Senja Kumala, anak kecil malang yang lahir dari seorang wanita yang tak menginginkannya. Ia lahir karena hasil pemerkosaan.
Ibunya sangat benci dirinya, ia kerap mendapatkan siksa lahir batin. Bahkan hingga ia dewasa dan menikah, penderitaan Senja belum berakhir.
Wanita malang itu hanya dijadikan istri kedua dan mesin pembuat anak untuk sang suami. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan sosok pria yang masuk ke dalam lembah hitam. Sosok pria yang tidak percaya dengan adanya cinta dan kasih sayang.
Pria itu adalah Karang, anak yang memiliki masa lalu tak mengenakkan dan hampir merusak masa depannya. Dan masa lalu itu ternyata ada kaitannya dengan Senja dan ibunya.
Ada hubungan apakah mereka? Dan mampukah Karang menata kembali masa depannya dengan benar?
Dan siapa cinta sejati di masa depan Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Suasana Baru
Setelah beberapa hari berada di rumah barunya, akhirnya hari ini Senja bekerja untuk pertama kalinya sebagai seorang office girls. Ia sudah tak sabar ingin bekerja hari ini. Badannya mulai merasakan pegal ketika ia tak melakukan apapun.
Selama di rumah barunya, Senja merasa aman dari pencarian Leo. Entah keyakinan dari mana, ia merasa Leo tak akan tinggal diam. Di lihat dari sikapnya yang arogan dan dingin begitu membuat Senja berpikir pria itu tak akan tinggal diam dengan penolakan dan juga hilangnya Senja.
Dengan bismillah, Senja melajukan motornya meninggalkan rumah. Suasana baru yang ia lihat beberapa hari terakhir membuat suasana hatinya begitu baik. Hamparan sawah yang masih terbentang luas membuat mata Senja berbinar menatap daun padi yang mulai menguning.
Tujuh menit berteman dengan udara sejuk yang masih menyapa, Senja sampai di sebuah kantor yang menjulang tinggi. Entah berapa jumlah lantai yang ada di bangunan tersebut, Senja tak tahu dan merasa tak perlu tahu.
"Selamat pagi, saya Senja. Saya office girls baru di sini. Kira-kira saya harus menemui siapa untuk mulai bekerja?" Senja bertanya di meja resepsionis.
"Kamu lurus aja sampai mentok nanti belok kiri. Di situ ruangan office girls dan boy. Kamu bisa ke sana dan bertanya pada kepala bagiannya, nanti akan jelaskan pekerjaan kamu," jawab resepsionis itu ramah.
"Baik, Mbak. Terima kasih." Senja membalas tak kalah ramah. Ia bergegas ke ruangan yang ditunjuk dengan langkah yang ringan dan senyum yang mengembang.
Sembari berjalan, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling koridor yang ia lewati. Senja menatap takjub segala interior yang berada di dalam bangunan tersebut. Selama ini Senja tak pernah tahu isi bangunan yang menjulang tinggi yang berada di pinggir-pinggir jalan, ia hanya tahu dari luar saja.
"Permisi, maaf saya office girls baru. Apa saya harus masuk ke ruangan ini untuk tahu tugas saya?" tanya Senja di ambang pintu. Nampak banyak sekali orang di dalam ruangan itu. Mereka menatap Senja dengan tatapan yang sama. Sama-sama terkesima dengan kecantikan yang Senja pancarkan.
Sejurus kemudian, "Oh, ya masuk saja. Kamu berada di tempat yang benar."
seorang wanita paruh baya menjawab ucapan Senja lalu berjalan menuju sebuah loker.
"Ini seragam kamu, pakai dulu, ya. Nanti akan saya jelaskan tugas kamu. Bu Titin." Wanita ramah itu menyodorkan tangannya untuk berkenalan.
"Senja. Terima kasih untuk sambutan yang begitu ramah ini. Saya akan ganti baju dulu. Di mana saya bisa ganti baju?"
"Masuk saja, di sana ada kamar mandi," tunjuk Bu Titin ke sudut ruangan.
Senja sedikit mengangguk dan membungkukkan badan lalu pergi dari sana. Ia berusaha ramah pada teman-teman barunya. Senyum selalu ia sunggingkan untuk menyapa mereka.
"Hai, Senja. Kenalin aku Arjun, bukan Arjuna, ya. Jangan salah sangka karena aku bukan Arjuna yang pandai merangakai kata hanya untuk sebuah cinta," ujar pria yang berkulit putih nan tinggi itu.
Senja tertawa kecil. "Iya, Kak. Panggil saja Aku senja," ucapnya memperkenalkan diri.
"Bukan mawar, ya?" sahut salah satu pria.
"Heh, kebiasaan kalian, ya. Selalu saja menggoda perempuan yang terlinat bening. Sudah sama pada kerja, pada nungguin apaan?" titah Bu Titin membuat pergerakan mengusir.
Senja lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Cepat-cepat mengganti pakaiannya dan bergegas keluar lagi.
Bu Titin lalu menjelaskan semua yang harus dilakukan Senja dari awal hingga akhir, bagian mana yang harus ia bersihkan setiap harinya, membuatkan minuman untuk karyawan bagian apa dan juga jadwal istirahat. Semua tak luput dari mulut bu Titin.
Senja hanya mendengarkan dengan seksama dan sesekali mengganguk-angguk tanda mengerti.
"Ini partner kamu bersih-bersih, ya. Saya permisi dulu. Mudah-mudahan betah." Bu Titin mengusap lembut pundak Senja. Terasa nyaman dan menenangkan. Mungkin ini lah yang di rasakan seorang anak saat mendapat sentuhan dari Ibunya, batin Senja sedikit sendu.
Setelah penjelasan panjang lebar, Bu Titin beranjak dari sana, meninggalkan Senja dan kedua temannya yang lain.
"Rina."
"Nia."
Kedua gadis yang diperkirakan usianya tak terlalu terpaut jauh dengan Senja itu memperkenalkan diri dengan ramah pula. Senja sangat lega, ia dikelilingi oleh orang baik meskipun di tempat baru. Dulu di restoran pun ia diperlakukan dengan baik pula saat menjadi karyawan baru. Senja berharap kebaikan ini akan ia dapat sampai nanti.
Setelah berkenalan, mereka bertiga menuju lantai sepuluh. Lantai yang akan mereka bersihkan hari ini berada di sana. Mereka bertiga melangkah dengan di temani obrolan ringan, saling memperdalam perkanalan mereka. Hingga pembicaraan mereka terhenti di mana mereka sampai di lantai untuk mereka bersihkan.
***
"Sudah berapa lama ini, ha? Sudah berapa lama kalian mencari satu wanita saja tidak becus! Terus cari sampai dapat. Saya nggak mau kalian berhenti sebelum menemukan jejak keberadaan Manda!" Emosi Akmal akhir-akhir ini sering berada di puncak kepala lantaran anak buahnya yang tak becus bekerja. Mencari satu wanita saja mereka begitu susah.
"Selamat pagi, Pak," sapa beberapa orang karyawan.
"Hm," jawab Akmal dengan anggukan kepala.
Akmal berjalan cepat meuju ruangannya. Meskipun ia tak bisa fokus bekerja karena pikirannya yang tak berada di kantor. Setidaknya ia bisa duduk dengan tenang dan merebahkan kepalanya yang akhir-akhir ini sering pening karena Manda.
Saat berjalan, tak sengaja Akmal menatap gadis yang berkuncir kuda. Dari belakang nampak ia kenal dengan postur tubuhnya. Ia berhenti sesaat demi menunggu gadis itu menoleh ke belakang. Beberapa saat berdiri di tempat, hingga ada sebuah suara yang membuatnya harus mengalihkan perhatian dan meninggalkan tempat itu tanpa tahu siapa gadis yang sedang mengepel lantai itu.
***
"Bodoh! Hanya mencari satu anak kecil perempuan saja kalian tidak bisa! Aku tidak mau tahu cari sampai dapat. Jangan pernah istirahat jika belum menemukan anak kecil itu!" umpat Leo yang kesal karena tak kunjung mendapatkan apa yang ia mau.
"Fais, meeting ke mana kita hari ini?" tanya Leo seraya berjalan cepat tanpa mempedulikan Fais yang kerepotan mengikuti langkah kakinya yang lebar.
"Perusahaan Buana Indah, Tuan," jawab Fais seraya terus berjalan dan mengetikkan sesuatu di tabletnya.
"Perusahaan Pak Akmal?" tanya Leo menghentikan langkah.
"Benar, Tuan."
"Kita yang ke sana?"
"Tuan sendiri yang membuat perjanjian dengan Pak Akmal bahwa Tuan yang akan datang ke perusahaan beliau di pertemuan selanjutnya."
"Baiklah, siapkan mobil."
Tanpa banyak bertanya, Fais melakukan perintah Leo. Ia kembali memutar arah dan menyiapkan mobil yang akan di bawa meeting.
"Pastikan, semua sudah siap ketika kita sampai sana!" titah Leo setelah memasang sabuk pengaman.
"Sudah, Tuan. Saya sudah pastikan kesiapan di sana."
next up