Semua itu karena rasa ego. Ego untuk mendapatkan orang yang dicintai, tanpa berfikir apakah orang yang dicintai memiliki perasaan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Pukul 5 pagi aku telah terbangun dari tidurku, berhubung saat ini aku sedang tak bisa sholat, maka pagi pagi begini kuputuskan untuk memutar zikir pagi dan mendengarkan sholawat. Tiba-tiba aku teringat dengan percakapanku dengan kak Romi. Aku teringat dengan janji kami di mana kami sepakat untuk pergi kotaku bersama. Dan sekarang aku akan menghubungi kak Romi perihal kesepakatan kami untuk pergi bersama.
"Assalamu'alaikum kak. Mengenai kesepakatan kita untuk pergi bersama ke kota Panji, maaf aku membatalkannya. Saya tidak bisa pergi berdua dengan kak Romi, sebab bagaimanapun kak Romi bukanlah mahram saya. Terimakasih banyak atas tawarannya" aku mengechat kak Romi, chatku centang satu barangkali ia sedang sholat.
Kemarin malam aku memang setuju untuk berangkat bersama dengan kak Romi. Tapi, sekarang aku sadar bahwa yang aku lakukan itu tidaklah benar. Kak Romi bukanlah Mahramku, dan saat ini statusku masih menjadi istri mas Adam, meskipun kak Adam bahkan sama sekali tidak melirikku sebagai istrinya. Tetapi tetap saja, aku merasa bersalah untuk jalan bersama laki laki lain selain kak Adam. Aku merasa berdosa jika aku pergi berdua dengan laki laki yang bukan mahramku.
Kemarin malam aku menyetujui untuk pergi bersama kak Romi, sebab aku merasa sangat kecewa dengan keputusan mas Adam yang merahasiakan pernikahan kami dari mantan istrinya. Tetapi, bukankah masing masing akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah. Jadi, biarlah mas Adam dengan sikapnya sebab nantinya dialah yang akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah.
Tingg.... Ponselku berbunyi, aku segera mengecek nya, itu adalah bunyi akibat ada pesan masuk dari kak Romi. Aku merasa sedikit bersalah, tetapi aturan Allah adalah segalanya.
[Ohhh iya tidak apa apa, btw di kota Panji rumah kamu di mananya? Apa saya bisa minta alamatnya, mana tahu saya ada kesempatan untuk bersilaturahmi ke rumah Zara. Sekalian berkenalan dengan keluarga Zara. Jika berkenan, tetapi jika tidak saya tidak memaksa.]~ kak Romi.
Kak Romi tampaknya pria baik baik, tetapi aku adalah istri orang lain. Aku ingin berkata jujur bahwa aku ini adalah istri orang, tetapi rasanya aku malas untuk mengatakannya.
[Maaf kak Romi, tetapi saya tidak berkenan] balasku.
[Ohhh iya tidak apa apa Zara]~ kak Romi.
Chatnya hanya ku baca saja. Dan kini hatiku terasa sedikit lega, kulanjutkan mendengarkan sholawat dan berzikir. Hinggalah jarum jam menunjukkan pukul 6.30, aku pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah tubuhku terasa segar akibat mandi, aku pun siap siap untuk meninggalkan penginapan ini.
"Bu saya dari kamar 11, ingin menyerahkan kunci" ucapku kepada seorang wanita yang merupakan resepsionis yang sama dengan yang menerimaku kemarin malam.
"Baik Bu, atas nama Zara Amani ya Bu? Ini KTPnya Bu. Terima kasih karena telah menginap di sini, senang bertemu dengan ibu" ujarnya seraya tersenyum, aku pun membalas tersenyum dan menyerahkan kunci kamar dan menerima kembali KTPku.
"Terimakasih kembali Bu" ujarku sebelum berpamitan pulang.
Perutku sudah terasa lapar, aku pun mencari rumah makan yang tak jauh dari sini, untuk mengisi perutku. Di seberang jalan aku menemukan ada rumah makan Padang. Aku pun memutuskan untuk makan di sana. Setelah makan, aku membuka peta maps mencari stasiun bus tujuan kota Panji. Dan langsung ketemu. Setelah itu, aku memesan grab bike yang akan membawaku ke sana.
Setelah 5 menit menempuh perjalanan dengan diantar oleh grab, aku pun sampai di terminal bus tujuan kota Panji.
"Kota Panji bang?" Tanyaku memperjelas, takut salah naik bus.
"Iya mbak, naik saja" ujarnya, setelah menyerahkan tiket kepadaku. Harga tiketnya tergolong murah hanya seharga lima puluh ribu rupiah.
Setelah bus penuh dengan penumpang, bus pun berangkat. Aku memilih duduk dipinggir tepatnya di dekat kaca, aku memang suka duduk di sini sebab aku bisa dengan bebas menghirup udara segar dan aku pun bisa memandang ke arah jalanan.
Sepanjang perjalanan aku memandang ke arah jalanan. Pemandangan berbeda beda ketemui, kadang rumah rumah penduduk, kadang hutan, dan kadang pula jalanan yang penuh dengan ramai orang berlalu lalang. Tiba-tiba perhatianku tersita oleh dua orang yang terdiri dari seorang pria dan seorang wanita, mereka duduk di kursi halte, tampaknya mereka adalah sepasang suami istri sebab usia mereka pun tampaknya tak mudah lagi. Mereka tampak saling bergandengan tangan, sambil mengobrol dan tertawa mesra sekali. Dan aku jadi teringat dengan kak Adam, barang kali ia juga sedang bercanda mesra dengan Selia.
'Astaghfirullah, kamu tidak bisa berburuk sangka begitu zara' aku mengelus dadaku sendiri. Setelah kurang lebih 3 jam di perjalanan, aku pun sampai di terminal. Dari terminal bus, aku naik grab menuju rumah. Sampainya di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku, lelah sekali. Lelah fisik dan lelah fikiran. Ku kira menikah dengan orang yang kita cintai adalah puncanya dari bahagia, tetapi ternyata jika tak saling cinta maka itu adalah awalnya derita.
Aku mengecek ponselku, berharap mas Adam menanyakan keadaanku. Tetapi ternyata nihil tak satupun pesan maupun panggilan dari kak Adam yang masuk ke ponsel ku.
Aku jadi tersenyum konyol, merasa malu sendiri, bisa bisanya aku seberharap itu dianggap ada oleh mas Adam. Tentu saja ia sudah melupakan ku, sebab ia telah bersama dengan orang yang selama ini ia cari cari dan ia tunggu tunggu, pastilah ia tak ingin satu detik pun waktu terlewatkan dari mengamati wanita pujaannya itu.
Sekarang, aku harus mencari kesibukan lain, aku tak bisa berpangku tangan begini, meski kak Adam pastinya tak akan lalai mengenai nafkah uang, tetapi aku harus punya kesibukan agar fikiranku tidak hanya tertuju pada kak Adam. Tetapi apa? Kesibukan apa yang bisa ku lakukan? Menjadi guru. Tentunya masuk ke sekolah sekolah tanpa orang dalam itu tidaklah semudah kelihatannya, awal aku ke sini, aku sudah mengirimkan lamaran ke sekolah sekolah, dan sampai saat ini tak satupun ada sekolah yang memanggilku. Berdagang? Jika hanya jualan gambar tanpa stok barang tentunya itupun tak mudah dilakukan. Aku beristighfar berharap Allah bukakan petunjuk. Dan tiba tiba fikiranku inisiatif untuk membuka emailku. Dan ketika aku membukanya ternyata sudah ada pesan masuk dari sekolah SMP Tunas Bangsa yang memintaku untuk datang interview tepat esok pagi. Dan pesan email itu ternyata sudah masuk dua hari yang lalu, dan aku belum mengeceknya.
Alhamdulillah ya Allah, untung aku tak tak terlambat membuka email-nya, jika tidak maka aku pasti tidak akan tahu kalau ada balasan pesan dari sekolah SMP yang pernah aku lamar dulu.
Aku merasa sangat lega.
*****
Pagi ini aku siap siap untuk memenuhi panggilan interview dari SMP Tunas Bangsa. Segala sesuatu nya telah aku persiapkan, mulai dari pakaian, tas dan sebagainya.
Jam di hpku menunjukkan pukul 7.00 dan interview di laksanakan pukul 8.30, itu artinya aku masih ada kesempatan untuk sarapan pagi. Setelah sarapan aku langsung bergegas pergi menuju sekolah, yang jarak nya lumayan jauh, sehingga aku butuh ojek online yang mengantarkan ku ke sana.
Interview berlangsung cepat dan santai, tak ada pertanyaan yang tidak bisa ku jawab. Dan saat ini aku sudah di perjalanan pulang, mengenai hasilnya akan di kabarin secepatnya. Itu kata kepala sekolahnya.
Sepulang dari sekolah, aku tak langsung pulang melainkan mampir bentar ke taman kota. Duduk di sini, sambil melihat orang orang bisa ku jadikan refreshing, dari pada aku hanya duduk diam di rumah menunggu kak Adam menanyakan kabarku yang sama seperti bagaikan pingguk yang merindukan bulan.
Ting... ponselku berbunyi, aku mengeceknya, dan itu chat dari kak Romi.
[Kamu sedang berada di taman kota ya?] ~ kak Romi.
Hah bagaimana mungkin dia tahu aku sedang berada di taman, apa dia juga sedang berada di sini? Aku celingak celinguk menatap kiri dan kanan, depan belakang, apakah kak Romi ada di sini.
"Assalamu'alaikum" sapanya, aku terkejut dan spontan mengucapkan istighfar.
"Astagfirullahhhh...."
"Wa'alaikumussalam, kak Romi ngagetin aja" ujarku.
"Senang bertemu kembali" ucapnya seraya tertawa kecil mungkin senang melihat ekspresi kagetku.
"Bisa duduk di sini?" lanjutnya bertanya, dan aku mengijinkannya. Tentu saja.
"Kemarin , jam berapa sampai di sini?" tanyanya aku menjawab ala kadarnya.
"Eh btw, alamat rumah kamu di mana, siapa tahu saya diijinkan untuk silaturahmi" lanjutnya lagi.
Aku mulai tak nyaman dengan obrolan seperti ini. Aku bisa tahu kak Romi basa basi begini pastilah karena ia belum tahu aku sudah menikah. Dan aku harus memberi tahunya.
"Aku dan suamiku tinggal di gang Asri, tak jauh dari sini, nanti aku share lokasi" ucapku.
"Suami?" kulihat ekspresi terkejut di wajah kak Romi, namun sengaja ia sembunyikan dengan senyuman.
"Ya suami, aku sudah menikah dua bulan yang lalu. Aku sengaja tak pakai cincin nikah, sebab cincinnya sudah kekecilan" ucapku berbohong mengenai cincin yang kekeclan. Padahal alasanku tak memakai cincin pernikahanku dengan mas Adam, bukan karena cincinnya kekecilan melainkan karena kemarin sewaktu di rumah sakit, aku melihat kak Adam tak lagi memakai cincin tersebut. Dan kak Adam pun memintaku untuk merahasiakan pernikahan kami dari selia, sehingga lah aku tak memakai cincin itu lagi.
"Oh ya, tapi kalau kak Romi mau bertamu, tunggu suami saya pulang ya, soalnya suami saya sedang berada di rumah sakit warisan bunda, untuk menjaga keluarga kami yang sakit. Aku pulang lebih dulu kemarin karena aku ada urusan segera di sini" ucapku berbohong untuk kedua kalinya yaitu mengenai alasanku pulang lebih dahulu ke kota ini.
Kulihat kak Romi termenung. Tetapi, ia harus tahu kebenarannya sebelum kami terlalu jauh.
"Bagaimana kak?" Ucapku sengaja bertanya untuk membuyarkan lamunannya.
"Ohhh iya, lain kali aku akan berkunjung" ucapnya.
"Oh ya selamat atas pernikahannya, semoga samawa." Lanjutnya.
"Iya terima kasih kak, semoga kakak lekas menyusul ya" ucapku seraya tersenyum, dan ia tersenyum kembali.
"Ya udah kak, aku mau pulang dulu, soalnya aku masih ada kerjaan di rumah" ucapku pamitan lebih dulu.
"Iya hati hati" ucap kak Romi. Aku hanya balas tersenyum, dan pulang menaiki ojek online.
Sebisaku aku akan menjaga pernikahanku dengan mas Adam, aku tak akan berpaling kelain hati, apapun yang terjadi, tetapi jika mas Adam yang akan membuang ku apa lagi yang bisa ku lakukan. Tetapi, sebelum itu terjadi maka aku akan membuktikan kepada mas Adam, bahwa akulah wanita yang pantas untuk ia cintai dalam hidupnya.