NovelToon NovelToon
Level UP Milenial

Level UP Milenial

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas / Dunia Masa Depan
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Rifa'i

Level Up Milenial mengisahkan Arka, seorang guru muda berusia 25 tahun yang ditugaskan mengajar di SMA Harapan Nusantara, sekolah dengan reputasi terburuk di kota, dijuluki SMA Gila karena kelakuan para muridnya yang konyol dan tak terduga. Dengan hanya satu kelas terakhir yang tersisa, 3A, dan rencana penutupan sekolah dalam waktu setahun, Arka menghadapi tantangan besar.

Namun, di balik kekacauan, Arka menemukan potensi tersembunyi para muridnya. Ia menciptakan program kreatif bernama Level Up Milenial, yang memberi murid kebebasan untuk berkembang sesuai minat mereka. Dari kekonyolan lahir kreativitas, dari kegilaan tumbuh harapan.

Sebuah kisah lucu, hangat, dan inspiratif tentang dunia pendidikan, generasi muda, dan bagaimana seorang guru bisa mengubah masa depan dengan pendekatan yang tak biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cuan, Cita-cita, dan Kejutan dari Pak Arkan

Hari itu, notifikasi di ponsel Reza terus berbunyi.

“Reza, video lo trending lagi tuh!” seru Andi sambil menunjuk layar ponsel Reza yang penuh notifikasi dari TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts.

“Astaga… yang video aku diguyur air pas ngajarin Bahasa Inggris?”

“Bukan! Yang waktu kamu jatuh dari kursi gara-gara dikejar ayam pas bikin konten ‘belajar di alam’!”

Reza menahan tawa. “Itu bukan konten, itu tragedi!”

Namun siapa sangka, video-video absurd dan penuh tawa itu justru jadi tambang emas digital. Pendapatan dari adsense, endorse, hingga kerja sama brand terus mengalir.

Pak Arkan, yang selalu memantau dengan senyum diam-diam, akhirnya mengajak Reza dan yang lainnya ke ruang guru.

“Anak-anak, saya tahu video kalian lucu, viral, dan… menghasilkan.”

“Tapi lucunya masih mendidik, Pak!” potong Reza cepat.

Pak Arkan tertawa. “Saya tahu. Dan justru karena itulah, saya ingin uang dari hasil kerja keras ini kita manfaatkan sebaik mungkin.”

Mereka semua terpaku.

Beberapa hari kemudian, kejutan demi kejutan terjadi.

“Cindi, ini untukmu,” ucap Pak Arkan sambil menyerahkan satu kunci kecil berwarna emas.

“Apa ini, Pak?”

“Sebuah tempat kecil yang bisa kamu ubah jadi salon. Aku tahu kamu suka tata rias, perawatan kulit, dan kamu punya potensi di dunia kecantikan. Mulai dari sini ya.”

Cindi hampir menangis.

“Pak… saya serius mau kerja, bukan cuma main make-up.”

“Saya juga serius melihat masa depanmu.”

“Sinta, kamu bilang suka struktur bangunan kan? Dan pintar matematika.”

“Banget, Pak. Tapi kenapa?”

“Saya sudah siapkan tempat dan papan nama. ‘Les Matematika Sinta: Biar Rumus Tak Lagi Menakutkan.’ Kamu bisa ajar anak-anak SD dan SMP sore hari.”

Sinta melongo. “Pak, saya belum lulus SMA.”

“Tapi kamu udah lulus dari rasa takut belajar.”

“Dina, ini laptop untukmu.”

Satu unit laptop high-end diserahkan langsung ke tangan Dina.

“Pak… ini laptop mahal! Saya gak berani sentuh!”

“Sentuh aja. Kan kamu mau mulai bisnis desain grafis. Buat logo, desain baju, banner. Sekarang kamu bisa kerja dan belajar lebih profesional.”

Dina tak bisa berkata-kata. Hanya senyuman haru yang terukir di wajahnya.

Pak Arkan menatap mereka semua dengan bangga.

“Semua ini bukan hadiah. Ini adalah modal. Modal dari hasil kerja keras kalian. Jangan takut bermimpi, dan jangan ragu untuk mulai sekarang.”

Tiba-tiba Deri berteriak, “Pak! Kalau gitu saya butuh dana buat investasi kolam lele digital NFT!”

Seluruh ruangan meledak tawa.

“Deri, duduk. Kita bahas lele digital nanti sore.”

"ya deh sang ahli bisnis." celetuk Reza bercanda.

"Next, berikutnya untuk Toni dan Jaka." ucap pak Arkan.

mereka berdua langsung menoleh."serius pak !" ucap Toni.

"terima kasih komandan !" hormat Jaka kepada pak Arkan.

Hari itu, ruang guru dipenuhi tawa, haru, dan semangat yang menyala. Bukan hanya tentang uang, tapi tentang bagaimana kepercayaan bisa mengubah arah hidup. Dan semua itu dimulai dari satu hal sederhana: kekonyolan yang tulus.

...----------------...

Video-video Reza yang viral telah membawa nama SMA Harapan Nusantara menjadi fenomena nasional. Dari kekonyolan yang mendidik, hingga tawa yang penuh makna, setiap unggahan memiliki pesan dan keseruan tersendiri. Namun, di balik ketenaran itu, muncul satu efek samping tak terduga: rasa iri.

Beberapa siswa dari sekolah-sekolah lain mulai merasa tersaingi. Mereka melihat konten Reza dan kawan-kawan sebagai sesuatu yang bisa ditiru untuk ketenaran instan. Maka, berbondong-bondong lah para siswa mencoba membuat video konyol versi mereka sendiri.

Namun alih-alih lucu, hasilnya justru mengundang komentar pedas dan... rasa malu.

Seorang siswa dari SMA Negeri 3 Nusantara mencoba meniru gaya Andi mengajar kimia dengan meledakkan soda dan permen karet di lab sekolah. Hasilnya? Lab bau menyengat selama seminggu dan ia diskors selama tiga hari.

“Ini demi konten edukatif!” ujarnya dalam video klarifikasinya. Sayangnya, netizen tak terkesan.

Lain lagi dengan dua siswa dari SMA Negri 4 Nusantara. yang mencoba membuat konten ‘kebersamaan’ seperti Cindi dan Sinta, tapi dengan berpura-pura pingsan di tengah jalan sekolah demi konten prank. Komentar pun bermunculan:

“Ini bukan lucu, ini cari masalah.”

“Pengen viral tapi gak pake otak.”

“Beda kelas 3A Harapan Nusantara, beda level!”

Reza dan tim bahkan mendapat DM (pesan langsung) dari beberapa siswa itu.

“Kak, tolong dong kasih tips biar lucu kayak kalian.”

“Kami udah coba ketawa-ketawa di video, tapi kok malah dihujat?”

Reza membalas dengan bijak.

“Kekonyolan kami bukan dibuat-buat. Kami memang absurd, tapi kami juga kerja keras. Yang kami bagikan bukan cuma tawa, tapi cerita perjuangan.”

Pak Arkan pun turut angkat bicara saat diwawancara dalam sebuah acara podcast pendidikan lokal.

“Banyak yang hanya lihat viral nya, tapi lupa proses di balik layar. Anak-anak saya belajar keras, gagal, bangkit, dan tetap saling mendukung. Itulah yang membuat mereka beda.”

Sementara itu, Deri malah mengusulkan untuk membuat “Workshop Kekonyolan Berfaedah” khusus bagi siswa-siswa dari sekolah lain.

“Supaya mereka gak bikin video yang malah bikin malu keluarga besar!”

Seluruh kelas pun tertawa.

Akhirnya, semakin banyak yang mulai menyadari: bahwa kekonyolan tanpa jiwa dan perjuangan hanya jadi sandiwara hambar. Dan SMA Harapan Nusantara tetap berdiri sebagai contoh bahwa tawa bisa mendidik, jika disertai ketulusan dan cinta pada proses.

1
Ahmad Rifa'i
menceritakan semangat dalam menggapai cita-cita walau di balut dengan kekurangan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!