"saya mohon lepaskan saya pak!,,,tidakk,,arhgg sakit" Mutia yang sedang meronta dibawah Kungkungan pria dewasa yang sialnya adalah guru di sekolahnya.
"diamlah,,,ini yang kamu mau kan sayang!"
hancur!! itu yang dirasakan Mutia, saat sang guru yang sangat dihormatinya mengambil kehormatannya dengan sangat tidak manusiawi.
bagaimana kelanjutan kisah tentang Mutia dan gurunya. apakah akan ada kebahagiaan yang menanti atau malah sebaliknya?
yuk baca!! "Hamil anak Guruku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elyrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4 guru baru
hari Minggupun berganti hari Senin, Mutia tengah bersiap untuk pergi kesekolah. seperti biasa Mutia akan memasak dahulu untuk sarapannya sendiri dan menyiapkan bekal untuk dibawanya kesekolah. Pagi ini Mutia memang sedikit lelah tapi dia tetep pergi ke sekolah karena sebentar lagi ujian sekolah.
Mutia pergi kesekolah sedikit lebih pagi karena, hari Senin biasanya jalanan menuju sekolah macet, jadi untuk menghindari kemacetan Mutia memilih berangkat pagi.
Saat ini Mutia sedang duduk santai di taman sekolahnya sambil membaca buku novel yang di bawanya. Mutia sangat suka membaca buku. Terkadang dia juga menulis ceritanya sendiri dibuku yang dibuatnya. Selain membaca dibuku Mutia juga suka membaca novel di aplikasi membaca online.
"baaaaaa,,,ngapain Lo sedirian disini, kesambet nanti baru tau rasa" ucap vio tiba tiba yang membuat buku yang dipegang Mutia terjatuh ke lantai. Reflek mutia memegang dadanya karena kaget, memang sahabatnya itu suka sekali membuat Mutia kaget.
"iya, kamu setannya" jawab Mutia kesal.
"enak aja,,mana ada setan secantik gue!"
"ada!" jawab Mutia membuat viona penasaran
"mana ada, yang ada itu setan pada serem serem semua!" ucap viona tidak terima kalau ada setan yang cantik.
"yakan kamu cantik" jawab Mutia dengan terkekeh kecil.
"wahhhh parah, Lo ngatain gue setan, emang bener bener Lo ya!" jawab viona dengan sewot, enak aja cantik cantik dikata setan.
Tapi kalau dipikir pikir kelakuan si vio ini mirip mirip lah ya sama setan. Hahahah canda vio
"yakan emang udah dari tadi!"
"tumben banget kamu, pagi pagi udah Dateng, biasanya mepet jam pulang" tanya Mutia pada viona, tidak biasanya sahabatnya itu datang kesekolah tepat waktu.
"ehhhh, mana ada, gue ini murid teladan!" ucap vio dengan bangganya.
"gue tu Dateng pagi, pengen liat guru baru kita" sambungnya lagi. Memang aneh si vio ini datang pagi kesekolah hanya mau melihat guru baru yang katanya ganteng itu.
"apa sih yang spesial dari guru itu, sampai sampai duta telat ini mau berangkat pagi!" tanya Mutia pada vio yang di sebutnya duta telat.
"penasaran aja sama wajah aslinya hehehe" jawab vio dengan menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. Mutia yang mendengar alasan viona hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
di suatu tempat, disebuah rumah mewah dimana keluarga besar sedang berkumpul untuk sarapan.
"kamu jadi ngajar hari ini nak?" tanya wanita paruh baya yang masih terlihat sehat diusia senjanya.
"iya mah, untuk sementara mengantikan paman" jawab Adnan
"kenapa kamu, tidak melanjutkan di perusahaan papa saja?". Tanya mama Maya ibu dari Adnan Prayoga Aditama.
"aku ingin mencoba suasana baru ma, tapi aku akan tetap membantu papa!". Jawab Adnan kepada mamanya. Mama Maya hanya menghela nafasnya mendengar jawaban Adnan.
mama Maya menghawatirkan suaminya, di usianya sekarang harusnya suaminya sudah pensiun dari jabatannya sebagai direktur utama perusahaan ADM grup. Tapi Adnan belum mau mengantikan ayahnya, alasannya dia belum cukup mampu untuk memegang kendali perusahaan. Tapi meski begitu Adnan tetap membantu ayahnya dengan dibantu asisten pribadinya.
"sudah saatnya kamu mengantikan papa Adnan" ucap papa Prayoga yang sedari tadi hanya menyimak obrolan istri dan anaknya.
"aku akan mengantikan papa, kalau aku sudah menikahi Clarisa!" jawab Adnan kepada papa yoga.
"aku tidak mau punya mama baru pa!" ucap Anindia dengan meletakkan sendok dipiringnya sedikit keras. Kemudian Anindia pergi keatas marah dengan papanya.
"Anindia putri Aditama, kembali dan habiskan makananmu!" ucap Adnan dengan sedikit meninggi karena putrinya sudah bersikap tidak sopan saat makan. Anindia yang mendengar itu tidak menggubris papanya, dia tidak peduli papanya akan marah padanya.
Sesampainya dikamar Anindia memandangi foto mendiang mamanya dan menangis.
"hiks,,,
"hiks,,,
"hiks,,
"papa jahat ma! Papa mau mengantikan mama" ucap Anindia pada foto mendiang mamanya.
Kemudian pintu dibuka dari luar munculah Omanya. Oma Maya mendekati Anindia kemudian memeluk cucunya itu.
"Oma, aku ngak mau papa menikah lagi!" ucap Anindia pada Omanya. Dengan tangan yang masih memegang foto mamanya.
"iya sayang, Oma mengerti, tapi apa kamu tidak kasian terhadap papa hm?" ucap Oma Maya kepada Anindia dengan membelai lembut rambut cucunya itu.
"papa butuh, ada yang membantunya menyiapkan keperluan papa nak!" ucapnya lagi
"tapi kan bisa di siapkan bi Ijah Oma!" protes Anindia pada Omanya.
"beda sayang!" Oma Maya mencoba menjelaskan kepada cucunya yang masih kecil itu. Anindia memang masih kecil. Tapi pemikirannya sudah sedikit tau tentang apa yang terjadi disekitarnya. Anindia saat ini berusia tujuh tahun dan sudah bersekolah kelas 1 SD.
"papa tetap butuh istri untuk membantunya dalam hal apapun, apa Anindia ngak mau punya mama" jelas Oma Maya lagi.
"tapi Anin sudah punya mama Oma" jawab Anin lagi. Oma Maya hanya mengangguk dan mengalah supaya cucunya merasa nyaman.
"yaudah yuk berangkat kesekolah, papa udah nunggu tuh di bawah!" ajak Oma Maya pada Anin.
Anin menurut karena tidak mau telat pergi kesekolah.
Mereka berdua pun turun dan benar saja Adnan masih menunggu putrinya itu untuk diantarnya ke sekolah.
"aku berangkat dulu ma!" pamit Adnan pada mamanya.
"ayo sayang!" mau tidak mau Anin pun menurut dengan papanya, dengan wajah masih kesal Anin menuju mobil papanya dan duduk didepan dengan menutup pintu mobil sedikit kencang. tak lupa Anin melambaikan tangan kepada Omanya.
"maafin papa nak!" ucap Adnan kepada putri kecilnya.
"hmm" jawab singkat Anin membuat Adnan menghela nafasnya lelah.