejutan Adam.

"Apa? Pak Nata dan istrinya di culik seseorang?"

"Iya, Pak. Jika boleh, aku mau minta alamat rumah bosnya Mas Nata."

"Oh iya, tentu saja. Biar saya antar. Semoga Pak Nata segera di temukan."

Beruntung, Adam adalah orang baik. Dia mau membantu Arif. Gegas mereka bertiga bertolak ke tempat tinggal Alex.

Sesampainya di depan apartemen, Adam memberitahukan nomor apartemen yang di tinggali Alex.

"Kalian bisa 'kan ke atas sendiri? Saya akan menunggu di bawah. Biar bagaimana pun, Pak Alex itu adalah bos saya. Jika Pak Alex tahu siapa yang sudah memberitahukan alamat nya pada kalian, pasti dia akan marah dan memecat saya."

"Iya, Pak. Terima Kasih atas bantuannya."

Arif dan Bambang masuk kotak besi dan memencet tombol nomor enam. Setelah keluar dari ruangan berukuran dua kali tiga meter itu, mereka gegas mencari apartemen dengan nomor yang sudah di sebutkan oleh Adam tadi.

Di depan pintu berwarna coklat, Arif memencet bel yang terpasang di samping pintu. Beberapa kali memencet, baru pintu itu terbuka.

"Kalian siapa? Ada urusan apa, kalian datang ke sini?" tanya Alex sambil memperhatikan kedua pemuda itu dari kepala sampai kaki lalu naik ke atas lagi. Sepertinya Alex lupa jika dia pernah bertemu dengan Arif sebelumnya.

"Selamat malam, Pak Alex. Gue datang ke sini untuk mencari Mas Nata," ujar Arif langsung ke pokok permasalahan nya.

Alex mengernyitkan alis dan menajamkan pandangan pada sosok Arif.

"Sepertinya kita sudah pernah bertemu sebelumnya, tapi di mana ya? Nata siapa, dan kenapa kalian mencari Nata di sini? Ini apartemen saya, bukan punya Nata, jelas dia tidak ada di sini. Kalian salah alamat."

"Tapi tadi gue lihat, Mas Nata di sini." Arif asal berbicara untuk memancing Alex.

Benar saja, raut wajah Alex langsung berubah cemas.

"Dia tidak ada di sini, jadi pulang lah ke rumah kalian," bantah Alex dengan suara sedikit keras.

"Oh, saya baru ingat. Kamu tetangga karyawan saya, bukan? Dari mana kamu tahu alamat saya?" lanjut Alex.

"Maaf, jika Anda tidak mau menunjukkan di mana Mas Nata, terpaksa gue akan mencarinya sendiri," ujar Arif tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan Alex tadi.

Dia memaksakan diri masuk ke dalam melewati empunya apartemen begitu saja.

"Sialan, apa yang kamu lakukan di tempat saya?"

Bambang ikut-ikutan masuk, mencari keberadaan Nata.

"Hei, anak ingusan, tidak ada sopan-sopan nya ya, masuk rumah orang sembarangan!"

Semua sudut sudah di susuri kedua pemuda itu, tapi mereka tidak menemukan Nata atau pun sesuatu yang aneh dan mencurigakan. Semua tampak wajar.

"Puas kalian? Puas? Sudah di bilang Nata tidak ada di sini, masih saja ngeyel. Dasar abege tidak ada akhlak."

Arif dan Bambang keluar apartemen dengan tangan kosong. Apa yang di carinya belum juga ketemu.

Sampai di bawah, Arif menghubungi Angga.

"Halo, Ngga. Kamu ada di mana?"

"Ini masih di kantor polisi," suara Angga di seberang.

"Gimana, udah ada petunjuk di mana, Mbak Rifani dan Mas Nata?"

"Belum, gue baru aja bikin laporan orang hilang. Kata polisi, mereka akan segera mencarinya. Nanti kalo udah ada perkembangan, mereka akan nelepon gue.

"Hmm, gue nyari mereka juga belum ketemu." Arif membuang napas kasar.

Arif menyuruh Angga dan Adam pulang duluan, karena waktu sudah semakin malam. Sementara dia sendiri melanjutkan pencariannya.

Tiga hari telah berlalu, tapi belum juga ada titik terang. Pencarian mereka yang di bantu oleh pihak kepolisian belum menuai hasil.

"Di mana kamu, Mbak? Bagaimana keadaan mu sekarang?" gumam Arif.

Di tempat biasa nongkrong untuk menunggu pelanggan, Arif menyandarkan punggung nya pada dinding bermotif tulisan-tulisan pilok. Hatinya resah. Di samping nya, Bambang ikut berpikir bagaimana caranya menemukan sepasang suami istri itu.

Tiba-tiba, gawai Arif yang di taruh di saku celana bergetar. Arif segera mengambil gawai tersebut dan membukanya. Satu bagian alis nya tertarik ke atas.

"Nomor gak di kenal?"

"Nomor siapa ini? Kenapa tiba-tiba mengirim chat padaku?" Arif mengernyitkan alis, kemudian segera membuka chat tersebut.

Deg!

Kalimat di dalam chat, seketika membuat jantung Arif berhenti berdetak. Udara di sekitarnya terasa panas, hingga membuatnya kesulitan bernapas, dan itu membuat mulut pemuda itu melongo.

"Janin yang ada di rahim Rifani adalah darah daging mu." Arif membaca isi chat tersebut dengan suara lirih.

"Siapa pengirim chat sembarangan ini? Apa maksud nya?" gumam Arif.

"Siapa Rif, kenapa lu mendadak pucet gitu?" tanya Bambang penasaran.

Namun, karena lawan bicaranya tidak menanggapi, Bambang merebut gawai yang tengah di pegang Arif. Sama sekali tidak ada perlawanan, Arif tidak mempertahankan layar pipih tersebut, bahkan genggaman tangan nya sangat lemah.

Jika Bambang tidak mengambilnya, bisa saja handphone itu malah terjatuh ke paving.

"Gila, siapa yang ngirim chat kayak gini?" Bambang berteriak keras, hingga membuat jiwa Arif kembali ke raganya.

"Masuk akal gak, chat tu orang? Gue aja gak pernah mainan ekhem ma Mbak Rifani. Masa iya, bisa membuat, Mbak Rifani hamil?"

"Tapi beneran, 'kan lu gak pernah ngapa-ngapain tetangga lu itu?"

"Suer, gue gak pernah nyentuh, Mbak Rifani, kecualiiii... dalam mimpi."

Telinga Arif seketika memerah. Sebenarnya dia malu jika harus mengungkit mimpinya waktu itu, tapi ini kondisi nya berbeda.

"Lu mimpi basah bareng tetangga, lu? Kapan? Kok lu gak pernah cerita ke gue?"

"Gila aja, hal begituan di ceritain ke orang lain."

"Tapiii... waktu itu, kenapa mimpi nya aneh ya? Gak kayak mimpi-mimpi gue sebelumnya, yang waktu itu terasa menyentuh banget, kayak ngelakuin beneran, gitu," lanjut Arif.

Dia mengingat kembali kejadian makan malam di rumah Nata waktu itu.

"Emang kapan, lu mimpi begituan?"

"Waktu itu, pas gue di undang makan malam di rumah Mas Nata. Gue kemalaman, jadinya menginap di sana."

"Ada hal aneh gak, pas lu nginep di sana? Coba lu ceritain kejadian detailnya."

Arif pun menceritakan semua kejadian malam itu kepada Bambang, termasuk ketika dia terbangun, kepala nya pusing dan kolornya sedikit basah.

"Bisa jadi, anak di rahim tetangga lu itu emang beneran anak, lu!"

Deg!

Arif masih belum mengerti apa yang di bicarakan oleh sahabatnya itu, karena dia merasa tidak pernah melakukan dosa seperti itu kepada Rifani. Dia begitu menyayangi perempuan yang sudah menjadi istri tetangganya, tidak mungkin dia tega menyakiti Rifani.

1
Tutian Gandi
kok bisa jadi anak nya si Arif???
Tutian Gandi
apakah anak itu bukan Benih mu nata..melainkan benih nya Alex
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!