NovelToon NovelToon
Sweet Scandal

Sweet Scandal

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak / Patahhati
Popularitas:394.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Fhatt Trah

Karya orisinil.
Dilarang keras PLAGIAT!
18+

Skandal yang berbuah manis.

"Tidak ada cara lain lagi, kalian harus menikah."

"Apa?" Pekik keduanya berbarengan.

Berawal dari kesalahpahaman hingga berujung pada skandal yang menjungkirbalikkan kehidupannya secara mendadak.

Irene, gadis manis berusia 22 tahun. Yatim piatu, tinggal di sebuah panti asuhan. Pertemuannya dengan Axelle, seorang aktor ternama, membawanya pada sebuah skenario terburuk dalam hidupannya. Demi menutupi skandal yang tanpa disengaja, sebuah sandiwara pernikahan pun dilakukan.

Namun, siapa sangka pernikahan itu justru menguak fakta baru tentang jati dirinya yang sebenarnya. Lalu, siapakah Irene? Mampukah ia bertahan dalam sebuah rumah tangga yang penuh kepalsuan? Akankah pernikahan itu berakhir, atau justru menumbuhkan perasaan yang tak seharusnya ada diantara mereka?

ig@fhatt87

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 19

Axelle masih berdiri mematung di tempatnya. Binar-binar tampak di matanya kala menatap Irene yang terlihat cantik jelita dalam balutan gaun berwarna merah. Tanpa sadar, senyumnya terkembang begitu saja. Dengan tatapan menelisik yang semakin dalam.

Irene justru canggung menerima tatapan berbeda Axelle. Seakan ia tak nyaman terus dipandangi seperti itu. Ditambah lagi, pelanggan-pelanggan toko tampak berkumpul menyaksikan idolanya berdiri di seberang. Dengan senyum merekah memandangi isteri pura-puranya.

"Axelle. Boleh kita pulang sekarang? Tapi, aku ganti baju dulu ya?" Pinta Irene setengah berbisik. Lalu hendak kembali ke ruang fitting. Namun dengan cepat Axelle menghentikan langkahnya.

"Irene."

Irene berbalik.

"Tidak usah diganti. Aku akan membeli gaun itu."

"Tapi_"

"Temani aku sebentar." Sela Axelle cepat.

Irene membuka lebar kelopak mata. Tak mengerti arah ucapan Axelle. Berharap Axelle memberitahu maksud ucapannya. Namun Axelle, malah tersenyum.

"Kita di tempat umum. Kamu mau membuat kesalahan?" Setengah berbisik Axelle berkata sembari mendekatkan wajahnya.

Irene menahan napas. Sebab wajah Axelle yang begitu dekat dengan wajahnya. Axelle mengingatkannya tentang sandiwara yang mereka lakoni. Mau tidak mau, Irene pasrah dan menuruti apapun perkataan Axelle.

Setelah membayar beberapa gaun yang Irene pilih serta gaun merah yang dikenakan Irene saat ini. Kini Axelle dan Irene melangkah bersama keluar dari pusat perbelanjaan itu dengan saling bergandengan tangan. Sementara di belakang keduanya, menyusul Boni sambil membawa kantong belanjaan Irene. Boni yang saat itu sedang menunggu di mobil, bergegas datang begitu menerima perintah dari majikannya.

Keadaan pusat perbelanjaan itu mendadak ramai saat melihat pasangan yang tengah melejit popularitasnya itu berjalan sambil bergandengan mesra menuju pelataran parkir. Sesekali Axelle melambaikan tangannya. Membuat para gadis belia histeris. Sedangkan Irene sendiri, terlihat kaku. Selain tersenyum, tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia biarkan saja Axelle menggenggam jemarinya. Bahkan genggaman Axelle terasa semakin erat.

Tiba di pelataran parkir, cepat Irene menarik tangannya dari genggaman Axelle. Lalu bergegas naik ke mobil. Di susul oleh Boni dan Axelle kemudian.

.

.

Sepanjang perjalanan, Irene diam membisu. Sama halnya dengan Axelle yang duduk disampingnya. Hanya bola matanya yang sesekali tergerak melirik Irene yang tampak cantik hari ini. Entah apa sebabnya, hati kecilnya selalu saja berbisik ingin selalu berada dekat dengannya. Entah sebab rasa sepinya tanpa kehadiran Clarissa, atau mungkin ada perasaan lain yang perlahan mulai menyapa hati.

"Kita mau kemana Bos?" Tanya Boni sembari fokus menyetir.

"Entahlah." Axelle tak tahu harus kemana. Sebab tujuannya keluar rumah tidak lain hanya untuk membuntuti Irene.

"Loh, bukannya Bos sendiri yang mengajak eike jalan? Katanya ada urusan penting. Tadi di panti, Bos diam saja di mobil. Sebenarnya kita ini mau kemana sih Bos?"

Mendengar perkataan Boni, sontak Irene menoleh, memandangi Axelle yang tampak salah tingkah.

"Jadi dugaanku benar." Gumam Irene lirih.

"Jadi, selain berakting, ternyata kamu punya keahlian lain. Yaitu PENGUNTIT." Tambahnya.

"Apa katamu? Aku penguntit? Enak saja kamu kalau ngomong." Protes Axelle antusias.

Irene tak menanggapi protes Axelle. Ia memilih kembali diam sambil melipat tangan didepan dada. Lalu berpaling memandang ke luar jendela mobil.

"Dengar ya, selama ini justru akulah yang sering di_" kalimat Axelle terputus, sebab suara-suara aneh yang tiba-tiba saja terdengar.

Kruuuk Kruuuk Kruuuk

"Ehem ..." Axelle berdehem sembari memalingkan wajahnya, memandangi setiap objek yang mereka lewati melalui jendela mobil. Sementara satu tangannya memegangi perutnya yang mengeluarkan suara aneh itu.

Pandangan Irene sontak beralih pada Axelle. Bunyi keroncongan perut Axelle sangat terdengar jelas di telinganya. Irene mengernyit heran.

"Kamu_" Belum sempat ia berkata, dengan cepat Axelle menyelanya.

"Tidak ada yang membuatkan makan siang untukku."

"Tadi kan eike sudah menawari Bos Axe untuk membeli makan siang di luar. Tapi Bos Axe sendiri kan yang menolak." Ujar Boni tanpa basa-basi.

Dan Axelle pun semakin salah tingkah. Ketahuan juga kan bohongnya.

"Kita mampir di restoran atau gimana nih Bos?" Tanya Boni.

"Langsung pulang saja."

"Bos Axe kan kelaparan sekarang. Kita mampir sebentar saja Bos. Setelah makan, baru kita pulang."

"Tidak perlu. Itu mah maunya kamu saja. Dasar manusia rakus."

"Iiih ... Bos Axe gimana sih? Biasanya juga Bos Axe sering makan di luar."

"Boni ..."

"Oke, oke, kita pulang saja."

Axelle membuang napasnya kasar. Lalu memalingkan kembali wajahnya ke jendela mobil. Sekedar menghindari tatapan Irene yang terasa aneh baginya. Irene menatapnya dengan kernyitan di dahinya. Dan itu sangat-sangat tak nyaman bagi Axelle.

"Boni, apa di dekat-dekat sini ada pasar segar? Kalau ada, kita mampir sebentar ya?" Pinta Irene.

"Ada. Di depan sana ada pasar segar. Memangnya kamu mau apa di pasar?"

"Mau berenang." Celetuk Irene. Dan celetukan Irene membuat Axelle tersenyum-senyum sendiri.

"Memangnya di pasar ada kolam renang?" Lagak Boni persis orang bego.

"Ada. Kolam ikan."

"Ha ha ha ..." Axelle tak bisa menahan tawanya. Namun tak memalingkan wajahnya yang senantiasa berhadapan dengan kaca jendela.

Irene melirik sebentar, memandangi Axelle yang tertawa-tawa tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Kamu bisa aja deh. Kalau mau berenang, di rumah Bos Axe kan ada kolam renang. Nanti kita berenang bareng." Ujar Boni seakan tak memahami maksud Irene yang ingin berbelanja bahan makanan.

"Aku lebih suka berenang di kali bersama bebek daripada bersama kamu." Celetuk Irene lagi.

"Ya sudah, jangan banyak tanya lagi. Kita mampir sebentar di pasar segar." Tambahnya kesal.

Tak berapa lama, Boni menghentikan mobilnya di depan pasar segar. Sebelum turun, tak lupa Irene mengganti heelsnya dengan flat shoes yang ia kenakan saat keluar rumah tadi. Tak lupa pula ia mengenakan masker agar tidak ada orang yang akan mengenalinya.

"Mana uangnya." Ucap Irene sambil membuka telapak tangannya di depan wajah Axelle.

Axelle mengerutkan dahi, "maksud kamu?"

"Aku mau belanja pakai apa? Pakai daun gitu?"

"Tapi aku tidak membawa uang cash."

"Dasar artis payah."

"Kamu_" Axelle menahan kesalnya. "Boni, kamu punya uang cash kan? Berikan padanya, nanti aku ganti." Titahnya.

"Ada Bos." Lalu mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar pecahan terbesar.

"Nih, uangnya." Menyodorkan lembaran uang kertas itu pada Irene.

Dengan cepat Irene menyambar uang itu dari tangan Boni. Kemudian bergegas turun dari mobil.

"Boni, kamu temani dia." Titah Axelle yang mendadak merasa cemas membiarkan Irene berbelanja sendiri di pasar.

Boni patuh, lalu bergegas turun dari mobil dan menyusul langkah Irene yang semakin menjauh.

Dari balik jendela mobil, Axelle memperhatikan Irene dan Boni yang kini berjalan bersama memasuki pasar sambil bercanda. Meski wajah Irene tertutupi masker, tapi dari matanya, terlihat jelas gadis itu tampak senang.

Axelle tersenyum sambil terus memandanginya sampai menghilang dari pandangan. Terhalangi oleh pengunjung lain yang berdatangan.

.

.

Tanpa perlu Irene memberitahunya, Axelle tahu, gadis itu ingin memasak. Dan kini, Axelle tengah duduk di sofa sambil memandangi layar TV yang menampilkan tontonan yang sebenarnya tidak ia sukai. Kegiatan itu ia lakukan sekedar untuk menutupi jiwa keponya akan kegiatan Irene di dapur. Sayang, pemandangan seperti itu dilewatkan. Irene masih mengenakan gaun merahnya saat sedang memasak bersama Boni.

Di dapur rumah itu, dengan di temani Boni, Irene memulai kegiatan memasaknya. Hanya menu masakan sederhana yang biasa ia masak untuk anak-anak panti. Tapi lumayan untuk makan malam mereka kali ini.

Sebab telah terbiasa memasak, hingga tak butuh waktu lama bagi Irene menyiapkan beberapa menu. Dan kini, meja makan telah tertata rapi oleh hidangan sederhana ala Irene, namun mampu menggugah selera.

Namun sayangnya, piring yang tersedia di meja makan hanya untuk dua orang saja. Untuk Axelle dan Boni. Sedangkan Irene sendiri, lebih memilih makan di dapur.

Axelle dan Boni sudah berada di meja makan. Hendak memulai santap malamnya. Akan tetapi, tiba-tiba saja, tangan Axelle yang terulur hendak mengisi piringnya dengan makanan, terhenti. Dipandanginya Irene yang sedang makan dengan tenang di dapur.

Hati kecilnya tergerak ingin mengajak Irene makan bersama dalam satu meja. Akan tetapi, peraturan itu sudah terlanjur ia buat. Memalukan rasanya jika ia sendiri yang justru tidak mematuhi peraturan itu.

"Boni." Panggil Axelle pelan.

"Ada apa Bos?" Sambil menyendok lauk.

Axelle menunjuk Irene dengan dagunya. Boni pun mengikuti arah pandang Axelle. Di dapur itu Irene telah selesai dengan makan malamnya. Kini ia berdiri beranjak ke wastafel. Mencuci piringnya dan kemudian mencuci tangannya.

Dengan santainya gadis itu mengambil air dingin dari kulkas. Menuangkannya ke dalam gelas, lalu meneguknya hingga habis. Tanpa menoleh sedikitpun, Irene pun beranjak ke kamarnya.

"Irene sudah selesai makan. Memangnya kenapa Bos?" Tanya Boni penasaran.

"Sudahlah. Ayo cepat makan. Setelah ini kamu langsung pulang." Kesal Axelle pada Boni yang tak peka dengan maksudnya. Sambil menahan kesal ia mulai menyuapi mulutnya. Senyum tipisnya kembali terukir saat lidahnya merasakan kelezatan masakan Irene. Meski sederhana tapi setara dengan hidangan resto berbintang.

Axelle bermaksud meminta Boni mengajak Irene makan bersama mereka dalam satu meja. Tapi Irene justru telah menyelesaikan makannya dengan cepat.

"Bos Axe makin aneh deh akhir-akhir ini. Apa karena terlalu rindu pada Nona Clarissa?"

"Uhuk ... Uhuk ..." Axelle tersedak. Dengan cepat Boni memberinya segelas air minum. Ia lantas meneguknya hingga habis.

"Pelan-pelan dong Bos makannya." Celetuk Boni sambil tersenyum usil memandangi Axelle yang mendadak suram air mukanya.

"Cepat habiskan makananmu. Habis makan, cuci piringnya. Setelah itu, pulang. Besok pagi-pagi sekali kamu sudah ada di rumah ini."

"Baik, Bos. Tenang saja, eike selalu tepat waktu." Sambil mengacungkan jempolnya.

"Oh ya, Bos. Tadi, waktu Bos Axe di dalam mall, Nona Clarissa menelepon eike. Katanya handphone Bos Axe nonaktif." Tambah Boni.

"Lowbat. Makanya, aku matikan saja." Kilah Axelle. Padahal, ia enggan menerima panggilan Clarissa.

"Katanya, Nona Clarissa akan datang dalam waktu dekat ini. Dia meminta eike mencarikannya apartemen. Mungkin Nona Clarissa akan sedikit lama di kota ini."

"Apa? Serius kamu?"

Boni menganggukkan kepalanya.

Axelle membuang napas kasar. Mendadak selera makannya hilang. Lalu bangun dari duduknya dan meninggalkan Boni makan sendirian.

Entah kenapa, perasaannya mendadak berubah. Sebelumnya, ia sangat merindukan Clarissa dan ingin secepatnya bertemu. Namun kini, rasa rindu itu seakan sirna. Menghilang entah kemana.

Langkah kaki Axelle terhenti. Dipandanginya pintu kamar Irene dengan tatapan lurus. Sedetik kemudian, senyum tipisnya kembali terukir.

TBC

1
Tamima
terpesona akhirnya 🤭🤭🤭
Sugi Arso
lanjut
Sugi Arso
kasian
Arenna Dorenna
kenapa sy x like lbh awaal seperti selalu sbb sy mo melihat keseluruhan jln ceritnya baru la akn komen...cerita yg bagus..d dasari permulaan yg cantik...bahkan setiap bab sy enjoy menghayati setiap watak yg d suguhkan...welldone author...anda hebat...
🌺Fhatt Trah🌺: ☺️☺️ Terima kasih kk udah mampir di cerita receh author abal² ini🙏
total 1 replies
Youleannaa
bagus ceritanya,, 😘
Muniroh Mumun
extra part mana thorrrr .....iren blm hamil lg loh ....masak Olivia yg hamil lagi 😂😂😂😂😂
🌺Fhatt Trah🌺: 🤭🤭🤭🤭🤣ampun ngkk aku
total 1 replies
Muniroh Mumun
Zaky ...yg gentle dong jd org .......g kasihan sama iren .....nasib anaknya ada di tanganmu loh .....
Muniroh Mumun
iren anakny Olivia .....Axelle anakny Ranti ......wooww ......amazing
Ria An
dilarang keras plagiat
seperti novel bagus ajah wkwkkwwk
We💜💙
wah.. kereen ni ceritanya. gak bertele-tele. sat set sat set terungkap semua. drama misteri romantis action gak lebay kayak sinetron. syukaak 💜
🌺Fhatt Trah🌺: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Fafaaa
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
lovely
lah kurang 🔥🔥🥵
lovely
gimna mau bosan s exel ma s Risa 3 taun sudah tau luar dlm namanya laki² tau yg masih segelan pasti akan berpaling 😜🥵
lovely
dih s axel main sosor aja g dimana² 🥴
lovely
OMG main sosor aja s exell ky bebek 😜
lovely
gak apa² lah toh dah halal 🥴
lovely
bagus ceritanya cm terlalu banyak narasinya jadi ngos²an bacanya 🥴
lovely
good job Irene cewek yang jual mahal SM cowok sombong macam exel
ainatul hasanah
iyalah... tunjukkan saja buku nikah mereka berdua, gigit jari entar Clarissa.
sportif sajalah bang Zaky... entar ada pasangan terbaik untukmu, bukan Irene.karena Irene milik bang Aldo.
ainatul hasanah
tuh kan beneran.... jadi yang disembunyikan Zaky itu buku nikah Irene sama Axell .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!