Spin Off Tawanan Cinta Pria Dewasa.
Dua kali gagal dalam pernikahan, Justin Anderson menganggap semua wanita itu sama. Sebatas mainan dan hanya merepotkan, bahkan tidak ada wanita yang membuat dia betah.
Hingga, takdir justru mempertemukannya dengan seorang gadis cantik yang terjebak keadaan. Agny Tabina, gadis belia yang dipaksa terjun ke dunia malam akibat keserakahan pamannya.
"500 juta ... tawaran terakhir, berikan gadis itu padaku." - Justin Anderson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 - Jangan Berharap Lebih
"Kamu mengumpatku?"
"Tidak, mana mungkin Agny berani ... apalagi Om sudah baik kasih uang banyak buat Agny hampir tiap hari ... Sayang om Justin."
Jujur, Agny mual luar biasa dengan tingkahnya sendiri. Haruskah dia benar-benar menjelma menjadi wanita bayaran yang menggoda sugar daddy-nya begini? Memaksakan senyum hingga matanya hanya segaris adalah cara Agny merayu papanya dahulu, dan kini dia lakukan hal itu di hadapan pria yang rela membayar mahal untuk menikmati dirinya.
"Huek ... rendah sekali harga dirimu, Agny."
Agny membatin, apalagi kala Justin hanya menatapnya datar padahal dia sudah berusaha seimut mungkin. Apa mungkin Justin jijik juga padanya? Agny berpikir keras dan khawatir sekali jika pikirannya kali ini benar adanya.
"Sedikit lagi, usahamu hampir berhasil ... kurang natural," ucapnya kemudian sengaja menjentik kening Agny cukup kuat dan itu sakit, entah karena gemas atau bagaimana yang jelas Justin berhasil membuat Agny meringis dan menggosok kasar keningnya.
Tidak bisa diajak becanda, bisa kasar juga ternyata. Agny membatin seraya merutuki tingkah konyol yang telah membuat dia malu sendiri di hadapan Justin, sementara pria itu hanya tertawa sumbang melihat wajah putih Agny yang memerah lantaran menahan sakitnya.
"Sakit!! Jari keras begitu," omel Agny tidak terima karena memang sesakit itu.
"I'm sorry baby girl, kamu terlalu menggemaskan ... mau bal_
Drrt Drrt Drrt
"Ck, siallan," umpat Justin kala ponselnya bergetar menandakan seseorang yang akan merepotkan tengah menghubunginya.
"Hm kenapa? Bisa sabar sebentar? Kau pikir kau saja yang boleh datang terlambat? Jangan semena-mena, Evan."
Agny terdiam mendengar cara bicara Justin. Benar-benar berbeda dan seserius itu jika bicara bersama temannya, hal itu sejenak membuat Agny ciut dan memiliki ketakutan bagaimana jika seorang Justin benar-benar marah.
"Ck, aku harus pergi ... mereka memang merepotkan."
.
.
.
Seperti pria yang sama sekali tidak bersalah, tanpa dia sadar jika di tempat lain seseorang tengah mengumpatnya habis-habisan. Sungguh, kekesalan Keny membuncah kala berniat menghubungi Justin baik-baik namun justru disemprot pria itu.
"Dasar si tollol!! Ada apa dengannya?"
"Kenapa, Ken?" tanya Keyvan yang sejak tadi sudah curiga lantaran Keny yang mengerutkan dahi usai diminta menghubungi Justin.
"Justin, akhir-akhir ini dia seperti kurang asupan ... apa mungkin bangkrut karena main wanita?"
Keny benar-benar curiga jika sahabatnya itu mengalami kesulitan finansial akibat terlalu banyak menghabiskan uang hanya untuk bersenang-senang. Akan tetapi anehnya, jika memang itu adalah sebab Justin marah kenapa tidak dari dahulu.
"Maksudmu?"
"Ck, buktinya pagi ini ... sudah jelas aku yang menghubunginya, tapi dia mengira itu dirimu," kesal Keny ingin sekali menghajar pria itu saat ini juga, sudah salah sasaran dan juga mendapat makian seperti tadi.
"Sudah kukatakan jangan didesak, kemarin Justin sudah mengatakan dia akan datang terlambat ... maklumi saja, mungkin dia sedang berusaha membuka hati untuk wanita kali ini," ungkap Keyvan bijak sekali, andai saja dia mengetahui bahwa yang Justin semprot adalah dirinya mungkin pria itu akan menarik semua ucapannya.
"Kau yakin?"
"Hm, Edward mengatakan jika Justin meminta wanita yang sama seperti sebelumnya ... kau tahu bagaimana Justin, 'kan? Bedebbah itu tidak pernah bermain dengan wanita yang sama lebih dari satu kali, dan kali ini dia berbeda. Kau tahu maknanya apa?"
Bagi Keyvan ini adalah pertanda baik, dia sangat paham bagaimana seorang Justin yang memang penjelajah banyak benua. Ketika Edward mengabarkan berita baik itu kemarin, Keyvan justru merasa ini adalah tanda akhir pencarian seorang Justin.
"Jangan berharap lebih, Van ... kau jangan lupa satu hal, istri Justin sudah dua dan faktanya gagal semua."
Berbeda dengan Keyvan, pria tampan di hadapannya itu justru berpikir hal lain. Mungkin saja yang kali ini masih dia rasakan manisnya hingga Justin masih suka, apalagi setelah mereka telusuri sosok wanita yang membuat Justin telat ke kantor adalah gadis belia yang jelas saja masih suci sebelum Justin sentuh.
"Itu karena wanitanya yang salah, jika kau diselingkuhi mana mungkin bisa terima ... kedua istri Justin sama tollolnya, memang kemarin nasib Justin saja yang sial."
Belum apa-apa nama Justin sudah menjadi topik pembicaraan. Mungkin telinga pria itu akan panas kali ini, faktanya bukan hanya seorang wanita saja yang suka menggungjinkan temannya, pria juga.
"Benar juga, tapi tetap saja sulit dipercaya, Van ... Justin tu memang penjelajah, siapapun yang dia mau pasti diembat selagi suka."
Memang benar, Justin adalah pria yang sangat rela mengorbankan segalanya jika sudah menginginkan segala sesuatu. Jangankan uang, nyawa juga akan dia berikan jika itu sudah berhubungan dengan cinta.
"Kita tunggu kabar baiknya saja, aku khawatir kalau sampai Justin tidak menikah dia benar-benar menyukai Zavia," ungkap Keyvan pasrah dan membuat Keny mengerjapkan matanya, di antara banyak perkiraan kenapa harus hal itu yang dia khawatirkan, pikir Keny.
.
.
.
"Kalian membicarakan aku?"
Pembicaraan panjang mereka hampir selesai, Justin datang dengan wajah datar akibat masih marah karena dihubungi tadi pagi hingga membuat dia berpisah lebih cepat bersama Agny.
"Iya, cepat masuk," titah Keny menoleh dan melihat wajah kusut Justin tengah menatapnya begitu datar.
"Wajahmu biasa saja, kau punya masalah denganku atau apa?" Keyvan bertanya lantaran kesal dengan wajah masam Justin seakan manusia paling banyak masalah di dunia.
"Ck, dia bertanya?" Justin sedikit heran, apa mungkin Keyvan lupa jika dia bentak di telepon beberapa waktu lalu.
"Waktunya kerja ya kerja, kau sendiri yang mengatakan jangan sampai wanita membuatmu hilang arah, Justin."
"Ck, apa maksudmu, Keny?"
"Masih mengelak? Sudah berapa hari kau begini ... hanya karena pelac_"
"Ken," tahan Keyvan khawatir Justin marah dengan ucapan pria itu, dia menggeleng dan berharap kedua sahabatnya jangan sampai bertengkar karena ini.
"Agny Tabina ... dia punya nama, dan aku begini bukan karena dia. Berhenti menyalahkan wanitaku, Ken." Justin berucap tanpa menatap lawan bicaranya, dia memerhatikan kukunya satu persatu dan itu adalah cara Justin mengontrol emosinya di segala keadaan.
"Wanitaku?" tanya Keyvan menarik sudut bibir dan hal itu sontak membuat Justin gelagapan, pria itu berdehem dan memperbaiki posisi duduknya.
"Wan-wanita itu maksudku."
- To Be Continue -